Mohon tunggu...
Feliks Janggu
Feliks Janggu Mohon Tunggu... Warga biasa di Kota yang ditata sangat luar biasa, Labuan Bajo

Anak asli Mabar nTt

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keadilan bagi Guru Swasta

26 September 2025   13:58 Diperbarui: 26 September 2025   14:16 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak ini adalah masa depan bangsa, dan guru menentukan pikiran bangsa ini ke depan ..

Keadilan bagi guru swasta hanya satu, upah yang setara dengan ASN. Logikanya begini. Jika negara mengakui anak sekolah output pendidikan dari sekolah swasta, berarti negara juga mengakui kontribusi guru swasta terhadap pembangunan pendidikan di bangsa ini. 

Dengan demikian, yang tertinggal adalah tanggung jawab dan kewajiban negara terhadap hak-hak guru swasta. Jika tidak sebaiknya, semua anak yang dididik guru swasta di sekolah swasta, jangan diakui negara. 

Sebab negara sudah terlalu lama berlaku tidak adil terhadap guru. Ketidakadilan pertama tentu saja kategorisasi guru dalam kelompok swasta dan guru negeri. 

Guru PNS dan guru kontrak, atau guru honorer. Kategorisasi yang memberi dampak psikologis terhadap guru. Terutama mereka yang dikategorikan sebagai guru honorer. 

Saya punya pengalaman ketika guru mengekspresikan ketidakpercayaan dirinya mengaku sebagai seorang guru, gara-gara ia guru honorer, dengan besar gaji Rp.500 per bulan. Jumlah honor yang bahkan tidak pas untuk membeli beras satu karung, apalagi untuk menghidupi keluarga. 

Kejadiannya pada pemilu kemarin, si guru mendaftar paruh waktu sebagai Panwaslu Kelurahan Desa. Kebetulan saya di Panwascam, dan meneliti berkas guru bersangkutan dan di kolom pekerjaannya ia menulis petani. Padahal saya tahu pekerjaan pokok dia sebagai guru. 

Tiba giliran wawancara, saya menanyai dia langsung pada pekerjaannya saat itu. Dan ia menjawab bahwa ia petani, dan juga mengajar sebagai guru honorer. 

Lalu saya bertanya, mengapa tidak mengakui profesi guru? Wajahnya memerah dan langsung pada poin mengapa ia demikian, karena honor jadi guru sangat kecil. 

Di situ saya lampiaskan kemarahan padanya. Saya katakan padanya, saya sangat menghormati guru dan itu profesi paling mulia di mata saya. Bagaimana anda seorang guru tidak bangga dengan pekerjaanmu? Dan langsung saya kasih isyarat pada dia, bahwa dia bohong dan tidak cocok jadi penyelenggara pemilu. 

Ini satu dari sekian kisah guru di mana honor menentukan kebanggaan mereka sebagai guru. Bagaimana guru bisa mengangkat wajah mereka di depan siswa, jika ia harus memikirkan pulang rumah akan memberi makan apa kepada istri/suami dan anak-anak mereka? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun