Mohon tunggu...
Femy Pratama
Femy Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa & Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lebih dari Sekedar Kotoran Sapi

7 Oktober 2017   00:00 Diperbarui: 7 Oktober 2017   00:16 3882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut tim biru (2010), ada 6 bagian utama dari suatu digester, yaitu : inlet(tangki pencampur) sebagai tempat memasukkan campuran kotoran sapi dan air), digester (ruang fermentasi anaerob), penampung gas (ruang penyimpanan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi), outlet (ruang pemisah) sebagai tempat hasil samping berbentuk lumpur (slurry) / tempat kotoran yang telah mengalami proses fermentasi oleh bakteri., sistem pengangkut gas dan lubang kompos kotoran hewan yang telah hilang gas / lumpurnya. Model pengembangan biogas di Indonesia dapat dilihat pada gambar  dibawah ini : 

Komponen Bangunan Digester
Komponen Bangunan Digester
Keterangan : 1. Inlet(tangki pencampur), 2. Pipa inlet(bisa dihubungkan ke wc), 3. Digester, 4. Penampung Gas (Kubah), 5. Manhole, 6. Outlet&Overflw, 7. Pipa Gas Utama dan turret, 8. Katup Gas Utama, 9. Saluran Pipa, 10. Waterdrain(penguras air), 11. Pengukur Tekanan, 12. Keran Gas, 13. Kompor Gas dengan pipa selang karet, 14. Lampu (Pilihan), 15. Lubang Bio-slurry(dalam panduan konstruksi model instalasi biogas Indonesia). 

Desain biogas yang digunakan adalah jenis kubah tetap (fixed dome). Menurut Suyitno, dkk (2010), digester ini mempunyai volume yang tetap. Kelebihan dalam penggunaan digester ini diantaranya adalah sederhana karena dapat dikerjakan dengan mudah, biaya konstruksi rendah, dapat dipilih penggunaan material yang tahan karat, berumur panjang, dan dibuat didalam tanah sehingga menghemat tempat. Sedangkan kekurangannya bagian dalam reaktor tidak terlihat sehingga jika terjadi kebocoran tidak dapat dideteksi langsung, tekanan gas berfluktuasi bahkan fluktuasinya sangat tinggi, suhu digester rendah (dalam teknologi biogas).    

Desain biogas yang disediakan terdiri dari dua bahan berupa plastik bening dan tangki air berbentuk kubus berukuran 1 m3. Nama lain dari tangki ini adalah digester, reaktor atau fermentor. Perbedaan digester ini  tidak hanya dari segi bahan namun juga dari biaya dan jangka waktu penggunaannya. Untuk digester plastik bening lama pemakaian lima tahun dan biayanya juga lebih murah sedangkan untuk digester berukuran kubus lama pemakaian mencapai delapan tahun.

Digester berbentuk kubus dengan volume 1 m3
Digester berbentuk kubus dengan volume 1 m3
Prinsip dalam pembuatan digester ini adalah kedap udara karena bakteri yang digunakan bersifat anaerob (tidak membutuhkan Oksigen ) dan suhu 34-45oC merupakan suhu yang baik bagi bakteri untuk menghasilkan biogas.

Digester berbahan plastik
Digester berbahan plastik
Untuk menghasilkan biogas, hal yang perlu dilakukan yaitu : Ambil kotoran ternak sapi yang masih baru (2-3 hari) masukkan ke dalam baskom campur dengan air (perbandingan kotoran sapi (1) : air (2), aduk. Masukkan campuran tersebut ke bagian inlet, isi digester sampai 2/3, biarkan selama 14 hari agar gas terbentuk. Setelah hari ke 14, buang gas karena gas awal yang terbentuk tidak dapat digunakan langsung karena mengandung campuran udara dan gas. Pengisian digester dilakukan setiap hari seperti pada tahap awal pencampuran selanjutnya biogas dapat digunakan. Hasil samping berbentuk lumpur (slurry) mengalir keluar digester menuju ke outlet dengan adanya overflow.


Pengisian campuran kotoran sapi dan air ke dalam digester
Pengisian campuran kotoran sapi dan air ke dalam digester
Menurut Wahyuni (2011), kelebihan bahan bakar biogas yang digunakan untuk memasak adalah menghasilkan api berwarna biru dan panas yang sama dengan pemakaian LPG, tidak beracun, tidak berbau. Selain murah, biogas juga ramah lingkungan (dalam menghasilkan biogas dari aneka limbah).

Hasil samping (slurry) yang dapat digunakan untuk pupuk
Hasil samping (slurry) yang dapat digunakan untuk pupuk
Nyala api biru dari gas yang dihasilkan
Nyala api biru dari gas yang dihasilkan
Dengan adanya program ini diharapkan dapat menjadi salah satu tempat percontohan biogas khususnya untuk daerah kota Padang dan ekowisata bagi masyarakat pada umumnya dan bagi siswa/i serta mahasiswa/i khususnya. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan mahasiswa/i pascasarjana Universitas Andalas dan kunjungan dari bapak Eriyang yang berprofesi sebagai peternak sapi pedaging namun bukan warga Jawa Gadut yang sangat antusias dalam mempelajari biogas ini.

Referensi

  • Oleskowics-Popel, P.: Biogas and Bioethanol Production in Organic Farming. National Laboratory for Sustainable Energy2010.
  • M. Bamualim, A.; Thalib, A.; N. Anggraeni, Y.; Mariyono.: Environmental Awareness On Beef Cattle Technology Wartazoa2008, Vol. 18 No.3 Th. 2008.
  • Tim Casindo NTB. Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2025, p.2, 2010.
  • http://www.batan.go.id/prod_hukum/extern/Perpres5_2006.pdf).
  • Wahyuni.Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah.2011.
  • Tim biru.Panduan konstruksi model instalasi biogas Indonesia.2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun