Mohon tunggu...
Fauzi Raziani
Fauzi Raziani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

lagi belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjadi Manusia Nusantara

28 Juni 2023   17:22 Diperbarui: 28 Juni 2023   17:25 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seru dan menyenangkan." Mungkin itulah dua kata yang menurut saya dapat menjelaskan suasana kampus Universitas Andalas jika nanti orang-orang bertanya tentang pengalaman saya selama menjalani Program Mahasiswa Merdeka 2 di kampus ini.

Nama saya Muhammad Fauzi dan saya berasal dari Jakarta. Saya merupakan mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Darussalam Gontor Ponorogo Angkatan 2020. Sebelumnya saya tidak mempunyai rencana apapun untuk mengikuti program ini. Namun, karena dukungan teman-teman di kelas saya dan bujukan dari doesn Pembimbing Akademik, akhirnya saya daftarkan lah diri saya dan alhamdulillah saya diterima di kampus ini. Universitas Andalas Padang.

Ini merupakan catatan ringan tentang perjalanan saya selama mengikuti salah satu program MBKM

Yang saya pahami dari tujuan program ini adalah untuk mempertemukan mahasiswa dari daerah dan latar belakang yang beragam, guna memperkuat makna kebhinekaan sekaligus memberi kebebasan pada mahasiswa di Indonesia untuk merasakan berkuliah di jurusan lain selain jurusan yang ia tempuh sebelumnya. Maka dari itu kata "Merdeka" merupakan bagian dari nama program ini.

Baca juga: Mimpi di Kota Salju

Sebagai mahasiswa yang tinggal dan berkuliah di pulau Jawa, menjadikan saya dilarang untuk memilih kampus tujuan yang berdomisili di pulau Jawa. Keluarga saya adalah keluarga perantau dari ranah Minangkabau, tepatnya kota Solok, Sumatera Barat. 

Ayah dan ibu saya berasal dari kota yang sama di kampung halaman mereka. Namun, saya lahir dan besar di Tanjung Priok, Jakarta Utara sehingga saya belum memahami betul budaya orang tua saya, bahasa mereka, dan adat istiadat dalam Minangkabau. 


Inilah yang menjadikan saya semakin bersemangat dalam mengikuti program ini, yaitu saya mendapat kesempatan untuk berkuliah di pulau Sumatera dan memilih kampus Universitas Andalas sebagai kampus tujuan saya. 

Niat utama saya yang tertanam ketika mengikuti program ini adalah supaya saya memahami budaya leluhur saya di ranah Minangkabau sekaligus menguasai bahasa Minangkabau sebagai bahasa ibu saya selain Bahasa Indonesia.

Kesan pertama yang saya dapati ketika berkuliah di kampus ini adalah bagaimana Universitas Andalas (Unand) menjaga nilai-nilai Islam dan mencoba mendidik mahasiswanya dengan nilai keislaman. Hal ini dikarenakan upaya Unand dalam menjaga kelestarian budaya Minangkabau agar tidak tergusur oleh arus globalisasi. 

Seperti yang kita ketahui, masyarakat Minangkabau sangat mengataskan Islam dalam adat istiadat mereka. Bahkan dalam Minangkabau terkenal dengan isitilah "Adek Basandi Sarek. 

Sarek Basandi Kitabullah" atau jika disingkat sebagai ABS SBK yang berarti "Adat didasari oleh Syariah, Syariah didasari oleh Kitabullah (Al-Qur'an)" maka dari itu kuatnya nilai keislaman yang diterapkan Unand dapat terlihat di beberapa agenda dan lingkungan yang terbentuk dalam keseharian masyarakat Universitas Andalas. 

Saya yang berasal dari kampus yang berlandaskan Islam melihat fenomena ini sebagai hal yang sangat positif, bahwasannya nilai-nilai agama masih dijunjung tinggi di kampus yang walaupun tidak terdapat program studi keagamaan. Hal ini juga penting bagi kelangsungan bangsa Indonesia yang masyarakatnya mengesakan Tuhan, bahkan hal tersebut tertuang jelas dalam sila pertama Pancasila.

Bertemu banyak orang yang berbeda menjadikan saya semakin terbuka ketika melihat perbedaan yang terkadang bisa dianggap negative oleh sebagian orang yang belum terbiasa merasakannya. Mulai dari adat istiadat atau kebiasaan dan dialek yang kadang menjadi hambatan dalam komunikasi lintas budaya. 

Maka suatu kesyukuran bagi saya karena menyadari hal itu dari masa kuliah, supaya kedepannya di masa mendatang saya akan lebih siap dan lebih fleksibel ketika bertemu beragam orang yang berasal dari latar belakang yang beda juga.

img-3673-jpg-649c07eee1a1677ae1072502.jpg
img-3673-jpg-649c07eee1a1677ae1072502.jpg
Ada satu hal yang sangat menarik bagi saya. Jika nanti program ini berakhir dan saya harus kembali ke kampus asal, hal ini lah yang menjadi topik menarik utama yang akan saya bagikan kepada teman-teman saya di Universitas Darussalam Gontor khususnya keluarga besar Program Studi Hubungan Internasional. 

Hal tersebut adalah culture atau atmosfir pendidikan yang dijalani dan terbentuk oleh dosen serta mahasiswa di Hubungan Internasional Universitas Andalas. Kata seperti "Pak" atau "Bu" mungkin sudah biasa dipakai ketika kita berkomunikasi dengan para dosen. 

Namun, sama halnya dengan kampus saya yang menggunakan "Ustadz & Ustadzah" ataupun "Miss", di Unand kami memanggil dosen kami dengan "Bang" dan "Kakak" walaupun usia para dosen di sini tidak semuda kedua kata tersebut. 

Hal ini yang menurut saya menjadikan hubungan antara mahasiswa dan dosen di HI Unand menjadi lebih cair yang terwadahi oleh kekeluargaan yang timbul dalam suasana pendidikan di kampus ini. 

Bagi saya, membutuhkan kurang lebih waktu 2 sampai 3 pekan untuk terbiasa memanggil dosen di sini dengan kedua kata tersebut. Selain itu, saya juga memahami beberapa perbedaan entah itu kelebihan maupun kekurangan antara kampus saya dan kampus negeri nan besar seperti Universitas Andalas ini.

Perbedaan serta keunikan yang saya terima selama hidup dan belajar di Unand membuat saya memahami arti keberagaman. Terutama, saya lebih memahami lagi keberagaman khususnya tentang budaya dan agama. 

Bagaiman saya bertemu dan bergaul dengan orang yang berasal dari pulau yang berbeda, bahkan beruntungnya saya berbagi kamar dengan empat orang teman saya yang salah satunya beragama Protestan, yang sebelumnya masih agak asing bagi saya.

Menurut saya menajdi manusia nusantara tidaklah sulit, namun tidak bisa dikatakan mudah. Bekal dalam menjadi manusia nusantara adalah bagaimana kita membangun rasa hormat kita pada orang lain, baik yang mempunyai latar belakang yang sama dengan kita ataupun yang benar-benar asing bagi kita. 

Dari rasa respect yang kuat tersebut, dan pengetahuan kita tentang budaya dan keberagaman orang-orang di sekitar kita akan menjadikan kita sebagai manusia yang bijaksana saat menghadapi perbedaan. 

Namun, hal tersebut tidaklah mudah agar dapat terpatri dalam diri kita. Butuh pembiasaan dalam menanggapi perbedaan-perbedaan tersebut, dan salah satunya adalah turut aktif dalam Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun