Sejak itu, komunikasi antara Nita dan Mak Eli pun berjalan dengan baik. Nita pergi ke kota untuk menyelesaikan kuliah, dan tinggalah Mak Eli, Mbak Mai dan bapak di rumah, sedangkan Mbak Ria ikut dengan suaminya.
***
Hari yang dinanti-nantikan pun tiba, yaitu saat Nita diwisuda. Mamak, bapak, MbakMai, Mbak Ria dan juga suaminya menghadiri acara wisuda itu. Raut bahagia pun terpancar di wajah sang Mamak. Tak hentinya ia mengucap syukur atas kelulusan anak bungsunya dengan indeks prestasi yang sangat memuaskan.
Selepas Nita menjadi seorang sarjana guru, ia pun mulai memasukkan surat lamaran ke beberapa sekolah. Penolakan demi penolakan pun tak asing lagi bagi Nita. Tak jarang ia putus asa, tapi demi membuktikan ke Mamak kalau ia dapat dibanggakan, iapun bangkit kembali untuk memasukkan surat lamaran ke sekolah lain, bahkan sampai ke sekolah yang berada di kota tempat ia kuliah dulu.
“Kriiing... kriiing...” terdengar nada dering handphone Nita.
“Assalamu’alaikum,” ucap Nita.
“Wa’alaikumsalam. Bisa bicara dengan Ibu Nita? Ini dari SMP IT,” ucap suara di seberang sana.
“Iya, saya sendiri. Ada apa ya, Pak?”
“Ini, Bu. Saya mau menginformasikan bahwa lamaran Ibu Nita di sekolah kami diterima. Pihak sekolah akan melakukan wawancara. Jadi, Ibu dimohon hadir ke sekolah pada tanggal 17 April 2014, ya. Pukul 09.00 wita. Sekian dulu, Bu. Kami tunggu kehadiran Ibu. Terima kasih, wassalamu’alaikum,” telpon pun terputus.
Nita melonjak kegirangan. “Akhirnya, sekian lama menunggu ada juga yang memanggil untuk wawancara,” serunya dalam batin. Masih ada waktu satu minggu untuk menyiapkan semuanya untuk wawancara.
Beberapa hari kemudian, Nita pulang dari kota setelah menghadiri sesi wawancara. Ia sangat bahagia, karna ia lulus dalam seleksi wawancara. Ia pun membawa oleh-oleh untuk Mamaknya.