Mohon tunggu...
Febrina Githa
Febrina Githa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matinya HAM di Indonesia karena Ekstremisme

2 Maret 2018   10:00 Diperbarui: 2 Maret 2018   15:23 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini, kita sering melihat berbagai macam masalah kekerasan sosial yang timbul dalam masyarakat. Banyak kelompok-kelompok radikal yang sangat berani dan seperti tidak mengenal akan rasa takut menimbulkan kerusuhan di masyarakat bahkan tidak segan-segan untuk melakukan tindakan kriminal yang melanggar hukum seperti membunuh orang lain, melakukan bom bunuh diri, dan lain-lain kepada pihak manapun yang mereka anggap sebagai musuh mereka. Hal ini juga berkaitan erat dengan ekstremisme. Mengapa? Karena orang atau kelompok masyarakat yang ekstrim atau radikal cenderung memiliki sifat yang keras, tidak takut pada siapapun, dikarenakan pandangannya yang beranggapan hanya dia yang benar.

Permasalahan seperti ini juga memiliki dampak yang baik dan juga buruk. Dampak positifnya antara lain dapat membela diri, memiliki kepercayaan diri, keberanian, dan kekuatan. Namun, dampak negatifnya adalah merusak etika dan moral, menimbulkan keresahan masyarakat bahkan korban yang berjatuhan, HAM yang seolah tidak berjalan, terganggunya mental dan kondisi psikis seseorang.

Hal tersebut dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti, kemiskinan atau kesenjangan sosial yang masih bergulir dan sulit untuk diselesaikan khususnya di Indonesia, pengaruh  ideologi dari dalam negeri maupun luar negeri, sifat pasif pribadi orang akan perkembangan yang ada, media sosial yang dapat menyesatkan bahkan memprovokasi sesorang untuk sepaham dengan pola pikir mereka pribadi lepas pribadi.

Adapun beberapa kasus kekerasan akibat dari ekstremisme yang pernah terjadi di Indonesia, seperti yang akhir-akhir ini masih menjadi topik perbincangan hangat di Indonesia yaitu kasus Bom Gereja Santa Lidwina pada hari Minggu. Sejumlah tokoh turut memberikan penghiburan, dukungan dan juga komentar. Salah satu tokoh yang menyampaikan aspirasinya adalah Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Syafii menyatakan, aksi penyerangan umat Gereja Santa Lidwina adalah aksi yang biadab untuk kemajemukan di Indonesia. Contoh lain seperti Bom Samarinda yang terjadi pada tahun 2016, Bom Sarinah tahun 2016.

Kelompok ekstremis yang ada pada jaman kemerdekaan adalah DI/TII yang berontak dan mendirikan Negara Islam Indonesia serta menyebarkan maut di daerah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Lalu, pada tahun 1978, di Yogyakarta terdapat Komando Jihad yang bertujuan membentuk Dewan Revolusi Islam Indonesia dan yang juga aksinya dikenal dengan nama Teror Warman.

Kekerasan menurut Soejono Soekanto diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang atau barang, oleh karena orang atau barang termasuk dalam kategori sosial tertentu.

Jadi, solusi dari ekstremisme yang berdampak pada kekerasan ini harus dengan berbagai upaya. Seperti salah satunya adalah harus adanya pemahaman ideologi yang kuat, benar dan tidak menyesatkan agar pribadi orang dapat lebih berdiri pada pendirian yang kuat diatas kebenara. Kedua, harus adanya penyuluhan tentang bahayanya tindakan kekerasan jika dilakukan kepada orang lain dan dampak tersebut dapat menjadi berkelanjutan dan membekas di benak seseorang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun