Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah #ReformasidiKorupsi Menuju Post-Otoriterianisme?

7 Oktober 2019   21:49 Diperbarui: 8 Oktober 2019   05:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aksi masa (sumber: Kompas/Didie SW)

Sikap presiden akan menetukan posisi personalnya sebagai orang nomor satu di negara ini. Mendengarkan rakyat atau patuh pada partai politik yang "katanya" berjasa besar mempertahankan kedudukannya sebagai presiden. 

Yasudahlah, semua tinggal menunggu apa yang akan di ambil oleh bapak presiden terkait hal tersebut.

Tetapi, kasus ini seharusnya bisa menjadi perenungan bersama. Bahwa bangsa ini sedang ada dalam otoritarianisme gaya baru. Jika dulu Pak Harto dianggap otoriter, mungkin beliau terkesan otoriter sendirian. Tapi melihat kasus dewasa ini, sepertinya ada yang otoriter tapi dengan berjamaah. 

Keduanya sama, sama-sama bersinggungan dalam hal keinginan. Antara keinginan pribadi dan kelompoknya dengan keinginan rakyat.

Memang tidak bisa di sebut sama persis antara otoritarianisme orde baru dengan yang saat ini dirasakan. Maka dari itu mengapa penulis sebut akankah masuk kepada keadaan yang sama dengan cara yang berbeda.

Jika hal yang terjadi pernah terlapau dirasakan sebelumnya dan hari ini lahir kembali dengan rasa yang manyesuaikan kondisinya serta gaya yang lebih elegan atau lebih "modernis". 

Dengan maksudnya sama saja. Yaitu otoritarianisme. Apa boleh dikata selain Post-otoritarianisme.

Presiden boleh saja tidak bisa disebut otoriter. Tapi jika orang yang di anggap berjasa terhadap hajat hidup presiden punya wewenang lebih untuk mengatur apa yang sedang presiden lakukan dan hasilnya memang kurang memberikan keadilan kepada rakyat, lebih-lebih suara rakyat tidak dihiraukan, ya tetap saja itu otoritarianisme.

#reformasidikorupsi adalah suara jernih dari rakyat, rambu-rambu yang mengingatkan jangan sampai bangsa ini terjerembab pada sejarah kelam yang pernah di lalui sebelumnya. 

Berterimakasihlah bahwa rakyat sedang menjalankan posisinya sebaik mungkin di era demokrasi sekarang ini. Ketika elit politik sudah rekonsiliasi sepenuhnya, maka rakyat memilih untuk beroposisi dengan negara. 

Tidak lain tujuannya untuk tegaknya demokrasi yang diidamkan. Menjaga bangsa tetap sehat, mulai dari penguasa dan kebijakannya. Semoga saja Pemangku Kebijakan negara ini bisa mengambil langkah yang unggul untuk memajukan rakyatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun