Mohon tunggu...
Fazal Insanu Rahman
Fazal Insanu Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung

Desain, Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hegemoni Kolonial Jepang terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

12 Januari 2023   15:41 Diperbarui: 13 Januari 2023   08:34 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto. Groepsportret voor het gebouw van de openbare H.I.S. Soemenep, Madura 

HEGEMONI KOLONIAL JEPANG TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM di INDONESIA

Dampak kolonialisme Jepang terhadap pendidikan Islam dibahas dalam artikel ini, khususnya terkait dengan bagaimana pendidikan Islam didirikan di zaman Jepang. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Analisis historis dan analisis isi adalah metode dan strategi yang digunakan. literatur tentang sejarah pendidikan Islam yang dihasilkan oleh mereka yang bertanggung jawab atas sejarah penjajahan Jepang serta buku-buku terkait lainnya adalah sumber utama penelitian. Esai ini sampai pada kesimpulan bahwa penjajahan Jepang berdampak pada metode, tujuan, bentuk, serta kurikulum Pendidikan Islam. Efek ini masih ada sampai sekarang meskipun tidak ada kolonialisme atau pendudukan Jepang. Di antara faktor-faktor lain, dampak penjajahan Jepang terhadap pendidikan Islam mengubah tujuan pendidikan Islam dari sebelumnya

Pendidikan Islam di era Kolonial Jepang

Institusi pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia terbagi menjadi sekolah umum dan sekolah agama sebelum Jepang menguasai tanah negara. Model pendidikan Belanda biasanya diikuti di sekolah umum. Sebaliknya, sekolah agama adalah tempat para sarjana pertama kali mengembangkan bentuk dan pola aslinya. Selain itu, ada prasangka terhadap orang-orang berdarah bangsawan, penduduk lokal (Boemiputra), Tionghoa, Arab, dan penduduk Hindia Belanda di sekolah. Sekolah didirikan sesuai dengan sistem pendidikan Belanda.

Banyak sekolah dan madrasah ditutup sejak kedatangan Jepang. Karena ketakutan dan untuk menghindari upacara Saekere (membungkuk pada anggur Tokyo) sebagai bagian dari komitmen mereka untuk memberi hehormatan Kaisar Tenno Haika dipagi hari, bahkan sekolah dan madrasah tersebut dihadang oleh pendiri dan gurunya. Selain merugikan umat Islam, praktik ini dipandang sebagai tindakan dengki.

Sejak awal pendudukan, hampir semua madrasah dan sekolah tidak lagi beroperasi. Itu karena mereka tidak mengetahui informasi Jepang bahwa madrasah atau pesantren masih beroperasi. Atau mungkin karena ajarannya semata-mata mencakup kehidupan sufi dalam artian menghindari gejolak politik, seperti yang dilakukan Madrasah Ayahyah 26 Ilir. Karena itu, madrasah ini terus beroperasi hingga akhir tahun 1944.

Struktur pendidikan Islam berkembang setelah sekolah dan madrasah ditutup, berbentuk halaqah dengan guru yang berbeda yang mengajarkan berbagai topik di rumah mereka.

Setelah lulus dari membaca buku atau mencapai tingkat pendidikan tertentu, banyak dari mereka ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut di Mesir atau Mekkah, Arab Saudi. Namun, banyak yang enggan keluar karena takut ditahan dan dipaksa bergabung dengan Badan Bantuan Perang (BPP). Para remaja di organisasi ini bekerja sebagai buruh pertahanan untuk militer Jepang tanpa menerima makanan.

Masa belajar halaqah itu singkat. Seperti telah dikatakan sebelumnya, penyebabnya adalah tentara Jepang menggunakan strategi dan cara yang tidak tepat untuk merebut dukungan rakyat Indonesia.

Meski singkat, berlangsung dari tahun 1942 hingga 1945, pendudukan Jepang meninggalkan jejak abadi pada pendidikan Indonesia. Jepang dengan cepat membongkar metode pendidikan peninggalan Belanda, yang berdasarkan pada klasifikasi ras, kebangsaan, dan sosial, tidak lama setelah mengambil alih kekuasaan. Sekolah Rakyat (SR), juga dikenal sebagai Kokumin Gakko dalam bahasa Jepang, adalah tingkat akademik terendah. Semua kelompok orang, tanpa memandang kelas sosial atau negara asal, diterima di lembaga ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun