Mohon tunggu...
Faza Shafira
Faza Shafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - PGSD

KKN Tematik UPI 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adaptasi Pembelajaran di Indonesia terhadap Dampak yang Ditimbulkan Covid-19

30 Juli 2021   17:49 Diperbarui: 30 Juli 2021   18:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hingga saat ini Pandemi Covid-19 sudah terhitung lebih dari satu tahun lamanya menyerang Indonesia. Walaupun begitu, rasanya Indonesia sendiri masih belum bisa bebas dari Covid-19 ini. Hal ini terlihat dari banyaknya peraturan dan kebijakan yang terus dibuat, diterapkan, dan terus berganti untuk menangani Covid-19 di tengah masyarakat Indonesia.

Dampak dari Pandemi Covid-19 ini tentu saja mempengaruhi hampir seluruh sektor kehidupan masyarakat. Ujungnya adaptasi harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu sektor yang paling besar terkena dampaknya adalah sektor pendidikan. Pasalnya pembelajaran di Indonesia harus di atur ulang demi menjaga kesehatan dari banyaknya pelajar di Indonesia.

Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa Covid-19 dapat menular melalui tetesan air yang sangat kecil tak kasat mata atau droplets, hal ini menandakan besar kemungkinannya seseorang bisa tertular jika bertemu satu sama lain secara langsung. Sehingga pemakaian masker dan penjagaan jarak satu sama lainnya diwajibkan.

Hal ini jugalah yang mendasari pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020 pada tanggal 24 Maret 2020 yang lalu, berkaitan dengan pembelajaran selama masa penyebaran Covid-19 di Indonesia yang harus dilakukan dalam jaringan (online). Tentunya bukan hanya pada sektor pendidikan saja, semua pekerjaan dan sektor lainnya mulai dari ekonomi, politik, dan masih banyak lagi juga ikut melakukan semua kegiatan melalui daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)  (Nissa & Haryanto, 2020).

Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana penerapan pembelajaran daring atau PJJ di Indonesia itu sendiri?

Faktanya  pembelajaran secara daring sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru bagi pendidik yang ada di Indonesia. Tetapi rasanya setelah adanya surat edaran tadi kemudian adanya kebijakan yang mengharuskan adanya social distancing istilah pembelajaran jarak jauh atau pembelajar daring dan PJJ ini tentunya semakin populer (Syarifudin, 2020).

Pengertian lebih jelasnya dari pembelajaran daring atau PJJ sendiri adalah pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga memungkinkan pelajar dan pendidik bertemu melalui koneksi internet (Nissa & Haryanto, 2020).

Akan tetapi, permasalahannya tidak berhenti begitu saja sebab banyak yang muncul menjadi masalah baru dalam pembelajaran daring ini. Mulai dari adanya keterbatasan sinyal jaringan internet dan ketersediaan gawai pada setiap pelajar yang belum merata di Indonesia, sebab tidak semua siswa berasal dari keluarga mampu.

Selanjutnya ada juga yang menganggap bentuk penugasan via daring justru dianggap menjadi beban bagi sebagian pelajar dan orang tuanya. Sebab ada beberapa pelajar dan orang tua yang belum pernah mengenal gawai akan kebingungan dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas yang disampaikan oleh pendidik. 

Hal seperti ini biasanya terjadi pada siswa pada tingkat sekolah dasar. Istilah pembelajaran yang dijadikan solusi oleh pemerintah menjadi asing dikarenakan ketidaktersediaan fasilitas. Oleh karena itu, di beberapa wilayah pembelajaran daring masih tidak berjalan secara maksimal (Syarifudin, 2020)

Parahnya lagi jika pembelajaran tidak berjalan secara maksimal berarti menunjukkan adanya kemungkinan kualitas belajar yang menurun. Padahal pada awalnya pembelajaran daring ini dilakukan agar pelajar dapat terus melakukan kegiatan belajarnya walaupun di tengah pandemi dan mencegah adanya penurunan kualitas belajarnya.

Nyatanya banyak sekali alasan yang menilai buruk pembelajaran daring ini, mulai dari komentar orang tua yang merasa tak puas dengan pembelajaran anaknya, belum lagi dampak yang timbul dari kesehatan pelajar baik itu fisik maupun psikisnya. Pembelajaran daring tentunya akan mengurangi waktu olahraga yang asalnya diberikan secara teratur oleh pendidik di sekolah sebelum adanya pandemi. Belum lagi dampak psikologis mulai dari rasa terbebani sampai adanya tekanan dari orang tua di rumah.

Oleh karena itu, akhirnya pemerintah melalui Kemendikbud pun mengeluarkan model pembelajaran baru untuk mengganti model pembelajaran daring, namun masih bisa dilakukan di tengah pandemi. Model pembelajaran ini disebut dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.

Diketahui dari bulan Maret tahun 2021 yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah menyiapkan diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di masa pandemi Covid-19. Salah satu yang menjadi alasan diberlakukannya PTM ini adalah adanya dampak sosial negatif bagi peserta didik yang kesulitan menjalankan PJJ. Dampak sosial negatif seperti antara lain penurunan capaian belajar (learning loss), peserta didik yang putus sekolah, hingga kekerasan pada anak (Kementerian Komunikasi dan Informatika, n.d.).

Akan tetapi, banyak respon yang keluar dari masyarakat mengenai model pembelajaran baru ini, yaitu masalah mengenai masih adanya risiko yang tinggi untuk dapat tertular Covid-19 pada saat pelajar melakukan model pembelajaran ini.

Benar saja, walaupun dinilai positif dapat meningkatkan kualitas capaian belajar, sepertinya beberapa daerah di Indonesia tidak bisa melakukan model pembelajaran ini. Pasalnya pada saat masa Uji Coba saja angka Covid-19 di Indonesia naik drastis. Hal ini tentunya bukan saja karena adanya model pembelajaran baru, namun juga bertepatan dengan masa liburan, serta hadirnya varian baru Covid-19 yang makin memperburuk keadaan di Indonesia.

Pada akhirnya model PTM terbatas batal dilakukan di beberapa daerah dan pembelajaran kembali dilakukan secara daring atau PJJ. Masyarakat hanya bisa berharap pemerintah segera memberikan solusi yang baru dan tepat dalam meningkatkan kualitas belajar di tengah pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun