Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

New Normal itu Bukan Berarti Sudah Aman, Masih Ada Virus COVID-19

19 Juni 2020   22:42 Diperbarui: 19 Juni 2020   22:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain bersama si kecil ke mal tanpa masker dan pelindung diri.

Kata new normal, belakangan ini menjadi viral diperbincangkan. Kenormalan baru (bahasa Inggris: new normal) adalah sebuah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang merujuk kepada kondisi-kondisi keuangan usai krisis keuangan 2007-2008, resesi global 2008–2012, dan pandemi COVID-19 [1]. 'Kenormalan baru' dipakai pada berbagai konteks lain untuk mengimplikasikan bahwa suatu hal yang sebelumnya dianggap tidak normal atau tidak lazim, kini menjadi umum dilakukan. 'Kenormalan baru' sebagai upaya kesiapan untuk beraktivitas di luar rumah seoptimal mungkin, sehingga dapat beradaptasi dalam menjalani perubahan perilaku yang baru.

Jenuh Terkurung Selama PSBB

Diawal masa transisi menuju penormalan baru ini pun telah diberlakukan pelonggaran berbagai sektor secara bertahap. Masyarakat menyalahartikan pelonggaran ini sebagai bebas dari ancaman virus sehingga kenormalan baru menandakan masyarakat sudah bisa bebas kemana aja tanpa ada larangan dari pemerintah. Tak heran banyak keluarga muda pergi ke ruang publik bahkan ke mal. sehingga masyarakat berbondong-bondong menyerbu tempat wisata, ruang publik dan tempat-tempat yang sebelumnya ditutup

Akhir pekan lalu, media sosial dibanjiri aktivitas masyakarat keluar rumah seperti beramai-ramai ke gelanggang olahraga, berkerumunan di jalan yang sering digunakan Car Free Day (CFD) ataupun kepadatan kendaraan akibat tingginya antusias warga untuk berwisata di kawasan Puncak, meskipun masih dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) [2]. Hal demikian juga terjadi pada sebuah mal di Bogor sudah bisa makan di tempat dan penjualan kebutuhan yang tak lagi primer yang mana terdapat banyak balita yang diajak main orang tua ke mal. Mirisnya dibiarkan saja lari kesana kemari tanpa dibekali alat pelindung diri seperti masker bahkan dibiarkan memegang bebas memegang benda-benda publik.

Hal ini menandakan adanya kejenuhan masyarakat pada saaat semua aktivitas di rumah aja; bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Kejenuhan itu juga diiringi dengan menurunkan kesadaran masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan. Belakangan ini terjadi pengambilan paksa jenazah postif COVID-19 di sejumlah daerah dan penolakan tes cepat di sejumlah pasar.

Pentingnya Kesadaran Publik Menjaga Kesehatan

Kenormalan baru ini mengedepankan aktivitas yang mengutamakan kesehatan. Masker sudah menjadi tren masa kini yang wajib digunakan saat  beraktivitas. Tak heran, desain masker makin beragam. Tren berfoto dengan masker pun semakin biasa ditemui di media sosial.

Aktivitas di area publik dan transportasi publik pun sudah mulai bergeser. Di area publik mulai mengedepankan jaga jarak dan memilih waktu berkunjung yang relatif sepi pengunjung. Di transportasi publik, pengguna sudah mulai terbiasa untuk antri, berjaga jarak, tidak memaksakan masuk ketika sudah padat, tidak duduk yang ditanda silang dan tidak berbincang atau pun mengangkat telepon.

Masyarakat juga perlu memperhatikan kesegaran tubuh dengan meningkatkan imunitas tubuh. Hal ini bisa dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin C ketika sedang sakit, berolaraga di akhir pekan ataupun bersepeda ke tempat kerja.

Miliki Kesadaran untuk Saling Melindungi

Sudah lebih dari tiga bulan pandemi COVID-19, namun efek di bidang ekonomi sungguh dasyat. Banyaknya usaha yang tutup, pemutusan hubungan kerja secara massal bahkan meningkatnya rakyat miskin baru. Oleh karenanya perlunya ketahanan mental untuk saling melindungi satu sama lain. Perlunya bahu-membahu untuk saling menguatkan dan saling menjaga di masyarakat sekitar. Ketahanan pangan dalam lingkup pemerintahan terkecil perlu ditingkatkan di setiap RW supaya warganya tidak ada yang kekurangan.

Kejujuran sangat diperlukan untuk melindungi orang di sekitar kita. Tak hanya untuk melindungi tenaga medis tapi juga tetangga dan teman-teman dalam rantai aktivitas keseharian. Kejujuran bisa memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Sehingga membantu untuk saling melindungi terutama bagi kaum rentan yang memiliki penyakit kronis ataupun lansia.

Perkuat Empati di Masa Kenormalan Baru

Banyaknya dampak dari pandemi COVID-19 ini, tak hanya dari segi ekonomi tapi juga mental warga. Perlunya kesadaran setiap orang untuk lebih peka dan berampati pada lingkungan sekitar. Kematian akibat virus COVID-19 sudah mencapai lebih dari 2.000 jiwa dan lebih dari 420.000 jiwa di 216 negara (pertengahan Juni 2020). Hal ini harusnya bisa memupuk empati masyarakat untuk lebih peduli pada masyarakat yang sedang terkena musibah dan bisa menjaga sikap serta beretika pada setiap lapisan masyarakat terutama kaum minoritas.

*

Sampai saat ini, vaksin COVID-19 baru mulai memasuki tahap uji klinis fase pertama di Korea Selatan, Sedangkan uji klinis fase kedua rencananya digelar di Indonesia pada Agustus 2020 [3]. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan ratusan juta dosis vaksin untuk penyakit akibat virus COVID-19 dapat diproduksi pada akhir tahun 2020 (4). Itu artinya virusnya masih bebas berkeliaran.

Selama vaksin COVID-19 belum diproduksi massa dan didistribusikan di Indonesia sebaiknya perilaku atau kebiasaan yang mengedepankan kesehatan harusnya tetap dipertahankan dalam setiap aktivitas.

Kenormalan baru ini masih perlu kesadaran untuk menjaga imunitas dan kepedulian pada sesama untuk saling melindungi serta memperkuat empati. Lewati akhir pekan dengan kegiatan yang aman untuk diri sendiri, keluarga tercinta maupun untuk sekeliling kita. Tetap hormati tugas tenaga medis dan tetap patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Indonesia bisa terbebas karena kesadaran bersama. Edukasi pada masyarakat akan pentingnya disiplin penerapan protokol kesehatan masih perlu dilanjutkan. Sehingga perlu digerakkan tokoh-tokoh masyarakat baik artis, selebgram, youtuber, blogger dan akun media sosial organisasi untuk terus mengedukasi masyarakat tentang tata cara, sikap, perilaku ataupun ragam aktivitas yang sesuai dengan protokol kesehatan di era kenormalan baru. Karena virus COVID-19 masih ada belum bisa dikendalikan.

**

(1) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kenormalan_baru

(2) https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52953934

(3) https://nasional.kompas.com/read/2020/06/18/18142961/vaksin-covid-19-kalbe-farma-mulai-diuji-klinis-kerja-sama-dengan-korea

(4) https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200619013044-134-515000/who-targetkan-ratusan-juta-vaksin-covid-19-pada-akhir-tahun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun