Di dunia kerja modern, kemampuan paling penting ternyata bukan multitasking atau komunikasi, tapi coping mechanism menghadapi atasan yang rese. Nggak semua, tentu, tapi kalau kamu pernah punya satu aja, kamu tahu rasanya: setiap notifikasi WA dari dia bikin jantung berdebar lebih cepat dari alarm bangun pagi.
Kadang rese-nya bukan cuma soal kerjaan, tapi sikap. Kalau kamu salah dikit langsung diomelin di grup dengan kata-kata mutiara, tapi giliran kamu achieved target atau inisiatif dan berbuah baik, jangankan apresiasi dibahas aja nggak. Lewat gitu aja.Â
Meeting harus ngikutin jadwal atasan, kadang weekend dan di jam-jam yang harusnya kita istirahat bareng keluarga tapi kita harus tetep stand by dan siap terus karena dia bisa aja tiba-tiba chat di grup kantor, "Nanti meeting ya jam 7 malem." Dia baru ngabarin karyawan-karyawannya jam 6. Atasan-atasan ini mungkin ga tau ya kalo karyawannya juga manusia yang punya keluarga dan teman.
Kadang juga atasan menuntut karyawannya untuk lebih kreatif, tapi ketika kita kasih ide kreatif, baru jalan seminggu, dia udah marah-marah karena idenya nggak berhasil. Dia bilang mau bangun lingkungan kerja yang inovatif dan terbuka, tapi begitu karyawannya berusaha kreatif dan ngambil inisiatif, malah kena semprot lagi. Akhirnya semua orang belajar satu hal: bukan ide bagus yang dicari, tapi ide yang bikin dia nyaman.
Itu kenapa banyak anak muda sekarang nggak resign bukan hanya karena gaji kecil, tapi karena mental udah remuk. Kerja bukan lagi soal passion, tapi bertahan hidup, bukan dari tekanan target, tapi dari tekanan karakter pemimpin. Ironisnya, kadang karyawan curhat sesama karyawan aja karena tau ga ada yang bisa dilakuin selain ngeluh.Â
Kita nggak bisa ngelawan. Mau protes, takut dibilang nggak punya attitude. Mau speak up, nanti dianggap "nggak bisa kerja di bawah tekanan."
Kalau dipikir-pikir, mungkin dunia kerja butuh reformasi sederhana: sebelum dikasih jabatan, semua calon atasan wajib ikut pelatihan How to Be a Decent Human Being 101. Karena banyak orang naik jabatan, tapi lupa belajar jadi manusia.
Jadi kalau kamu sekarang lagi kerja di bawah atasan yang rese, ingat satu hal: kamu nggak sendiri. Banyak yang juga lagi pura-pura sibuk di depan laptop sambil ngetik curhatan kayak gini. Bedanya, ada yang berani cerita, ada yang cuma diam dan berharap bosnya pindah divisi secepatnya.
Dan sampai hari itu datang, ya begitulah, kerja keras tetap jalan, lembur tetap ada, dan notifikasi WA dari atasan jam 10 malam tetap bikin dada nyesek. Tapi hei, setidaknya kita masih bisa bercandain dengan karyawan lain, karena kalau nggak, mungkin udah gila duluan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI