1. Â Pemulihan Sosial dan Ekonomi:
- Penyelesaian Aset: Pemerintah melaksanakan proses ganti rugi melalui mekanisme 'jual-beli' tanah dan bangunan di Peta Area Terdampak (PAT) menggunakan dana APBN. Tujuannya adalah memberikan kompensasi yang adil sebagai modal warga untuk relokasi dan memulai kehidupan baru di tempat yang aman.
- Pemberdayaan Ekonomi: Untuk mengatasi hilangnya mata pencaharian, PPLS menyelenggarakan program pelatihan keterampilan (misalnya, menjahit, kuliner, dan kerajinan). Program ini penting untuk membantu korban bencana bertransisi profesi dan membangun kemandirian ekonomi.
2. Â Pemanfaatan Material Lumpur dan Inovasi Riset:
- Bahan Baku Konstruksi: Lumpur Lapindo diubah dari limbah menjadi sumber daya dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku konstruksi, seperti semen, bata merah, beton ringan, dan genteng, yang turut mengurangi volume lumpur di kolam penampungan dan menciptakan nilai ekonomi lokal melalui IKM.
- Potensi Mineral: Kajian geologis terus mendalami potensi lumpur, termasuk kemungkinan keberadaan mineral langka seperti Litium, yang dapat menjadi sumber daya strategis nasional untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.
3. Â Penataan Lingkungan dan Pengembangan Geowisata Edukasi:
- Kawasan Multifungsi: Area terdampak ditata ulang menjadi Kawasan Geowisata Edukasi. Penataan ini meliputi pembangunan anjungan pandang, museum mini, zona konservasi, dan RTH.
- Tujuan: Konsep Geowisata berfungsi sebagai upaya konservasi, pengamanan aset lahan negara, dan sarana edukasi publik tentang fenomena geologi dan penanggulangan bencana. Langkah ini menegaskan pergeseran paradigma dari penanggulangan darurat ke manajemen risiko lingkungan yang adaptif dan berkelanjutan.
Tiga pilar mitigasi pasca bencana ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk tidak hanya menyelesaikan masalah ganti rugi, tetapi juga untuk mengubah tragedi Lapindo menjadi pelajaran berharga dan potensi ekonomi baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!