Teringat waktu traveling ke negeri gajah putih beberapa waktu lalu, saya mampir ke sebuah restoran seafood di Phuket. Sepiring oyster tersaji dengan perasan jeruk tropis, sambal pedas manis, dan daun ketumbar segar. Rasanya bukan cuma gurih di lidah, tapi juga bikin mikir. Di balik satu sajian itu, ada rantai ekonomi pesisir yang hidup rapi dan tertata.
Mulai dari nelayan yang berangkat sebelum fajar, pemasok yang menjaga rantai dingin tetap terjaga, sampai juru masak yang tahu bagaimana menjaga cita rasa tanpa mengorbankan kebersihan. Semua bekerja dalam sistem yang menghargai laut, menghormati hasilnya, dan memahami pentingnya higienitas. Mereka menjual rasa lokal dengan standar global.
Indonesia punya laut yang jauh lebih luas, lebih kaya, dan lebih beragam daripada Phuket. Tapi banyak kota pesisir di negeri ini belum benar-benar menjadikan hasil lautnya sebagai sumber ekonomi yang berkelanjutan. Ikan segar sering tak tertangani dengan baik, proses pengolahan masih tradisional tanpa memperhatikan kebersihan, dan promosi kuliner lokal kadang berhenti di spanduk pasar atau festival tahunan.
Padahal, kalau setiap kota pesisir menata kembali cara mereka memperlakukan laut dan hasilnya, potensi ekonominya luar biasa besar. Bukan cuma untuk ekspor, tapi juga untuk wisata kuliner dan industri kreatif. Orang datang ke kota bukan hanya untuk makan, tapi untuk merasakan suasana, cerita, dan kebanggaan di balik sepiring makanan.
Bayangkan kalau setiap kota pesisir punya identitas rasa sendiri. Ambon dengan ikan asar, Bitung dengan tuna steak, Makassar dengan baronang bakar, Lombok dengan plecing seafood-nya. Semua diolah dengan higienis, dikemas menarik, tapi tetap membawa rasa lokal yang jujur. Itu bukan cuma soal kuliner, tapi soal martabat ekonomi daerah.
Higienitas seharusnya tidak dipandang sebagai beban, tapi sebagai nilai tambah. Karena wisatawan dan konsumen sekarang tidak hanya mencari enak, mereka mencari aman dan autentik. Mereka ingin tahu dari mana ikannya berasal, siapa yang menangkapnya, dan bagaimana laut itu dijaga. Cerita seperti itu adalah daya tarik ekonomi baru.
Laut memberi makan banyak keluarga di negeri ini. Tapi lebih dari itu, laut bisa memberi kebanggaan dan kesejahteraan kalau kita mengelolanya dengan rasa hormat. Sepiring seafood bukan hanya soal makanan. Ia adalah simbol kerja keras, pengetahuan, dan masa depan ekonomi pesisir yang bersih dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI