Katekese Digital sebuah ikhtiar positif Gereja Katolik Keuskupan Labuan Bajo NTT dalam merawat ruang digital agar tetap menjadi ruang bermain yang aman, ramah dan inklusif.Â
Katekese Digital yang menghadirkan Katekis atau guru Agama Katolik dari setiap Paroki itu bertujuan supaya Katekis mulai memasuki komunitas digital. Agar para Katekis Katolik memanfaatkan ruang digital untuk berbagi dan bersaksi tentang Kasih Kristus.Â
Dunia memang menuntut kita untuk berlari lebih cepat. Tidak terkecuali dengan gereja. Gereja mau tidak mau harus menyesuaikan media pewartaan, beranjak dari media konvensional menuju  media digital yang terus berkembang saat ini.Â
Sebab suka tidak suka, terima atau tidak, ruang digital menjadi rumah perkumpulan baru bagi umat manusia, termasuk orang Katolik. Mengabaikan ruang digital, sama dengan mengabaikan umat beriman yang menetap di sana.Â
Sebab ruang digital menjadi "natas bate labar" (ruang bermain) yang baru bagi umat manusia, tentu juga bagi umat Katolik. Bahkan sebagian telah menjadikan ini sebagai "umat bate duat" atau tempat mencari nafkah.Â
Sudah banyak konten kreator FB Pro mendulang rupiah dari dunia digital, dan tanpa ragu kita harus bersyukur karena itu. Bahwa melalui kecerdasan manusia, Tuhan menciptakan kehidupan baru di dunia digital.Â
Sebagai tempat berkumpulnya manusia, tempat bermain, bersosialisasi diri, bahkan menjadi tempat mencari makan, komunitas digital bukan lagi sekedar komunitas virtual.Â
Komunitas digital hadir begitu nyata, karena ia juga telah membawa manusia kepada kesatuan yang nyata dalam kehidupan keseharian. Dari ruang digital, orang bisa merancang aksi sosial menolong mereka yang berkekurangan.Â
Dari rumah digital lahir komunitas peduli lingkungan hidup. Dari ruang digital, lahir komunitas pejuang kemanusiaan. Kesatuan dan solidaritas di ruang digital, mengantar orang pada solidaritas sosial yang nyata.Â
Karena itu katekese Digital bagi para Katekis Katolik sebuah langkah awal yang positif dari gereja Keuskupan Labuan Bajo dalam memperlihatkan kepekaan gereja Katolik terhadap umat.Â
Dengan sikap gereja yang positif terhadap media digital, gereja karena itu melihat komunitas digital sebagai sebuah yang positif. Dan karena itu  mengambil tanggung jawab merawatnya, dan menggaraminya dengan menyiapkan santapan rohani bagi umat.Â
Kecakapan digital tentu menjadi tuntutan tambahan bagi seorang Katekis Katolik ketika memasuki komunitas digital, dan bersosialisasi secara baru di dalamnya.Â
Dunia digital begitu kompleks karena menjadi ruang berkumpul aneka manusia dengan latar belakang pendidikan, latar sosial budayanya, dan sajian informasi  yang begitu kompleks.Â
Pola komunikasi, dan sosialisasi di ruang digital juga berbeda dengan pola konvensional berbasis lokasi. Komunitas digital dibentuk oleh informasi, dan minat terhadap informasi tertentu. Kualitas informasi menciptakan manusia, pikiran, kesadaran, dan perilakunya.Â
Umat kategorisasi berbasis lokalitas pelan-pelan bermigrasi ke komunitas berbasis digital. Dan katekis Katolik dipanggil Tuhan untuk bersaksi tentang Kasih Kristus.Â
Dengan itu, bermedia sosial bagi Katekis bukan lagi hanya sekedar ruang untuk bermain, dan menyalurkan hobi. Katekis hadir di sana untuk memberi kesaksian iman.Â
Kehadiran Katekis di rumah digital menjadi lebih berkualitas dan konten yang dibagikan dituntun oleh panggilan iman untuk bersaksi tentang Kristus.Â
Katekis karenanya perlu mengembangkan etika Kristiani dalam bermedia sosial, dan mendukung persatuan komunitas umat manusia. Meningkatkan kecakapan dalam memodifikasi konten agar  bisa menjadi santapan rohani yang bermanfaat bagi setiap orang. Semoga.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI