Pernahkah kamu merasa seperti sudah berjuang, tapi tak pernah maju? Tabungan tak kunjung terkumpul, rencana hidup sering berantakan, dan niat baik justru kandas karena keputusan-keputusan yang kamu buat sendiri.
Jika iya, bisa jadi duri yang selalu merintangi itu ada dalam dirimu sendiri. Inilah yang disebut self-sabotage, yaitu sebuah kondisi ketika tanpa sadar, kita sendiri yang menghambat langkah kita menuju kehidupan yang lebih baik.
Self-sabotage bukan berarti seseorang tidak ingin berhasil. Bahkan ia sangat ingin berubah, sukses, dan lebih baik tentunya. Namun ada pola pikir atau kebiasaan yang membuat dirinya terus terjebak dalam lingkaran yang sama dan itu datang dari dalam dirinya sendiri.
Contoh Kekinian yang Kerap Terjadi
1. Self-reward yang Melampaui Batas
Kamu mungkin pernah berpikir,
"Aku sudah kerja keras. Aku pantas belanja ini-itu."
Seketika uang pun tergerus habis demi barang-barang yang tidak benar-benar dibutuhkan. Nongkrong berulang kali, pesan makanan setiap hari, ikut tren gadget, dan menyebutnya sebagai "penghargaan untuk diri sendiri".
Padahal masih banyak utang, bahkan persiapan dana darurat untuk kebutuhan mendesakpun belum ada. Maka, ini bukanlah bentuk cinta pada diri sendiri, tapi justru lari dari tanggung jawab jangka panjang yang lambat laun bisa menjadi masalah baru.
2. Menolak Kesempatan karena Merasa Tidak Pantas
Saat ada peluang berkembang seperti dapat promosi, ajakan kolaborasi, atau undangan belajar ianya justru mundur. Merasa belum pantas, takut jika gagal, atau khawatir tidak bisa memenuhi harapan. Padahal, diusahakan dan dibuktikan saja belum.
Sikap ini terlihat seperti rendah hati, padahal bisa jadi itu bentuk perlawanan terhadap perubahan. Bukan karena tidak mampu, tapi karena takut meninggalkan zona nyaman.
3. Menunda-nunda Demi Kesempurnaan
Banyak orang ingin memulai hal baik: bisnis, karya, investasi, pendidikan. Tapi selalu berkata, "Nanti, kalau saya sudah benar-benar siap."
Menunggu waktu yang ideal, alat yang sempurna, atau kondisi yang 100% sesuai. Sayangnya, momen sempurna itu jarang datang. Dan saat sadar, ternyata sudah banyak sekali waktu yang hilang.
Perfeksionisme tidak selalu baik, terkadang ia hanya menjadi sebuah dalih. Alih-alih bertumbuh, kita justru membekukan potensi diri.
Lalu, Mengapa Ini Berbahaya?
Karena self-sabotage bisa menjadi kebiasaan yang tidak disadari. Ia tidak merusak dalam sekejap, tapi mencicil kehancuran sedikit demi sedikit setiap harinya.
Ia mengikis semangat, membuat langkah stagnan, dan mengunci diri dalam pola yang berulang. Ia ingin berubah, tapi terus mengulangi kesalahan yang sama.
Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
1. Kenali Pola dan Jujur pada Diri Sendiri
Tanyakan: "Apakah pilihan ini membawaku lebih dekat pada tujuan, atau justru menjauhkan?"
Kesadaran adalah langkah awal menuju perubahan.
2. Hadapi Rasa Takut, Jangan Disembunyikan
Rasa takut itu wajar. Tapi jangan biarkan ia mengatur arah hidup. Hadapi dan lewatilah bersama ikhtiar serta doa.
3. Beri Izin untuk Gagal dan Tetap Lanjut
Tidak perlu sempurna dulu untuk memulai. Mulailah dengan apa yang ada. Diiringi perubahan yang terus diusahakan. Pelan-pelan namun pasti jauh lebih baik daripada terus menunda.
4. Bangun Kebiasaan Refleksi dan Syukur
Mau menyadari kesalahan diri, serta mampu bersyukur ketika bisa memperbaiki. Selalu meminta bimbingan Allah setiap hari. Selalu sadar jika tanpa Allah kita lemah. Dan segala kebaikan yang mampu kita lakukan semata-mata karena pertolongan dan karunia Allah.
Maka, Berhentilah Menjadi Duri bagi Mimpi Kita!
Self-sabotage tak ubahnya menabur duri di jalan yang kita sendiri lewati. Kita sering menyalahkan keadaan, tapi lupa bahwa yang pertama harus diperbaiki adalah diri sendiri.
Allah telah menganugerahi kita akal, waktu, dan potensi. Jangan gunakan semua itu untuk menjatuhkan diri kita. Gunakan untuk bangkit, belajar, dan bertumbuh meskipun perlahan.
Jangan hanya berharap dan berdoa tanpa pernah mau belajar dan berusaha. Jika kita benar-benar ingin berubah, maka bertindaklah seperti orang yang ingin berubah. Karena mimpi itu tidak cukup dipeluk. Ia perlu diiringi langkah nyata, walaupun sederhana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI