Mohon tunggu...
febby syafitri larasati
febby syafitri larasati Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trans Studio Yogyakarta

4 Januari 2015   07:12 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 5005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan akhir tahun merupakan waktu yang tepat bagi keluarga, teman-teman, dan khususnya bagi sepasang sejoli untuk berwisata dan mencari hiburan. Biasanya keluarga yang memiliki anak yang masih berusia dini lebih memilih untuk berekreasi ke tempat yang menyediakan bermacam-macam wahana yang menarik untuk dicoba, seperti layaknya Dunia Fantasi, Sea World, Ice World, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Safari, dantempat rekreasi lainnya.

[caption id="attachment_388174" align="aligncenter" width="300" caption="doc.sendiri"][/caption]

Untuk Masyarakat yang berdomisili di daerah Yogyakarta dan sekitarnya pasti sudah tau, pada tanggal 28 November 2014 kemarin sampai hari ini, tanggal 3 Januari 2015 di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta telah digelar Pasar Malam Perayaan Sekaten. Layaknya Pasar Malam lainnya, Pasar Malam Perayaan Sekaten ini juga banyak sekali orang-orang yang berjualan pakaian, topi, sepatu, dan tentunya saja makanan.

[caption id="attachment_388175" align="aligncenter" width="300" caption="doc.sendiri"]

14203048211932245929
14203048211932245929
[/caption]

Lalu Pasar Malem Perayaan Sekaten ini juga menyediakan wahana-wahana permainan yang beragam, seperti kora-kora, komedi putar, bom-bom car, trampolin, dan masih banyak lagi. Dan yang membuatnya istimewa adalah jumlah wahana tersebut. Jika anda ingin pergi ke Pasar Malam ini dan berkumpul dengan teman atau sahabat-sabahat anda, hendaknya jangan berjanjian untuk berkumpul di suatu wahana permainan, semisal wahana bom-bom car. Karena wahana bom-bom car di Pasar Malam ini ada lebih dari 1 wahana. Tak heran jika banyak pengunjung menyebut Pasar Malam Perayaan Sekaten ini sebagai Trans Studio Yogyakarta.

[caption id="attachment_388176" align="aligncenter" width="300" caption="dari sosial media path"]

14203049671392816892
14203049671392816892
[/caption]

Jika dari tadi kita membahas tentang Pasar Malam Perayaannya, sekarang mari kita bahas tentang Sekaten Itu Sendiri.

Sekaten berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Sekaten merupakan acara peringatan maulud nabi Muhammad s.a.w. yang diadakan pada tiap tanggal 5 Rabiul awal di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.

Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam (bregodo/kompi) prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka. (Wikipedia.org)

Dan budaya ini patutnya diperkenalkan kepada anak cucu kita sejak dini, agar mereka dapat mengenali kebudayaan bangsanya sendiri dan kelak nanti bisa menjaga serta meneruskannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun