Di antara hamparan bukit kapur yang memukau di Ungasan, Bali Selatan, menjulang sebuah mahakarya arsitektur dan kebudayaan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK). Lebih dari sekadar sebuah patung, GWK adalah simbol keagungan, spiritualitas, dan kecanggihan teknologi yang menyatukan warisan budaya Bali. Proyek raksasa yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan ini kini menjadi salah satu ikon paling dikenal di Pulau Dewata, menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia.
Gagasan untuk membangun patung GWK pertama kali dicetuskan pada tahun 1989 oleh I Nyoman Nuarta, seorang pematung terkemuka asal Bali. Tujuannya adalah menciptakan sebuah patung raksasa yang menggambarkan Dewa Wisnu menunggangi Garuda, kendaraan suci dalam mitologi Hindu. Patung ini tidak hanya dimaksudkan sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan yang mengabadikan nilai-nilai filosofis Tri Hita Karana, hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesame, dan manusia dengan alam. Filosofi ini, yang menjadi inti kehidupan masyarakat Bali, memberikan makna mendalam pada keberadaan patung ini, menjadikannya sebuah monumen spiritual sekaligus artistik.
Proses pembangunan GWK bukanlah tanpa tantangan. Skala proyek yang ambisius, kebutuhan akan pendanaan besar, dan kendala teknis yang kompleks sempat membuat banyak pihak meragukan realisasinya. Konstruksi dimulai secara bertahap pada tahun 1997, meskipun menghadapi jeda panjang akibat krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an yang sempat menghentikan proyek, pengerjaan kembali dilanjutkan dan akhirnya mencapai puncak penyelesaian pada 2018. Peresmian GWK pada 22 September 2018 oleh Presiden Joko Widodo menjadi penanda keberhasilan sebuah visi besar yang akhirnya terwujud.
Patung GWK memiliki tinggi total sekitar 121 meter, termasuk alasnya. Angka ini menjadikannya salah satu patung tertinggi di dunia. Patung ini terbuat dari ribuan lembar tembaga dan kuningan yang dipasang pada kerangka baja berstruktur kompleks, menjadikannya salah satu patung tembaga terbesar di dunia. Berat totalnya mencapai sekitar 4.000 ton, sebuah bobot yang menggambarkan skala dan ketahanan konstruksinya.
Garuda Wisnu Kencana terletak di Jl. Raya Uluwatu, Ungasan, Kec. Kuta Sel., Kabupaten Badung, Bali. Garuda Wisnu Kencana tidak hanya menawarkan pemandangan patung yang megah. Area GWK Cultural Park seluas 60 hektar telah dikembangkan menjadi destinasi wisata budaya yang komprehensif. Garuda Wisnu Kencana (GWK) buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WITA. Harga tiket masuk GWK mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 400.000, namun bisa saja ada potongan harga besar-besaran di waktu tertentu. Disana pengunjung dapat menjelajahi berbagai fasilitas dan atraksi menarik yang dirancang untuk memberikan pengalaman holistik tentang seni, budaya, dan spiritualitas Bali.
Terdapat beberapa bagian tempat yang ada di area sekitar patung Garuda Wisnu Kencna. Terdapat area terbuka yang luas atau Plaza Wisnu dan Plaza Garuda. Area ini tidak hanya berfungsi sebagai titik pandang ideal untuk mengagumi patung, tetapi juga sering digunakan untuk pertunjukan seni dan acara-acara besar, seperti konser musik internasional atau festival budaya. Ada juga Lotus Pond Sebuah amfiteater terbuka yang sangat besar yang biasa digunakan lokasi utama untuk pertunjukan tari tradisional Bali dan konser berskala internasional. Terdapat juga Sebuah taman indah dengan pemandangan yang menawan dilengkapi dengan air mancur menciptakan suasana yang menyenangkan dan menenangkan. Ada juga restoran dan toko souvenir yang menyediakan pilihan kuliner lokal dan internasional, serta berbagai macam cendera mata khas Bali.
Setiap hari, GWK Cultural Park menyajikan berbagai pertunjukan budaya Bali yang otentik, mulai dari tari Barong yang energik, tari Kecak yang memukau dengan paduan suara vokal unik, hingga pertunjukan musik gamelan yang menenangkan. Hal ini memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk lebih mendalami kekayaan seni dan tradisi Pulau Dewata, menjadikan kunjungan mereka tidak hanya sekadar melihat patung, tetapi juga merasakan seni asli kebudayaan Bali.