Belajar dari masyarakat Baduy yang hingga kini dan berhasil menjadi anti-tesis dari masyarakat yang eksploitatif dan korup, jelas mereka tidak akan bertahan tetap menjadi seperti itu tanpa mematuhi tatanan yang menghidupi sakralitas mereka.
Pertanyaannya sekarang, apakah Gereja Katolik masih memerlukan tatanan untuk menghidupi sakralitasnya? Ataukan demi selera umat, potensi-potensi yang dapat merusak sakralitas tersebut bisa bebas dilakukan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!