Mohon tunggu...
Fifi Febriani
Fifi Febriani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

introvert | lebih suka menyendiri sambil membaca dan mendengarkan musik | traveling is my hobby | khususnya naik gunung | penyuka berat warna hijau |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jeritan yang Terbungkam

12 November 2015   16:41 Diperbarui: 12 November 2015   16:41 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepatu seharga 90 juta,

Tas dari kulit buaya senilai 350 juta

sendal jepit dengan bandrol 500 ribu

dan barang-barang lain dengan harga selangit....

 

Tidak ada yang salah dengan itu semua, sama sekali tidak.

Tapi, jika di lihat dari sudut pandang kami orang yang kelas ekonomi menengah ke bawah, hal tersebut sama sekali tidak ada gunanya. Hanya untuk memuaskan hasrat ego agar terlihat mewah dan di nilai layak oleh orang-orang, sementara kami masyarakat kecil hanya bisa melihat dengan perasaan haru. Oh, kami sama sekali tidak cemburu, kami tidak iri. Tapi kami hanya berpikir, jika uang untuk membeli barang-barang mewah itu ada di tangan kami, banyak hal yang bisa kami lakukan. Membayar sekolah anak-anak kami, membayar hutang di warung sebelah untuk beli beras, cicilan kontrakan yang sudah menunggak tiga bulan, dan masih banyak lagi hal-hal yang mungkin para pemilik barang mewah itu tidak pernah membayangkannya.

Kami menoleh kepada anda, kami kagum, anda begitu mujur bisa membeli barang-barang tersebut dengan mudah. Ya, kami tahu, kalian pasti sudah bekerja keras untuk itu. Kami pun bekerja keras untuk hidup kami, mungkin nasib kita saja yang berbeda. Kami tidak menyalahkan takdir, kami pun tidak menyesal apalagi marah kepada Tuhan dengan kehidupan kami seperti ini. Hey, tidak ada yang salah dengan hidup kami. Kami bahagia karena kami bersyukur. Banyak pembicara hebat menasihati kami bahwa bahagia tidak di ukur dari seberapa mampu kita membeli barang-barang mewah itu, dan kami paham betul denga itu semua.

Lalu kenapa saya menulis ini semua. Entahlah, saya seperti mendengar suara-suara mengenai ini setelah melihat tanyangan dan membaca beberapa berita yang membahas pemilik barang-barang mewah tersebut. Entah suara dari mana, sangat keras namun tidak terdengar. Lebih baik saya sudahi saja atulisan ini, mungkin tangan ini akan saya pindahkan dari keyboard ke telinga dan mata, agar saya bisa menutup telinga dan mata saya dari ini semua. Tapi apa setelah itu saya bisa tenang, tidak ada yang tahu sampai saya mencobanya.

 

sekian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun