Mohon tunggu...
Febrina NurRahmi
Febrina NurRahmi Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 PWK 2019 UNEJ

191910501030

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pengembangan Agroindustri Keripik Samiler dengan Dukungan Kelembagaan di Desa Kemasantani, Kabupaten Mojokerto

22 Juni 2021   12:26 Diperbarui: 22 Juni 2021   12:42 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agroindustri Keripik Samiler (dokpri)

Agroindustri keripik samiler menjadi industri unggulan di Desa Kemasantani, Kabupaten Mojokerto. Desa Kemasantani merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Luas dari Desa Kemasantani merupakan 2,17 km2 dengan tinggi rata-rata adalah 345 mdpl. Lokasi dari Desa Kemasantani ini sangat strategis karena dekat dengan pusat kecamatan yang berjarak 1 km dan lokasinya berada di jalur menuju pariwisata.

Luas tanah yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian di Desa Kemasantani dapat dikatakan sudah cukup luas, akan tetapi untuk melakukan kegiatan agroindustri keripik samiler masih memerlukan bantuan hasil pertanian yang didapatkan dari luar desa. Sawah yang dimiliki Desa Kemasantani memiliki luas 137,26 m2 dan jika dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Gondang sudah cukup luas sehingga potensi pertaniannya tinggi. Pertanian yang dikembangkan adalah pertanian palawija karena memiliki topografi yang tidak rata. Kondisi topografi yang tidak rata ini menjadikan petani lebih memilih menanam singkong. Banyaknya pertanian singkong di Kecamatan Gondang ini, menjadi bahan baku singkong menjadi melimpah dan perlu pengolahan hasil pertanian agar dapat hasilnya dapat awet dan mampu menaikkan nilai jual.

Regulasi Terkait Agroindustri

Berkembangnya agroindustri di Kabupaen Mojokerto haruslah didukung dengan penyesuaian terhadap regulasi. Terdapat regulasi berupa Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/008 yag didalamnya pengatur pengolahan hasil pertanian yang merupakan bahan baku diolah menjadi barang jadi untuk dapat meningkatkan daya simpan dan juga nilai hasil pertanian. Regulasi tersebut sesuai dengan berkembangnya agroindustri keripik samiler yang ada di Desa Kemasantani, karena pada agroindustri keripik samiler merubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga lebih awet dan bernilai jual lebih tinggi.

 

Industri Keripik Samiler di Desa Kemasantani, Kabupaten Mojokerto 

Industri keripik samiler menggunakan bahan baku yang berasal dari singkong. Perolehan bahan baku singkong ini didapatkan dari petani sekitar yaitu etani di Kecamatan Gondang. Skala usaha dari agroindustri keripik samiler adalah usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM yang masih dipegang perseorangan. Berdirinya agroindustri keripik samiler ini bermula dari melimpahnya komoditas unggulan pertanian berupa palawija. Hasil pertanian berupa singkong sangat melimpah akan tetapi pada saat itu belum dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi makanan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Hasil panen yang melimpah membuat harga jual singkong sangat murah dan membuat petani merasa rugi jika tidak dilakukan pengolahan. Oleh karena itu masyarakat mulai berinovasi membuat keripik samiler agar hasil pertanian berupa singkong dapat memiliki nilai jual tinggi serta lebih tahan lama. Singkong tidak bisa dibiarkan dalam jangka waktu lama tanpa dilakukan pengolahan karena akan rusak dan tidak dapat dijual atau dimanfaatkan menjadi makanan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Pengelolaan agroindustri keripik samiler di Desa Kemasantani, Kabupaten Mojokerto ini dikelola secara pribadi dan tidak ada kelembagaan yang menaungi atau mengawasi. Pengelolaan dimulai dari mencari bahan baku untuk proses produksi, kegiatan pengolahan, proses pengemasan atau packing, dan juga pemasaran ke konsumen dilakukan secara mandiri dan melakukan kerjasama dengan pihak luar juga secara mandiri bergantung dengan agroindustri keripik samiler tersebut. Berjalannya agroindustri keripik samiler dikelola oleh masing-masing keluarga dan sebagian besar berlangsung secara turun-temurun. Kondisi yang disayangkan adalah mulai awal adanya agroindustri sampai dengan sekarang, kondisinya tidak banyak berubah karena kurangnya pengetahuan masyarakat.

UMKM keripik samiler di Desa Kemasantani sangat banyak, sehingga dapat diambil salah satu lokasi UMKM yang menjadi sampel dalam pengelolaan agroindustri keripik samiler yang ada di Desa Kemasantani, Kabupaten Mojokerto. Salah satu UMKM keripik samiler adalah UMKM yang bernama Al Vina. Proses produksi di agroindustri keripik samiler "Al Vina" ini dapat dijadikan sebagai sampel pengelolaannya. Setiap harinya jumlah singkong yang diperlukan untuk memenuhi proses produksinya paling sedikit adalah 120kg dan akan mengasilkan keripik samiler yang belum digoreng sebanyak 25kg. Penjualan dari keripik samiler ini dengan harga per kilonya Rp25.000,00. Proses produksi yang dilakukan di agroindustri keripik samiler Al Vina adalah :

  1. Proses Persiapan Bahan Baku dan Penggilingan

Persiapan bahan baku disini dengan memilih singkong dengan kualitas bagus agar keripik samiler tidak memiliki rasa pahit. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pengupasan dan dicuci bersih untuk menjaga kebersihan. Singkong dapat dimasukkan ke mesin parut dan kemudian dibuang airnya terlebih dahulu untuk menghindari ada rasa pahit dari air singkong yang masih tersisa. Selanjutnya dapat ditambahkan pelengkap seperti cabe giling dan daun bawang untuk menambah rasa dari keripik samiler yang akan dibuat. Biasanya proses persiapan ini dimulai sejak pukul 11.00 WIB setelah mendapatkan kiriman bahan baku berupa singkong dari petani yang sudah bekerjasama.

Gambar 1 Proses Persiapan Bahan Baku (dokpri)
Gambar 1 Proses Persiapan Bahan Baku (dokpri)
Gambar 2 Proses Penggilingan (dokpri)
Gambar 2 Proses Penggilingan (dokpri)
  

2. Proses Pencetakan dan Pengukusan

Singkong parut yang sudah ditiriskan dan diberikan bahan pelengakp tadi, dapat dicetak dengan bentuk bundar pipih. Pada UMKM Keripik Samiler Al Vina menggunakan loyang kecil. Proses masih manual tanpa adanya cetakan karena dirasa lebih praktis dan lebih cepat selesai. Setelah dicetak maka dilanjutkan dengan pengukusan yang hanya menggunakan 2 kompor sehingga produksinya menjadi lama. Proses pencetakan dan pengukusan ini dilakukan setelah penirisan dan biasanya dimulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB atau bergantung jumlah yang dibuat pada saat itu.

Gambar 3 Proses Pencetakan dan Pengukusan (Dokpri)
Gambar 3 Proses Pencetakan dan Pengukusan (Dokpri)

3. Proses Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dibawah terik matahari secara langsung. Durasi dari pengeringan ini ketika musim kemarau adalah 3 hari, sedangkan apabila musim penghujan dapat lebih dari satu minggu. Resiko yang paling besar dalam proses produksi ini adalah saat proses pengeringan. Apabila tidak cepat kering maka proses produksi bisa gagal karena keripik samiler yang dibuat menjadi rusak. Resiko terbesar dapat terjadi ketika musim penghujan.

Gambar 4 Proses Pengeringan (Dokpri)
Gambar 4 Proses Pengeringan (Dokpri)

4. Proses Pengemasan

Proses yang terakhir dalam kegiatan produksi keripik samiler adalah proses pengemasan. Pada proses pengemasan ini bermacam macam, mulai dari kg, kg, dan juga 1 kg. Pengemasan dapat juga dalam skala besar apabila terdapat pesanan grosir. Proses pengemasan ini masih sangat sederhana dan dilakukan secara manual oleh pemiliki agroindustri ini. Bentuk kemasan hanya menggunakan plastik dan diberikan label saja tidak dibuat kemasan yang menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun