Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Uang Palsu dari ATM, Salah Siapa?

9 November 2020   18:42 Diperbarui: 9 November 2020   19:06 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar berbagi pengalaman. Karena sedang mencuat kasus nasabah yang merasa ditipu oleh bank, walaupun ceritanya beda esensi, tapi paling tidak kejadian berikut melibatkan lembaga perbankan.

Alkisah, saya melakukan penarikan ATM bank plat merah yang berlokasi di sebuah mini market, sebesar 250 ribu, dan saya dapat 5 lembar uang 50 ribu. Saya langsung masuk mini market karena tujuannya memang mau beli peralatan bersih-bersih, hanya karena tidak ada uang tunai,  maka saya singgah di ATM.

Setelah dapat barang yang diperlukan, saya menuju kasir untuk membayar, saya serahkan uang 50 ribu, setelah mendapat kembalian, saya pun pulang. Sampai di rumah, saya periksa lagi uang dari ATM tersebut. Alangkah kagetnya saya, karena ternyata ada terselip selembar uang 50 ribu palsu.

Bagaimana bisa tahu? Karena sangat jelas perbedaannya. Dari segi ukuran, warna dan tinta yang digunakan, bahan kertasnya juga beda. Singkatnya, tidak perlu orang yang ahli, apalagi lampu ultraviolet seperti yang ada di bank untuk mengenali bahwa ini adalah uang palsu.

Sejenak saya kesal dengan kejadian ini, karena terbayang jalan yang harus dilalui untuk mengurusnya. Apalagi kejadiannya pada hari Jumat sore, masak saya harus nunggu hari Senin untuk mengadukannya. Tiba-tiba saya ingat, bahwa hari Sabtu ada weekend banking, hanya saja tempatnya jauh dari tempat tinggal saya, tapi demi (berharap) penggantian uang, saya akan kerjakan ide tersebut.

Kejadian ini saya ceritakan ke keluarga, sarannya bermacam-macam, ada yang bilang belikan bensin aja pakai uang itu (kan penjaga pom bensinya sibuk, tidak bakalan perhatikan uang yang dikasih), dan ada yang bilang setor tunai aja di mesin setor tunai, siapa tau bisa, jadi tidak perlu repot ke bank segala. Semua itu saya tolak, dengan alasan, saya bukan pengedar uang palsu, dan kasihan orang lain jadi kena masalah gara-gara saya, kan bisa saja saya dipolisikan karena bertransaksi dengan uang palsu. Kalau mesin setor tunai, pasti akan menolak uang tersebut, karena ukurannya yang tidak standar, dan saya yakin mesin tersebut dilengkapi sensor untuk mendeteksi uang palsu.

Karena Covid 19, weekend banking ditiadakan. Saya akhirnya benar-benar harus menunggu hingga Senin. Ada kekhawatiran bank tidak akan memproses cerita saya, karena dianggap berbohong, hanya saja saya berpegang pada prinsip: jujur pangkal selamat dan berani karena benar. Jadi akhirnya, saya mantap melangkah.

Hari Senin, saya menjelaskan kepada teller bank bahwa saya mendapat uang palsu dari ATM. Mereka mencatat pengaduan saya di sebuah form pengaduan, dan mengambil uang palsu tersebut untuk disatukan dengan berkas laporan saya, serta menjanjikan maksimal dalam 14 hari kerja saya akan dihubungi kembali. 

Singkat cerita saya tidak dihubungi setelah 14 hari kerja oleh bank yang bersangkutan, sampai akhirnya saya harus kembali ke kota tempat saya bertugas. Dengan bermodal form pengaduan, saya mendatangi bank plat merah tersebut di kota tempat saya tinggal.

Saya sampaikan ke CS masalah saya, CS menjelaskan akan mengurus keluhan saya dalam 14 hari kerja. Yang melegakan, katanya CSnya uang saya akan diganti. Walaupun kalau dipikir-pikir tenaga, pikiran dan waktu yang dihabiskan untuk mengurusnya tidak sebanding.

Pada suatu hari, iseng saya cek ternyata saldo saya bertambah 50 ribu, asumsi saya ini adalah pengganti uang palsu yang saya dapatkan di ATM, karena tidak ada teman atau kolega yang konfirmasi telah mentransfer uang ke saya, maka dari itu saya tidak melakukan pengecekan lebih jauh lagi, selain juga karena sudah lelah hati mengurusnya, terbayang harus antri sekian lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun