Bahasa merupakan media untuk memahami makna dan mentransfer ide, pikiran antara sesama manusia, sehingga dapat berkomunikasi dengan baik dengan sesamanya. Dalam menyampaikan sebuah pesan, seseorang memerlukan bahasa tertentu sehingga dapat dipahami oleh si penerima pesan sersebut. Sedangkan, makna merupakan kajian yang penting dalam bahasa, karena berbahasa tujuannya adalah menyampaikan makna. Makna merupakan tujuan akhir antara penutur dan pendengar, dan antara penulis dengan pembaca. Untuk menunjang itu, Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi-fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi. Semantik sebagai ilmu, mempelajari kemaknaan di dalam bahasa sebagaimana adanya, dan terbatas pada pengalaman manusia. Jadi, secara ontologis semantik membatasi masalah yang dikajinya hanya pada persoalan yang terdapat di dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. Dengan kehadiran semantik akan semakin menambah perspektif baru dalam ilmu pengetahuan.
Tekstualitas ayat-ayat al-Qur'an banyak memerlukan penafsiran kontekstual, demikian dengan ayat-ayat yang mengisahkan peristiwa tertentu memerlukan pemahaman maknawi universal agar umat Islam dapat mengambil pelajaran dari pemaknaan tersebut. Dalam al-Qur'an ditemukan ayat-ayat yang menggunakan kata mubham, mushtarak dan mutashbihat. Kata-kata yang memerlukan pemahaman yang lebih dalam, diantaranya dengan linguistik (semantik) agar bisa menemukan makna yang tepat. Dalam pengkajian Islam, semantik memainkan peran penting dalam memahami makna teks-teks agama, seperti al-Qur'an dan Hadits. Hal ini karena bahasa arab yang digunakan memiliki kompleksitas dan kedalaman makna yang memerlukan analisis semantik yang cermat. Semantik dapat membantu memahami makna yang tepat dari teks-teks agama dan menghindari kesalahpahaman.
Pengertian Semantik
Dalam kurikulum, semantik tidak disebutkan secara jelas dan rinci. Akan tetapi materi semantik tersirat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Jenis paragraf apa pun tidak ada yang dapat dipisahkan dari masalah semantik. Saat mencari tahu pengertian kata atau istilah maka ada dua yang selalu diuraikan yakni makna etimologi dan makna semantik. Berkaitan dengan itu, makna etimologi kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang berarti tanda atau lambang (sign). Dalam bahasa Yunani dikenal pula kata semantikos yang artinya memberi tanda. Menurut pandangan Mas'ud Muhammadiah (2023) Pada tahun 1883, filolog Prancis Michel Breal pertama kali memperkenalkan "semantik." Kata ini kemudian dimanfaatkan ilmu bahasa yang meneliti tanda bahasa dan hal yang ditandainya.
Semantik merujuk pada banyak ide berbeda, mulai dari yang paling umum hingga yang paling teknis. Secara umum berarti bahwa masalah pemahaman itu berasal dari diksi kata maupun makna. Linguistik merupakan studi mengenai interpretasi tanda, lambang maupun simbol (sign) yang dipakai masyarakat pada situasi dan konteks tertentu. Dalam pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan sarana komunikasi lainnya memiliki muatan semantik (bermakna). Pada bahasa tulis, hal ini berupa tanda baca dan struktur kalimat yang memiliki konten semantik, struktur linguistik lainnya memiliki konten semantik yang berbeda.
Pendekatan Semantik Dalam Pengkajian IslamÂ
Pendekatan Semantik dalam pengkajian Islam merujuk pada kajian makna kata, frase, atau teks dalam konteks agama Islam, baik dalam Al-Qur'an, hadits, ataupun karya-karya intelektual Islam lainnya. Dalam fiqh (hukum Islam), semantik digunakan untuk memahami teks-teks hukum, seperti ayat-ayat yang terkait dengan aturan-aturan ibadah, muamalah, dan lainnya. Seperti makna denotatif dalam semantik adalah makna yang sebenarnya atau makna yang sesuai dengan kamus. Makna denotatif bersifat objektif dan tidak dipengaruhi oleh subjektivitas pembicara atau pendengar. Atau seperti makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya atau makna yang kiasan. Makna konotatif bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh subjektivitas pembicara atau pendengar. Dengan pendekatan semantik, para ulama bisa menafsirkan teks hukum dengan mempertimbangkan konteks budaya dan bahasa yang ada dan diselarasakan dengan dalil yang ada.
Semantik berbeda halnya dengan pendekatan tematik untuk mengkaji al-Qur'an. Tafsir tematik ialah teknik menafsirkan al-Qur'an mengenai tema-tema tertentu, sedangkan semantik ialah mengkaji al-Qur'an untuk menemukan pandangan dunia al-Qur'an melalui analisis terhadap istilah-istilah kata kunci yang dipakai oleh al-Qur'an sendiri. Jika ditelisik, semantik ialah suatu cara untuk menafsirkan al-Qur'an dengan cara mawdhu'i, sebagaimana di jelaskan dalam kitab Mabahits fi Tafsir al-Mawdhu'i bahwa ada tiga macam tafsir mawdhu'i, di antaranya ialah menentukan tema, kemudian mengumpulkan ayat-ayat suatu makna yang berkaitan dengan tema tersebut dalam al-Qur'an. Yang kedua, menentukan tema dari surat-surat al-Qur'an, kemudian mengumpulkan ayat yang ada pada surat-surat tersebut sesuai tema, dan yang terakhir ialah hampir sama dengan corak yang kedua akan tetapi cakupannya lebih sempit, yaitu memfokuskan suatu tema yang akan dibahas pada suatu surah tertentu. Â Dan cara yang terakhir inilah pendekatan mawdhu'i oleh semantik ditemukan.
Dalam bahasa ada banyak kosa kata yang memiliki makna mirip atau bahkan sama (sinonim), terlebih dalam bahasa Arab. Aspek budaya terkadang juga masuk ke dalam aspek kebahasaan, meski kosa kata itu sama secara letterlijk, namun penggunaannya berbeda. Bidang semantik memahami jaringan konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat, sebab tidak mungkin kosakata akan berdiri sendiri tanpa ada kaitan dengan kosakata lain. Al-Qur'an sering menggunakan kata yang hampir memiliki kesamaan, nam un memiliki titik tekan tersendiri.
Semantik Dalam Pengkajian Islam: Studi Tari Rudat
Â
Indonesia dijuluki sebagai negara kepulauan, julukan tersebut disematkan karena Indonesia adalah negara yang terdiri dari ribuan pulau. Pulau di Indonesia memiliki budaya yang berbeda beda, sehingga tidak heran jika Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya salah satunya adalah tari tradisional. Tari tradisional merupakan tarian khas dari suatu daerah yang memiliki makna dan nilai tertentu dalam setiap gerakannya. Salah satunya adalah tari Rudat dari Lombok yang masih lestari hingga saat ini. Tarian Rudat merupakan salah satu tarian peninggalan nenek moyang beragama Islam di Pulau Lombok.
Tari rudat merupakan tarian Islami dari turki. Hal ini, terbukti dari pakaian dan atribut yang digunakan sama dengan pakaian tentara turki. Tari Rudat menggabungkan gerakan-gerakan kaki dan tangan yang hampir mirip dengan gerakan pencak silat, diiringi tabuhan musik yang sangat kental nuansa islamnya dan juga dari segi kostum yang digunakan yakni menggunakan kopiah dan sarung tenun khas Lombok dengan iriangan lagu berbahasa arab dan melayu. Lagu berbahasa arab dan Melayu dalam mengiringi tari Rudat berisi pantun-pantun nasehat dan sholawat kepada Nabi.
Tari Rudat dimainkan oleh 12 orang laki laki. Dalam tarian tersebut terdapat gerakan yang terdiri dari gerakan kaki, tangan dan kepala yang digerakan secara serempak dan selaras dengan irama tepukan terebang. Gerakan melangkah kedepan, belakang, dan kesamping secara bersama-sama, melambangkan kebersamaan langkah dan keserasian bentuk koreografi. Tari rudat banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Tari rudat diiringi alat music teradisional yang di mainkan oleh sekaha (pemain alat music). Tarian ini awalnya merupakan salah satu media penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di pulau Lombok. Seiring dengan perkembangan, tarian ini kemudian digunakan untuk memeriahkan acara Khitanan, Khatam Al-quran dan berbagai upacara peringatan hari besar lainnya. Salah satu kesenian yang masih mencoba untuk bertahan adalah Rudat. Rudat berasal dari kata Raudhah dalam bahasa Arab yang berarti Taman Bunga. Menurut Bapak Zakaria (Maestro Tari Rudat), Rudat berasal dari kata Roddun yang berarti menolak, penolakan disini dalam artian menolak budaya luar dan melestarikan budaya sendiri sebagai perwujudan kecintaan terhadap kesenian tari rudat.
