Mohon tunggu...
Fauzi Rohmah
Fauzi Rohmah Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis

Guru di SMP Negeri 1 Kusan Hilir, Tanah Bumbu, Kalsel - Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutemukan Cinta di Ujung Senjamu

3 Juli 2016   14:12 Diperbarui: 3 Juli 2016   14:20 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kenapa lagi, Nita? Berantem sama Mamak? Ya, kamu harus ngerti dong. Mamak cuma pengen anaknya tumbuh sebagai wanita seutuhnya. Berpenampilan manis, anggun, tidak urakan, apalagi tomboy. Kamu anak cewek, Nit. Bersikap baiklah pada Mamak,” ucap Mbak Mai, kakak kedua Nita. “Ya, kita kan sudah tau, hanya Mbak Ria yang terbaik di mata Mamak. Mbak Ria kan anak pertama, Mamak ingin kita menjadikan Mbak Ria sebagai panutan. Kita harus buktikan kalau kita juga bisa diandalkan,” sambung Mbak Mai.

“Aku sakit hati selalu dibanding-bandingkan. Aku tak pernah benar di mata Mamak. Mbak kan juga tau gimana Mbak Ria yang sangat pandai mengambil hati Mamak, mencari muka, padahal Mamak nggak tau aja gimana pergaulan Mbak Ria di luar rumah. Lebih bebas daripada kita. Ya kan, Mbak?” ungkap Nita dengan kesal.

“Ya, itu tadi kata mbak. Nita harus buktikan ke Mamak kalau kamu bisa jadi anak kebanggaan Mamak. Kamu ikuti apa kata Mamak. Kamu terima saran Mamak mengenai tempat kuliah itu. Kita tidak tau masa depan kita mau seperti apa. Mungkin pilihan Mamak lebih tepat untuk masa depan kamu nanti,” nasihat Mbak Mai ke adiknya.

***

Seminggu sudah Nita mogok bicara. Ia hanya mau bicara dengan Mbak Mai. Sudah pasti sikap Nita sangat menyakiti hati Mamaknya. “Ya Tuhan, maafkan aku,” bisik Mak Eli lirih.

Mamak tidak akan pernah berhenti berdoa untukmu, Nita,” ucapnya sore itu saat Mak Eli duduk di teras bersama Nita.

Menyadari kehadiran Mamaknya, lantas Nita beranjak pergi. Tergopoh-gopoh MakEli mengikuti Nita dan berusaha meraih tangannya. “Nita. Nita, tunggu Mamak, Nita! Nita maafkan Mamak yang sudah tak adil. Nita, Mamak hanya tak ingin kamu salah jalan. Ini karna Mamak sangat menyayangimu,” ungkap Mak Eli yang tidak juga digubris Nita yang berlalu dan menghilang di balik pintu kamarnya. Mak Eli hanya mampu mengelus dada.

Waktu berlalu, perang dingin antara Nita dan Mamaknya pun masih berlanjut. Hal itu membuat kesehatan Mamak Eli menurun. Ia tak kuasa menahan sedih dan hati perih mendapat perlakuan dari anak bungsunya. Ia hanya pasrah, berserah kepada Yang Maha Kuasa agar senantiasa hati Nita dapat melunak.

***

Hingga di suatu sore Nita baru saja pulang dari rumah sahabatnya sembari membawa surat kabar. Ia berikan ke Mamaknya seraya berkata “Mak, aku lulus di perguruan tinggi pilihan Mamak. Coba lihat pengumuman di koran ini! Ada nama Nita. Kalau itu pilihan Mamak dan untuk masa depanku, Nita akan ikuti semua kata Mamak. Nita akan kuliah di kampus itu. Nita akan buktikan ke Mamak kalau aku lebih baik dari Mbak Ria, anak emas Mamak itu.”

“Nita, Mamak bangga padamu. Mamak yakin, kamu akan sukses. Mamak hanya ingin kamu di jalan yang benar demi masa depan kamu. Tidak ada keinginan Mamak yang lain, kecuali kamu sukses, Nita,” Mamak menimpali ucapan Nita sore itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun