Mohon tunggu...
Feny Livia Manjorang
Feny Livia Manjorang Mohon Tunggu... Lainnya - masih beginner.

menulis = menegur diri sendiri. mari saling menegur namun tetap mengasihi:-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhenti Melukai Diri Sendiri

5 Desember 2020   10:53 Diperbarui: 5 Desember 2020   11:03 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertanggung jawab atas permasalahan kita jauh lebih penting daripada menyalahkan orang lain.

Masalah dalam hidup selalu "ada-ada aja", enggak tertebak. Belum tamat masalah yang sebelumnya, muncul permasalahan baru. Beberapa orang ada yang putus cinta lalu nelangsa, merasa tidak layak untuk disukai, dan persoalan hidup lainnya. Tak jarang juga dari kita menyadari bahwa persoalan itu bagian dari diri sendiri. 

Ya habisnya gimana, sejak kecil ketika orang tua kita tau ada masalah mereka bertanya, siapa yang salah? Ini kesalahan siapa?Akhirnya, kita sudah terdoktrin bahwa mencari siapa yang layak untuk disalahkan dan dianggap sebagai solusi awal dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

Padahal didalam hidup ini, kita selalu memilih. Memutuskan pilihan dengan bebas dan menghadapi rintangan hidup. Apakah suatu masalah terasa menyakitkan atau menguatkan merupakan bentuk awal dalam pilihan yang seharusnya kita buat ketika ada persoalan. Jika saat ini kita bersedih, bisa jadi karena ada situasi yang berada di luar kendali diri sendiri. 

Tetapi saat belajar menghadapi sendiri masalah kita, tentu kita jauh lebih berkuasa. Perasaan muncul karena masalah datang dipaksakan, bertentangan dengan kehendak sendiri, ataupun perasaan menjadi korban, kesedihan berkepanjangan tidak lagi ada dipikiran kita.

Contohnya, seperti putus cinta akibat diselingkuhi. Mantan pacarmu mungkin layak menjadi orang yang seharusnya disalahkan atas peristiwa tersebut. Tetapi yang menjadi permasalahannya, menyalahkan dia tidak akan membuatnya datang untuk memperbaiki kepedihanmu dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, dirimu sendirilah yang bertanggung jawab untuk membuatmu kembali bergembira dan kamu harus memperbaikinya sendiri.

Perkara berikutnya, merasa tidak layak untuk disukai karena kekurangan yang dimiliki. Secara tidak langsung, dia telah memilih nilai yang menyakiti dirinya sendiri. 

Padahal masih ada nilai yang jauh lebih baik atas dirinya berdasarkan kelebihan-kelebihannya, namun dia tidak memilih nilai ini. Dia merasa enggan bertanggung jawab atas permasalahan hidupnya. Terdoktrin bahwa dengan mengambil tanggung jawab terhadap persoalan "tidak layak untuk disukai" pada dirinya sama saja dengan menjadi pihak yang dipersalahkan.

Kesadaran yang kurang membuat kita lupa bahwa secara pribadi diri sendiri bertanggung jawab atas segala hal dalam hidup. Tak peduli seperti apa kondisi, kekurangan, dan masalah yang terjadi. 

Karena diri sendiri selalu bisa mengendalikan cara kita menafsirkan sebuah persoalan dan meresponnya. Semua tergantung pada pilihan yang kita ambil, entah diri sendiri menyadarinya atau tidak. Kita dapat memilih untuk memperhatikan apa, menyalahkan siapa, menyikapinya bagaimana, dan lain sebagainya.

Ketika kita memilih dan menyadari tanggung jawab atas diri sendiri, maka hal tersebut menjadi langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengapa demikian? Karena sejatinya dalam kehidupan, kita juga bertanggung jawab atas hal-hal yang bukan terjadi akibat kesalahan diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun