Mohon tunggu...
Zero Dark
Zero Dark Mohon Tunggu... -

Anti celana ngatung dan celana kombor ala Taliban!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agama Versus Celana

1 Oktober 2012   20:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Trend pemikiran dunia saat ini mengarah pada satu titik untuk menghabisi ideologi dan nilai-nilai agama yang dianggap dapat merusak tatanan dalam kehidupan sosial bahkan oleh mereka yang mengaku sebagai pemeluk agama.

Indikasi itu nampak jelas dengan banyaknya cibiran atas reaksi pencegahan saat diproduksinya versi digital dari pelecehan dan penistaan nilai agama pada kartun Denmark. Film berdurasi dua jam, “Innocence of Muslim” adalah bentuk terakhir aksi tersebut. Ada energi besar-besaran yang ditumpahkan untuk menciptakan wacana dan opini khusus dalam masyarakat umum khususnya masyarakat Islam.

Dalam film "Innocence of Muslim" itu, Muhammad SAW digambarkan sebagai sosok bajingan yang kelahirannya bahkan tak diinginkan. Muhammad SAW baru memperoleh kepercayaan diri setelah seorang wanita tua memanggil  dan mendorong kepalanya masuk ke dalam rok. Film itu “murni hasutan untuk kebencian agama” dan “benar-benar propaganda dusta dan jahat”. Sesuatu yang pantas disebut kebencian. Sebab, kebencian menjadi inspirasinya dan penyebaran kebencian adalah tujuannya”, kata Andrew Brown dalam opinya di The Guardian, 12 September 2012.   http://www.guardian.co.uk/commentisfree/andrewbrown/2012/sep/12/libya-anti-muhammad-youtube-clips

Makanya, nalar saya tersengat ketika ada yang berusaha mereduksi permasalahan namun pada saat yang sama marah besar ketika pacarnya disenggol preman. Dengan mudahnya dia tersulut emosi secara berlebihan untuk perkara yang dianggap sepele. Tapi, untuk hal-hal besar menyangkut keyakinan dan nilai-nilai agama dan religiusitas, malah menyodorkan untuk dihinakan bahkan meminta tolong untuk dihina.

[__saya ini sejatinya adalah seorang yang mudah tersulut emosinya. untuk beberapa perkara sepele saya kerap meluapkannya dengan emosi dan amarah yg berlebihan. saya sudah pernah merasakan marah karena banyak hal. saya sudah pernah marah gara2 pacar, sudah pernah marah gara2 disenggol preman, sudah pernah marah gara2 mati lampu, sudah pernah marah gara2 BBM naik, sudah pernah marah gara2 disepak kuda, dan banyak lagi.__] Baca link ini, "Tolong dong Hina Agama Saya".

Pernyataan dan analogi diatas, dapat dinilai sebagai orang yang tidak memiliki integritas berfikir, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya. Penulis diatas sebenarnya tidak menginginkan agama beserta nilai-nilai kandungannya. Dia ingin menyatakan bahwa hukum Tuhan itu tidak ada (zero true). Tuhan dibenaknya seperti bapaknya yang baik hati yang memberikan wejangan dan ajaran moral dan tak perlu dikerjakan. Penulis diatas, ingin mengatakan agama itu tidak ada sama sekali tapi ia tidak sanggup. [__bahkan jika anda membakar kitab suci saya sekalipun saya tidak marah, saya justru lebih marah jika anda membakar celana saya, karena kitab suci itu bisa saya beli lagi di pasar__]. Karena itulah dia akan marah kalau celananya dibakar.

Semestinya penulis makalah, mampu melakukan tindakan yang menjadi konsekwensi dari cara berfikirnya pada hal lain. Kalau ia berfikir bahwa dia harus marah saat pacarnya disenggol preman, kalau dia harus marah saat celananya dibakar, mengapa dia hendak membung agamanya ketika dilecehkan dn dihinakan?.  Nampaknya dia tidak mampu dan tidak jujur terhadap pemikirannya sendiri. Maka orang tipe seperti ini akan mencari jalan keluar dengan melakukan kompromi yang dipaksakan, seperti dalam tulisan ini, "Hinakah Anda karena Dihina??" . Mengawinkan agama dengan diri pribadinya, atau apa saja yang dapat membuat tidur malamnya menjadi nyenyak. Karena bagaimanapun, dia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang agama saat berada dalam agama itu. Hal yang cukup menggelikan, dalam salah satu alinea, dia menyatakan,"bukankah agama itu diturunkan untuk menyelamatkan saya, bukan saya yg dituntut menyelamatkan agama?" Tetapi di alinea sebelumnya dia menyatakan "terus terang bukan sekedar merasa berdosa melainkan lebih kpd takut berdosa". Hloh, takut berdosa tapi dengan membiarkan agamanya dilecehkan dan dihinakan.

Saran saya buat penulis artikel diatas, bebaskan diri Anda dari agama! Itu akan membuat Anda terlelap dan nyenyak.

Tapi memang, tidak ada kata yang lebih disoroti kecintaan sekaligus kebencian selain agama, bahwa kadang agama beserta nilai-nilainya layak dijadikan sansak penghinaan dan penistaan, seperti penulis diatas. Tentu ini bukan berarti bahwa agama adalah sumber kebencian dan layak dinista dan dihinakan walaupun bisa dimengerti bahwa agama tetap merupakan inspirasi dan basis semangat, basis cemburu sekaligus harapan untuk kekekalan.

Salah besar jika memandang agama hanya sekedar pesan moral Tuhan dan sekedar penjelasan atas awal kejadian manusia dan dunia. Justru dan ternyata, agama itu sendiri memberikan keterangan dan harapan akan nasib manusia sekarang dan di akhir usia dunia. Dan, semakin keterangan itu jelas dan tegas diimani, semakin mengokohkan harapan dan fanatisme para penganutnya untuk tetap hidup dan bertahan dan mempertahankan. Maka cukup dan sangat rasional ketika penganut agama-agama marah saat nilai-nilainya dinistakan dan dihinakan!.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun