Mohon tunggu...
Feby Siahaan
Feby Siahaan Mohon Tunggu... -

Lulus S1 Teknik Sipil UNPAR tahun 1996, dan melanjutkan S2 di Rotterdam Business School, Netherland tahun 2003 atas beasiswa dari pemerintah Belanda. Mengawali karir sebagai penulis/reporter ekbis di Majalah D&R (s/d thn 1999), TEMPO (s/d 2005). Hingga kini berkarir profesional di sebuah konsultan keuangan di jakarta sebagai Associate Manager Training&Development division. Juga aktif mengajar dikampus, korporat maupun kementrian untuk topik Media Handling, Interview Skill dan writing skill for Humas/PR. Saat ini sedang mengambil kuliah paskasarjana di UPH untuk bidang komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan Berdarah-darah di Sawarna, Banten (Bag 1)

16 September 2014   17:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:32 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semestinya ini perjalanan penuh petualangan. Tapi malah berakhir dengan sekujur kaki dan tangan berdarah-darah, dihempas pecahan ombak Laut Selatan -  tertusuk tajamnya karang hitam.

-- ---

Kami berlima sudah merancang matang-matang perjalanan ini: Sawarna, Sukabumi. Jaraknya sekitar 280 km dari sukabumi. Untuk menuju kesana kami menyewa mobil, Avanza hitam berikut supirnya. Secara kite2 kaga tau jalurnya cuyy. Tanggalnya uda kita pilih, PAS bertepatan dengan libur kejepit 17 Agustus . Biar bisa ikutan upacara dunk di desa Sawarna.

Tibalah hari H.

Pukul 8 kami meninggalkan Jakarta. Rute yang diambil adalah lewat Serang, Malimping terus hingga desa Sawarna. Beuhhh, keputusan yang S.A.L.A.H.  Ternyata jalan menuju dan sekitar Malimping jueleekkkk habis (ngga tau deh sekarang, kali uda bener). Bumpy, dusty!  Untung jumlah peserta trip ini cuma 5 dengan komposisi: 1 didepan seblah pa supir, dua ditengah, dua dibelakang.

And guess wat? i sit most behind. Serasa naek trampolin...duk! bles! duk! duk! duk! duk!  (3 terakhir itu menandakan kepala gw yang terantuk tiga kali dieternit mobil). Ouch!!

6 jam pertama, kami masih berpengharapan. Tujuh jam..............

Jam ke-7 mulai berpandang-pandangan.

Jam ke- 8 mulai resah......

Jam ke-9 kami mulai fatamorgana.....hahahahaha....genteng orang pun dibilang laut. Pokoknya asal ada warna 'kebiru-biruan' langsung dilusi....termasuk jemuran handuk biru orang dikira pantai.....

Lewat Maghrib, stelah melewati (tepatnya melintasi) hutan hutan yang membuat kami was was setengah mampus (takut disergap orang brosis) tibalah kami diperhentian desa Bayah.  Mang Ade, kepala kampung sekaligus yang punya penginapan tempat kami menginap sudah menunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun