Banyak wanita berlomba menjadi cantik dan menarik. Padahal, kebahagiaan sejati sering datang dari hal yang lebih sederhana: dicintai dengan tulus, diterima apa adanya, dan dijaga dengan kesetiaan.
Saya pernah berpikir, menikah harus karena saling mencintai. Tapi perjalanan mengajarkan, yang lebih penting adalah menikah dengan orang yang mau mencintai kita setiap hari, dalam sabar, dalam lelah, dan dalam doa.
Sesama wanita sering kali iri dengan yang lebih cantik, ditambah lagi juga kaya. Pernahkah kita bergumam pelan,Â
Enak ya jadi dia, udah cantik, kaya lagi.
Seolah dua hal itu sudah cukup untuk membuka semua pintu kebahagiaan: jodoh, karier, dan hidup yang sempurna.
Namun, lihatlah kenyataan.Â
Ada selebritas cantik, kaya raya, tapi akhirnya bercerai. Sebaliknya, ada perempuan sederhana, tak bergelimang harta, namun hidupnya justru tenang dan bahagia.
Lalu, masihkah kita berpikir bahwa cantik dan kaya adalah kunci mutlak bahagia? Masihkah sesama wanita harus saling iri pada hal-hal yang fana dan relatif adanya?
Cinta, pada akhirnya, tetap tanda tanya.
Ia bisa dengan mudah membuat seseorang menjadi "buta", yang pandai sekalipun bisa menjadi bodoh.
Anehnya lagi, orang yang sedang jatuh cinta sering kali sulit dinasehati. Meski tahu pasangannya tidak baik, hanya memanfaatkan, bahkan sering menyakiti.