Kesenian tradisional dilihat sebagai identitas kultural masyarakat pendukungnya yang berfungsi secara sosial, budaya, dan ritual. Kesenian tradisional ini juga dipercaya masyarakat pendukungmya tidak sekadar sebagai hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia juga menjadi media yang mampu memfasilitasi doa dan harapan mereka. Kendatipun penyajian kesenian tradisional saat ini mengalami perubahan berbagai gaya dan variasi, namun secara fungsional hal itu merupakan bentuk strategi adaptif masyarakat pendukung dalam mempertahankan dan melestarikan kesenian tradisional.
Selain itu, tari rudat memiliki teater Drama komedi yang menjadi keunikan tersendiri karena telah dianggap menjadi milik masyarakat suku Sasak Lombok. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan pementasan Kemidi Rudat ini sebagai media dakwah Islam karena cerita yang ditampilkan menggambarkan kemenangan yang haq atas yang bathil. Masyarakat suku Sasak yang mayoritas beragama Islam menjadi sangat mudah menerimanya. Teater tradisional juga merupakan bagian identitas masyarakat pendukungnya. Mengenal karakter suatu masyarakat bisa dilakukan dengan mengenal dan mengetahui kesenian yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Mengenal komunitas suku Sasak bisa dilakukan dengan mengenal dan mengetahui bahwa Kemidi Rudat adalah kesenian khas suku Sasak yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Sasak. Bila bagian identitas ini hilang, maka secara perlahan kita juga tidak bisa mengenal budaya dan kearifan lokal yang ada dan berkembang dalam masyarakat suku Sasak.
Nilai tersebut digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidup yang terdapat dalam pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filosofi hidup orang Sasak tidak bisa dilepaskan dari nama Sasak sendiri. Sasak Lombok mempunyai kaitan yang erat sehingga Lombok berarti satu-satunya kelurusan. Artinya, orang Sasak Lombok adalah orang yang menjunjung tinggi kelurusan/kejujuran/polos.
Pendekatan semantik dalam pengkajian Islam memberikan kontribusi besar dalam memahami makna teks-teks keagamaan secara mendalam dan kontekstual, termasuk dalam manifestasi budaya seperti Tari Rudat Setia Budi Terengan. Semantik membantu mengungkap nilai-nilai makna dari simbol, gerak, dan lirik yang terkandung dalam tari tradisional ini, yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media dakwah, identitas kultural, serta representasi nilai-nilai Islam dan kearifan lokal masyarakat Sasak. Dengan demikian, analisis semantik memperkaya pemahaman atas ekspresi keislaman dalam bentuk budaya lokal dan memperkuat hubungan antara bahasa, agama, dan tradisi.
Sumber Bacaan
Ahmad Fawaid, "Makna Dalal dalam al-Qur'an Perspektif Teori Dilalat al-fadh" Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol. 3, No. 2, Desember, 2013.
Andi Kurniawan dkk, Semantik (Penerbit: PT Global Eksekutif Tegnologi, maret 2023).
Hary Murcahyanto dkk, Pemertahanan Kesenian Rudat Sasak Di Lombok, SOSOAL HORIZON: Jurnal pendidikan sosial Vol. 8, No. 2, Desember 2021.
Lestari, A. T. (2017). Nilai Karakter Seni Bernuansa Islami (Seni Rudat) di Tasikmalaya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan. The Progressive & Fun Education Seminar, 2, Agustus 2017.
M Deni Zarwandi, "Tari Rudat, Kesenian Khas Suku Sasak yang Mulai Terlupakan oleh Zaman", Inside, Maret 15,2021,
https://insidelombok.id/berita-utama/tari-rudat-kesenian-khas-suku-sasakyang-mulai-terlupakan-oleh-zaman/, diakses pada tanggal 19 mei 2025.
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta:Rineka, 2010)
Murahim, Nilai-Nilai Budaya Sasak  komedi Rudat Lombok: Prespektif Hermeneutika, Jurnal Mabasan, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Murahim, Nilai-Nilai Budaya Sasak  komedi Rudat Lombok: Prespektif Hermeneutika, Jurnal Mabasan.
Musthofa Muslim, Mabahits fi Tafsir al-Mawdhu'i, (Beirut: Daar al-Qolam, 1989)
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur'an, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003)
Wiwin Maisafitri, " Simbolisasi Nilai-Nilai Dakwah Islam Dalam Kesenian Rudat (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Punia Karang Kateng, Kecamatan Mataram Kota Mataram)", Skripsi, (Mataram: Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Mataram, 2019)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI