Mohon tunggu...
Feny Livia Manjorang
Feny Livia Manjorang Mohon Tunggu... Lainnya - masih beginner.

menulis = menegur diri sendiri. mari saling menegur namun tetap mengasihi:-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terbentur-Terbentur lalu Akhirnya Terbentuk

1 Desember 2020   09:33 Diperbarui: 1 Desember 2020   09:45 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emosi negatif merupakan kesehatan emosional yang harus ada sebab menyangkal kehadirannya sama dengan mengekalkan masalah bukan menyelesaikannya.

Menjalani usia 20-an lika-liku kehidupan semakin kelihatan, kadang menarik namun juga biasa saja. Beberapa harapan ada yang sesuai dengan ekspektasi dan tidak. Contohnya baru-baru ini aku banyak mengalami kegagalan. Rasa sedih, putus asa, dan kecewa serta tidak jarang menyalahkan diri sendiri. Terkadang aku bertanya mengapa kehidupan sekarang berbanding terbalik dengan masa kecil? Hal-hal yang tidak sesuai justru lebih sering tampak padahal kehadirannya tak diharapkan.

Kehidupan menuju dewasa ibarat seperti kumpulan pasir yang kelihatan halus dan berbeda ketika dipegang ternyata masih ada tekstur kasar. Sama seperti kita berfoto, kualitas gambarnya akan terlihat pecah atau tidak saat di zoom. Aku merasa menuju dewasa, kaca pembesar sangat dibutuhkan. Saat menemukan kerikil-kerikil tajam, aku akan menggunakan kaca pembesar tadi untuk mengantisipasinya terlebih dahulu. Tetapi, setelah dipikirkan ulang kalau hidup mulus-mulus saja tentu tak menarik untuk diceritakan.

Sebagaimana angka yang terus bertambah di usiaku, semakin banyak pula aku diproses . Proses yang naik turun membuatku terbentur hingga akhirnya terbentuk. Seandainya kalau tidak berproses dan semua serba instan tentu aku akan mudah untuk melepaskan sesuatu. Perjalanan menuju dewasa mengajarkan bahwa kehidupan selalu dekat dengan kegagalan dan keberhasilan. Tetapi tak perlu khawatir dan merasa takut untuk kembali mencoba ataupun berhenti berjuang. Sebab hidup perlu gagal agar mengetahui sudah sejauh mana kita melangkah.

Sayangnya, hidup menuju dewasa tak cukup hanya dengan menerima semua kegagalan tapi juga bagaimana mengenal diri sendiri agar mampu bangkit dari masa-masa sulit. Bagimana mengontrol emosi, memotivasi diri, memberi waktu istirahat, dan menerima semua hal pahit yang terjadi. Pengenalan diri sendiri secara mendalam akan membantu mengetahui sejauh mana ketahanan kita menghadapi sesuatu. Apakah kita terlalu lama menyiksa, memanjakan diri sendiri atau sebaliknya?

Banyak orang merasa mengenal diri sendiri cukup dengan mengetahui kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya. Padahal proses mengenal diri sendiri dilakukan seumur hidup dan terus-menerus. Tidak berhenti sebatas mengetahui kekurangan lalu memperbaikinya. Seperti kata guruku sewaktu SD, hidup adalah belajar tiada akhir. Aku merasa itu benar, kita pada akhirnya berhenti belajar ketika semua organ tubuh tidak lagi berfungsi atau sudah meninggal. Jadi ketika aku, kamu, dan mereka capek, lelah, muak, itu berarti tanda kita semua masih hidup.

Lalu bagaimana sih cara yang dapat dilakukan untuk mengenal diri sendiri? Perlukah mengikuti orang lain? Boleh-boleh saja selagi nyaman, tapi jangan sampai memaksakan diri. Namun, jika kita memiliki versi terbaik untuk melakukan hal yang nyaman bagi diri sendiri, jauh lebih bagus. Tidak perlu melakukan hal sulit dengan menantang diri. Bisa dengan melakukan hal terkecil lebih dahulu, menyapa dan mengapresiasi diri setiap harinya.

Dengan mengenal diri sendiri dapat membantu kita untuk menerima semua perasaan-perasaan yang hadir. Kita tidak lagi berfokus untuk menolak dan memaksa diri menghindarinya. Akhirnya perasaan yang tak menyenangkan tidak lagi tertimbun karena sudah dibereskan terlebih dahulu. Untuk itu, mari kita berproses setiap harinya dengan belajar tanpa berhenti dan merasa cukup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun