Mohon tunggu...
Ferdiansyah Adrianto
Ferdiansyah Adrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi, Universitas Sebelas Maret

Seorang mahasiswa yang sedang berfokus kepada isu-isu permasalahan remaja dan bagaimana cara mengatasinya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Self Harm pada Remaja, Berbahaya?

18 November 2022   21:23 Diperbarui: 18 November 2022   22:11 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju masa remaja. Ketika remaja, individu dituntut untuk mampu menghadapi suatu permasalahan dengan baik. Namun sebagian dari mereka tidak mampu untuk menghadapinya sehingga dapat menimbulkan perilaku negatif yang akan merugikan dirinya. Salah satu perilaku negatif tersebut yakni Self Harm. 

Self Harm atau perilaku melukai diri sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti dan merugikan diri sendiri tanpa bermaksud untuk melakukan bunuh diri (Jenny, 2016; Klonsky dkk., 2011). 

Tindakan tersebut seperti, menyayat kulit, memukul diri, mengorek bekas luka, menjambak rambut, menggaruk kulit sampai terluka. Namun, tidak hanya melukai fisik saja tetapi ada juga Self Harm dengan minum minuman keras seperti alkohol bahkan sampai dengan narkoba, hal ini bertujuan untuk meluapkan emosional yang dialami. 

Perilaku Self Harm ini memberikan kepuasan tersendiri bagi individu yang melakukannya. Rasa sakit yang ditimbulkan dari apa yang dilakukannya merupakan pengganti dari rasa sakit yang dirasakan secara emosional. Namun, apabila perilaku tersebut dilakukan secara terus berulang-ulang, akan sangat terkait dengan kecendrungan bunuh diri di masa depan.

Menurut Morgan (2017), sebagian besar peneliti juga mengemukakan bahwa remaja adalah kelompok terbesar yang memuaskan diri lewat perilaku melukai diri dan praktik ini menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di berbagai negara. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ee dan Mey, 2011 di Malaysia, dari 250 pelajar pada usia 13-16 tahun, sekitar 68% yaitu 170 pelajar yang terdiri dari 58 laki-laki dan 112 perempuan pernah melakukan Self Harm. Menurut Beautrais AL (2002), remaja putri cenderung lebih tinggi melakukan Self Harm dibandingkan dengan remaja putra.

Sedangkan di Indonesia, dari 1.018 orang Indonesia yang mengisi survei yang dibuat YouGov Ombibus, sebanyak lebih dari sepertiga penduduk (36,9%) Indonesia pernah melukai diri sendiri. Dua dari lima orang responden pernah melukai diri sendiri dan terutama ditemukan di kalangan remaja. Menurut data WHO remaja dunia saat ini semakin banyak yang melakukan perilaku Self Harm sebagai coping stres terhadap permasalahan yang sedang dihadapi yang berujung pada kematian (World Health Organization, 2017). 

Faktor penyebab Self Harm yang dilakukan oleh remaja ini adalah mereka merasa bahwa dengan menyakiti atau melukai dirinya sendiri itu dapat meluapkan emosi negatif yang dialami contohnya seperti cemas depresi marah perasaan bersalah atau sedih yang sedang dirasakannya. Menurut Cornell University's Self-Injury and Recovery Research and Resources, menjelaskan bahwa penyebab individu melakukan Self-Injury atau Self Harm ini karena sebagai mekanisme coping diri, jadi Self Harm ini dilakukan sebagai cara seseorang merasakan sesuatu saat mengalami mati rasa atau kehampaan dan mengalihkan perhatiannya dari depresi atau kecemasan.

Remaja yang melakukan perilaku Self Harm memiliki perasaan kesepian, dikarenakan ia merasa telah gagal untuk memiliki hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya dan hubungan sosial yang bervariasi dan berubah-ubah menyulitkan individu remaja tersebut untuk beradaptasi. 

Selain itu, faktor yang menyebabkan remaja melakukan Self Harm adalah stres yang menumpuk, remaja dituntut untuk bisa beradaptasi dengan baik terhadap perubahan-perubahan melalui tugas-tugas yang berkembang dan remaja harus bisa menghadapi tugas-tugas tersebut namun terkadang sebagian dari remaja tersebut tidak kuat menjalani tugas-tugas atau tanggungan tersebut sehingga mereka melakukan tindakan Self Harm untuk meluapkan stres yang mereka alami. 

Sebuah penelitian dari National Health Service menyatakan bahwa stres yang menumpuk hingga tidak dapat ditoleransi dapat beresiko melakukan Self Harm untuk melepas stres. Terlepas dari itu fakta bahwa banyaknya remaja melakukan Self Harm mengindikasikan karena kurangnya perhatian lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun negara dalam turut serta mengatasi hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun