Mohon tunggu...
Felix Yohanes Andaria
Felix Yohanes Andaria Mohon Tunggu... Guru - Pendeta dan Guru Pendidikan Agama Kristen

Integrity, Respect, Discipline

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Penerapan Etos Kepemimpinan Yesus Kristus pada Organisasi Gereja Masa Kini

10 Desember 2018   14:37 Diperbarui: 10 Desember 2018   15:09 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan 

Para pembaca Kompasiana, yang diberkati Tuhan, pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan tentang apa-apa saja yang harus dibutuhkan oleh seorang pemimpin, terutama dalam organisasi gereja. Penulisan makalah ini ditujukan kepada pemimpin gereja masa kini, terutama pendeta-pendeta muda yang ingin mencoba menjadi pemimpin pada aras jemaat lokal. Apalagi saat ini, merupakan era digitalisasi, era komputerisasi, era internet dan era smartphone, yang sadar tidak sadar, suka tidak suka mau tidak mau, amat sangat mempengaruhi perilaku seorang pemimpin gereja-gereja masa kini.

Dengan demikian, perihal etika dalam kepemimpinan dirasa penting untuk diperhatikan oleh segenap pemimpin-pemimpin muda khususnya, di dalam menjalani kepemimpinannya di gereja. Melalui judul artikel ini yaitu Upaya Penerapan Etos Kepemimpinan Yesus Kristus Pada Organisasi Gereja", penulis ingin para pemimpin sekarang ini, mampu menerapkan etos kepemimpinan Yesus Kristus dalam kehidupannya. 

Berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan-pengamatan di organisasi gereja, masih banyak pemimpin yang memimpin belum menerapkan etos kepemimpinan Yesus Kristus itu secara benar. Oleh karenanya, penulisan artikel ini ingin menolong, menuntun dan menjawab segala pergumulan dan permasalahan tersebut.

Permasalahan yang sering muncul dalam memimpin berlandaskan etos kepemimpinan Yesus Kristus di antaranya :

Belum lengkapnya pengetahuan teologis mengenai pembekalan tentang kepemimpinan seperti Yesus Kristus. Penyebab belum lengkapnya pengetahuan teologis tersebut berasal dari diri seorang pemimpin, latar belakang pendidikannya, motivasinya, dan tujuan akhir untuk mendapatkan sesuatu (cita-cita). 

Diri seorang pemimpin menjadi pemicu, artinya apakah pemimpin tersebut sungguh-sungguh menjalankan kepemimpinan kelak (kalau untuk mencoba-coba saja, lebih baik jangan dilakukan), lalu latar belakang pendidikannya, terkadang seorang pemimpin bukan dari lulusan S1 teologi melainkan ilmu umum lain, kemudian belajar teologi di program pasca sarjana. 

Memang secara jenjang pendidikan, memiliki gelar S2 teologi, akan tetapi pengetahuan dasar ilmu teologi tersebut tidak lengkap kalau sedari awal lulus S1 teologi. Selanjutnya adalah motivasi dan cita-cita pemimpin itu. Kita harus bertanya apa motivasi pemimpin dalam memimpin suatu organisasi gereja. Apakah semata-mata ingin mendapat gaji tinggi, dipandang sebagai orang suci, atau memang murni memiliki motivasi melayani. Inilah yang di awal dikatakan belum lengkapnya pengetahuan teologis dari seorang pemimpin.

Permasalahan berikutnya adalah tingkat moralitas dan itegritas seorang pemimpin yang sangat sulit untuk mengukurnya. Belum ada alat ukur yang secara kuantitatif (menunjukkan nilai atau angka) berapa nilai yang layak, untuk menilai pemimpin yang bermoral dan berintegritas. Kelihatan luarnya atau tampang mukanya saja alim, saleh, baik, tetapi tiba-tiba menjalin hubungan asmara dengan anggota jemaatnya. 

Kasus lain, kelihatannya tegas, berwibawa, tetapi mengambil / "bawa lari" istri orang. Ada lagi yang bertipe ramah, baik, murah senyum, namun menyalahgunakan uang gereja, serta masih banyak lagi kasus atau persoalan mengenai moral dan integritas yang kita temui sekarang ini. Masalah moralitas dan integritas inilah menjadi persoalan yang harus diberi perhatian khusus pada masa kini, kalau mau mendapatkan pemimpin yang memimpin seperti Yesus Kristus

            Melalui uraian singkat di atas, masalah-masalah yang menurut penulis membutuhkan membutuhkan penanganan serius oleh gereja-gereja dalam menyeleksi secara ketat pemimpin gerejanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun