Mohon tunggu...
faydhatul baroroh
faydhatul baroroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

University student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Perang Dagang AS-China terhadap Perkembangan Ekonomi Asia

29 Maret 2024   11:32 Diperbarui: 29 Maret 2024   12:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketahanan ekonomi menjadi salah satu power yang harus dimiliki suatu negara disamping kekuatan militer agar mampu bersaing di dunia internasional. Kondisi pasca pandemi yang mengguncang stabilitas ekonomi global, membuat negara berlomba-lomba untuk memulihkan dampak yang diakibatkan. Sama halnya AS dengan sebutan negara superpower untuk bertahan diposisinya sebagai kekuatan terbesar di ranah global, salah satunya dalam sektor ekonomi. Bersamaan dengan itu, China mulai membangun kekuatan ekonominya untuk bersaing dengan AS dan negara lain. Perang dagang antar AS-China yang bermula dengan fenomena saling berbalas tarif, mempengaruhi perkembangan ekonomi global, terutama diwilayah Asia Pasifik. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah memicu Perang Dingin baru yang bertentangan dengan kepentingan dan nilai strategis  kedua negara. Dalam konflik yang akan menentukan kepemimpinan global, Tiongkok dan Amerika Serikat berada dalam persaingan sengit untuk mendapatkan keuntungan strategis yang akan menentukan negara mana yang akan menang di abad ke-21.

Perang dagang yang semakin memanas antar kedua negara berdampak pada sejumlah negara terutama kawasan Asia yang memiliki perjanjian perdagangan atau mitra dagang dengan AS-China diantaranya Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, India, Jepang, Korea Selatan dan Hongkong. Sebagian besar dari mereka mengalami penurunan permintaan ekspor di pasar global akibat dari perang dagang tersebut. Padahal system ekspor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Menurut data World Bank, pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang di atas mengalami penurunan sebesar 3,20% di tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa perang dagang berdampak negative pada komoditas ekspor terutama kawasan ASEAN.

Kawasan Asia yang berketergantungan pada komoditas ekspor AS dan China mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Kedua negara tersebut menjadi mitra dagang utama bagi beberapa negara misalnya Thailand. China menjadi tujuan utama ekspor barang setengah jadi Thailand seperti petroleum, bahan kimia dan karet. Akan tetapi, dampak dari perang dagang ini menyebabkan impor barang Thailand alami perlambatan dan kegiatan ekspor mengalami penurunan. Hal serupa juga terjadi pada komoditas ekspor Hongkong. Turunnya pertumbuhan ekonomi juga diakibatkan oleh perlakuan tarif bea cukai yang diterapkan kedua negara tersebut

Disamping itu, perang dagang AS-China menguntungkan beberapa negara karena dengan kondisi tersebut mereka dapat mengurangi ketergantungan dengan mencari alternative lain sebagai lokasi produksi dan negara tujuan dagang. Seperti Vietnam, salah satu negara yang memiliki keunggulan dalam melakukan aktivitas manufaktur karena upah yang rendah dan letaknya yang strategis untuk mengakses pasar ASEAN.  Vietnam memanfaatkan hal ini untuk berupaya menciptakan lingkungan investasi yang positif bagi Vietnam agar dapat memperoleh manfaat dari aliran masuk FDI, sehingga memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun