Awalnya cuma ngobrol soal rencana nikah. Tapi tiba-tiba, kami ribut gara-gara uang bulanan buat orangtua.
Itu kalimat yang keluar dari mulutku setelah malam panjang penuh debat dengan pacarku. Kami sudah pacaran serius, bahkan mulai bicara soal cicilan rumah dan tabungan bersama. Tapi satu topik yang tak terduga justru bikin kami saling diam: uang untuk orangtua.
Di tengah tren sosial media yang ramai soal anak muda yang mencuri uang orangtua demi beli iPhone, atau bahkan mengusir orangtua karena tak diberi uang jajan, kami justru bertengkar karena ingin tetap memberi. Ironis, ya?
Uang untuk Orangtua, Hak Pribadi atau Harus Dibahas?
Banyak anak muda yang merasa memberi uang ke orangtua adalah bentuk bakti. Aku pun begitu. Sejak mulai kerja, aku rutin transfer setiap bulan ke ibu. Rasanya seperti membalas sedikit dari semua yang beliau korbankan.
Tapi pacarku punya pandangan berbeda. Menurutnya, kalau sudah berpasangan, apalagi menjelang menikah, semua pengeluaran harus dibicarakan. Termasuk uang untuk orangtua.
Aku sempat merasa tersinggung. Bukankah itu urusan pribadi? Tapi kutipan dari Mommies Daily bikin aku mikir ulang:
"Kalau masih lajang dan sudah bekerja, memberi uang ke orangtua bisa sesuka hati. Tapi kalau sudah berpasangan, kompromi mulai dibutuhkan."
Kami pun mulai bicara lebih dalam. Ternyata latar belakang keluarga kami sangat berbeda. Di keluarganya, anak-anak tidak diwajibkan memberi uang ke orangtua. Sementara di keluargaku, itu adalah tradisi yang tak tertulis.