Mohon tunggu...
Fenni Bungsu
Fenni Bungsu Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis

Penyuka warna biru yang senang menulis || Komiker Teraktif 2022 (Komunitas Film Kompasiana)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidupkan Hidup untuk Dayakan Indonesia

22 April 2016   19:16 Diperbarui: 30 April 2016   19:47 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                              [/dok. APribadi]

Mengapa harus Hidupkan Hidup?


Manusia berada di muka bumi ini untuk menjalani kehidupan. Semenjak dilahirkan ke dunia hingga ketika dunia tak lagi dipijak. Suka duka menaunginya. Begitupula dengan berbagai ujian dan pengorbanan sehingga mengerahkan segala daya dan upaya, harus dijalani demi kehidupan yang lebih baik


Dari situ, muncullah orang-orang yang bisa dijadikan sosok inspiratif bagi yang lain. Inilah kolaborasi apik dalam susunan rapi antara program salah satu Perbankan Nasional, BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional), yaitu "Daya" dengan menggaet 20 blogger Kompasiana sebagai penulisnya. Ya, sebuah buku yang akan memberikan guncangan semangat hidupkan hidup, khususnya di Indonesia


Begitu banyaknya kebudayaan yang tersebar di negara yang berbentuk kepulauan ini, akan menghadirkan banyak pengalaman hidup yang menjadi hikmah. Entah itu banyaknya penghargaan yang diterima atau tidak dianggap dalam berkarya ataupun jatuh bangun dalam proses menuju keberhasilan, yang semuanya terdapat dalam buku nan membangkitkan semangat untuk Hidup yang Lebih Berarti.

**
Hidupkan Hidup Untuk Dayakan Indonesia


"..Indonesia bisa swasembada pangan bila pola cocok tanamnya benar..." (hal. 36)

Kerja keras yang membuahkan banyak berkah. Ide brilian dari sosok yang diangkat oleh Nanang Diyanto ini, akan membuat para pembaca merasa, hmmm...seraya menggidikkan bahu. Boleh dikatakan, ini cukup menghentak. Semoga saja, usaha dari Pak Suwono tersebut menjadi perhatian banyak pihak, sehingga kita tidak lagi menggunakan pupuk yang banyak kandungan bahan kimia.

"Daripada ngurumpi yang tidak jelas ujung pangkalnya kan lebih baik bekerja mengemas sampah." (hal 79)

Saat ini bank sampah sudah dikenal oleh masyarakat. Namun terkadang, pola pikir masyarakat menjadi kendalanya. Salah satunya adalah dari kisah yang diangkat oleh Singgih Swasono ini. Sosok Slamet Akhmad Mukhyidin atau yang lebih dikenal dengan Pak Ayo, sangat gigih dalam mensosialisasikannya agar kita bisa mengemas sampah di rumah. Pastinya dampak postif yang dapat kita terima paling mudah adalah lingkungan bersih.

"...tekad yang kuat selalu bisa membuat seseorang bangkit dan maju." (hal.89)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun