Mohon tunggu...
Faya Nabila Aklina
Faya Nabila Aklina Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga | 24107030056

hobi ngedit

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gen Z Aslinya Bisa Mengitah c c

13 Juni 2025   20:14 Diperbarui: 13 Juni 2025   20:14 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gen z | Kompas Lifestyle 

Gen Z itu multitasking. Bisa kerja sambil dengerin Spotify, sambil ngedit video, sambil bales chat---semua dikerjain dalam satu waktu. Soal teknologi? Nggak perlu diragukan. Gen Z lahir dan tumbuh bersama internet, paham tren, cepat belajar, dan adaptif. Tapi kenapa ya, pas sampai tahap interview kerja, banyak dari mereka malah kelihatan grogi, bingung jawab pertanyaan, bahkan ada yang tiba-tiba menghilang alias ghosting?

Nah, pertanyaan ini nggak cuma muncul di kalangan HRD, tapi juga di antara para pencari kerja itu sendiri. Gen Z aslinya bisa kok kerja, tapi kenapa kok "mentok" di tahap wawancara?
Data Bicara: Banyak yang Tersandung di Tahap Interview
Menurut laporan dari JobStreet Indonesia (2023), sekitar 60% pelamar usia 21--26 tahun gagal lanjut ke tahap selanjutnya setelah interview pertama. Alasannya? Mulai dari tege katanyapak wake epp nanjkomunikasi yang kurang jelas, bingung menjelaskan diri sendiri, sampai tidak tahu cara menjawab pertanyaan umum seperti "kenapa kami harus merekrut kamu?"
Sementara itu, riset dari LinkedIn Global Talent Trends (2024) menyebut bahwa perusahaan sekarang makin mengutamakan "soft skills" seperti komunikasi, kepercayaan diri, dan pemecahan masalah dalam proses seleksi. Sayangnya, tiga poin ini justru sering jadi titik lemah anak-anak Gen Z.
Bukan Soal Mampu, Tapi Belum Terbiasa
Kalau kamu Gen Z, mungkin kamu setuju: sistem pendidikan di Indonesia jarang banget ngajarin soal komunikasi profesional. Kita dibiasakan menjawab soal pilihan ganda, bukan menjelaskan tentang diri sendiri dalam 2 menit yang padat dan meyakinkan.
Jadi wajar kalau saat duduk di depan interviewer, banyak yang gugup. Bukan karena nggak mampu, tapi karena nggak tahu caranya "menjual diri" secara tepat.
Belum lagi standar HRD kadang membingungkan: harus percaya diri, tapi jangan terlalu over. Harus jujur, tapi jangan terlalu polos. Harus sopan, tapi jangan kaku. Nah loh!
Budaya Kerja vs Gaya Gen Z
Di sisi lain, budaya kerja yang masih konservatif kadang kurang ramah buat Gen Z yang ekspresif dan cenderung terbuka. Beberapa perusahaan masih mencari kandidat "yang kalem, rapi, dan formal", sementara Gen Z datang dengan rambut dicat dan gaya bicara yang lebih kasual. Ini bukan berarti salah, tapi menunjukkan adanya gap ekspektasi antar generasi.
Menurut survei dari Harvard Business Review (2023), sebanyak 47% manajer mengaku kesulitan memahami ekspektasi dan gaya komunikasi Gen Z. Di sisi lain, Gen Z juga sering merasa interview terlalu kaku dan membatasi ekspresi diri mereka.
Solusi: Belajar Interview, Bukan Sekadar Apply
Kalau kamu sering gagal di tahap interview, mungkin saatnya ubah strategi. Latihan interview sekarang bisa dilakukan lewat berbagai platform: YouTube, webinar, bahkan sesi mock interview gratis di LinkedIn atau Jobstreet. Pelajari pertanyaan umum, latih cara jawab, dan yang paling penting: kenali dirimu sendiri.
Kamu nggak harus jadi orang lain, tapi kamu harus bisa menjelaskan kelebihanmu dengan cara yang profesional. Contohnya, kalau kamu suka ngedit video atau main media sosial, tunjukkan gimana itu bisa berguna buat posisi yang kamu lamar.
Dan buat para HRD juga, ada baiknya mulai melihat lebih dalam. Gen Z bukan generasi malas, cuma butuh pendekatan yang lebih terbuka dan dua arah.
Penutup: Potensi Itu Ada, Tinggal Asah Cara Bicara
Gen Z itu penuh potensi. Mereka cepat belajar, kreatif, dan tech-savvy. Tapi potensi sebesar apa pun bisa hilang kalau nggak bisa dikomunikasikan dengan baik saat interview.
Jadi, kalau kamu Gen Z dan sering gagal di tahap wawancara, bukan berarti kamu nggak bisa kerja. Cuma butuh belajar cara menyampaikan diri dengan lebih percaya diri dan strategis.
Dan buat kamu yang kerja di HR, yuk bantu buka jalan. Karena kadang, yang mereka butuhkan bukan sekadar lowongan, tapi juga kesempatan untuk didengar dan dimengerti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun