Mohon tunggu...
Zakki Ahmad Fauzi
Zakki Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Penulis/Blogger

Gemar membaca dan menulis. Dulu sempat suka menggambar sketsa. Suka sejarah, pemerintahan, falsafah, militer, aviasi, perkapalan, dan banyak hal lainnya. Suka anime, manga, manhwa, dan manhua.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sayap Nusantara: Kenapa Indonesia Harus Jadi Produsen Pesawat Perintis, Regional, dan Amfibi

13 September 2025   03:28 Diperbarui: 12 September 2025   21:30 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2. Kenapa Pesawat Regional?

Pesawat regional berkapasitas menengah (40--100 penumpang) yang menghubungkan kota-kota sekunder.

  • Alternatif ekonomis: Banyak kota di Indonesia tidak memerlukan pesawat besar seperti Boeing 737 atau Airbus A320. Jalur Manado--Ternate, Kupang--Atambua, atau Balikpapan--Tarakan lebih cocok dengan pesawat regional.

  • Efisiensi energi: Pesawat regional lebih hemat bahan bakar dibanding pesawat jet besar untuk jalur pendek-menengah.

  • Konektivitas berlapis: Pesawat regional bisa menjadi jembatan antara jalur perintis dan jalur utama, menciptakan ekosistem transportasi udara yang berlapis.

Contoh sukses: Embraer Brasil menjadi pemain dunia karena fokus ke pesawat regional, menyalip negara-negara yang dulu lebih maju. Jika Brasil bisa, Indonesia pun bisa.

3. Kenapa Pesawat Amfibi?

Pesawat amfibi adalah pesawat yang bisa mendarat di darat maupun air.

  • Realitas geografis: Ribuan pulau di Indonesia tidak memiliki landasan pacu, tetapi punya pantai, danau, atau sungai. Pesawat amfibi bisa langsung mendarat di sana.

  • Keunggulan logistik: Dalam keadaan darurat bencana, pesawat amfibi bisa mendarat di wilayah banjir, danau, atau garis pantai yang luas.

  • Pariwisata dan ekonomi biru: Bayangkan wisatawan bisa langsung mendarat di danau Toba, Raja Ampat, atau Labuan Bajo dengan pesawat amfibi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun