Mohon tunggu...
Fauzan Budi Prasetya
Fauzan Budi Prasetya Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa baru kesehatan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Buka Mata! (Bagian 1); Langkap Jaya, Desa di Perbukitan Sukabumi dengan Masalahnya yang Kompleks

13 Januari 2015   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:14 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Selamat datang di Desa Langkap Jaya. Ya seperti inilah desa ini, dengan masalahnya yang sangat kompleks.” – Ibu Kades Langkap Jaya

Langkap Jaya adalah sebuah desa yang sangat luas di dataran tinggi daerah Sukabumi. Tepatnya ia berada di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jika ditarik satu garis lurus dari Google Maps yang menghubungkan desa tersebut dengan Ibukota Jakarta, pusat dari peradaban negeri kaya raya ini, ditemukanlah angka kurang lebih delapan puluh lima kilometer. Bukan jarak yang terlampau jauh bagi sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki lebar membujur sekitar 1800an km dan melintang 5000an km. Akan tetapi, keadaan di kedua tempat tersebut dirasa tidak layak jika coba untuk dibandingkan. Masyarakat desa dengan empat kedusunan tersebut tampak tidak seberuntung masyarakat urban Kota Jakarta. Hasilnya pun tidak akan jauh berbeda jika coba disejajarkan dengan kota-kota yang lebih dekat, seperti Kota Bandung ataupun Kota Sukabumi yang sama-sama terletak di Jawa Barat.

Pemandangan di Desa Langkap Jaya memang indah. Bukit-bukit terjajar anggun. Awan bergelombang indah membentuk lukisan di langit. Udaranya pun sejuk. Di dua kedusunan terdalam, dusun Cimanggu dan Cisuren, pemandangan tampak sangat indah. Di spot tertentu, laut sekitar pelabuhan Ratu dapat terlihat dengan jelas. Sebagian tanah di desa tersebut sana yang telah disulap menjadi perkebunan teh, karet dan kopi. Di dusun Tugu, dusun terdepan Desa Langkap Jaya, sesekali tampak truk pembawa ratusan ekor ayam broiler melintas. Di sana juga terdapat peternakan ayam. Selain itu, mobil-mobil pick-up yang mengangkut hasil perkebunan juga cukup sering hilir mudik di jalan yang menjadi satu-satunya akses desa itu dengan dunia luar. Kesan pertama yang didapat dari pemandangan tersebut; Roda kehidupan di desa ini berjalan dengan sangat baik.

Penulis adalah salah satu orang yang beruntung dapat menjadi salah satu volunteer dalam kegiatan Peduli Desa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Peduli Desa adalah salah satu rangkaian kegiatan FKM Peduli 10, yang merupakan program kerja besar Badan Eksekutif Mahasiswa IM FKM UI 2014. Kegiatan Peduli Desa adalah salah satu program pengabdian masyaraat berbentuk community service. Gambaran sederhananya, Peduli Desa mendekatkan mahasiswa dengan masyarakat dengan menempatkan mahasiswa di tengah-tengah masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan live in di rumah-rumah penduduk selama lima hari. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kebermanfaatan dengan berbagai bentuk intervensinya, baik dalam bentuk penyuluhan kesehatan maupun motivasi pendidikan.

Mari kembali ke kondisi desa tersebut. Desa tersebut tampak hidup jika dilihat sekilas. Kondisi sesungguhnya akan terasa setelah kami melewati malam pertama di desa tersebut. Desa tersebut memang telah dilewati arus listrik. Televisi sudah cukup banyak ditemui di rumah-rumah penduduk. Akan tetapi, listrik sangat sering padam di sana. Daya per rumah pun tidak besar. Penduduk yang memasak nasi dengan rice cooker harus berpikir ulang. Mereka harus mematikan perangkat lain jika ingin memasak dan listrik yang bisa saja mati tiba-tiba di tengah proses sehingga menyebabkan beras tidak matang. Air bersih pun cukup sering berhenti mengalir di keran-keran penduduk. Bak-bak penampungan serta selang-selang panjang yang menghubungkan rumah-rumah penduduk untuk mengalirkan air bersih dirasa tak cukup menuntaskan masalah di sana. Sudah jelas, banyak aktivitas yang akan terhambat tanpa adanya air bersih. Mandi, mencuci pakaian dan peralatan makan, bahkan penyiapan bahan makanan untuk dimasak pun tidak dapat dilakukan tanpa adanya air bersih. Transportasi juga menjadi masalah cukup serius di sini. Selain ojek yang mahal, tidak akan ditemukan transportasi manusia di sini. SPBU terletak sangat jauh dari desa ini. Selain itu, hanya ada satu jalan yang dapat dilewati mobil. Kondisinya sudah rusak, sangat berbatu. Semakin ke desa bagian dalam, semakin terjal pula batu-batu penyusun jalannya. Dengan kondisi serperti itu, mobil dan motor perlu waktu cukup lama untuk berpindah dari dusun satu ke dusun lainnya. Mobilisasi manusia dan hasil perkebunan serta pertenakan sangat terhambat. Belum lagi sama sekali tidak terdapat lampu maupun pagar pembatas jalan di desa tersebut. Lampu yang menerangi hanyalah rumah-rumah warga yang letaknya berjauhan satu sama lain. Karena desa ini terletak di perbukitan, jurang dalam pun banyak terdapat di samping jalan. Sangat berbahaya jika mobil melintas di malam hari.

Selain itu, mari kita bicara soal akses penduduk kepada kesehatan dan pendidikan. Desa ini cukup beruntung memiliki dua bidan yang sangat tanggap. Penduduk setempat bercerita, bidan-bidan di sana bahkan rela datang langsung, door-to-door, untuk mengecek ibu-ibu yang tidak datang memeriksakan kehamilannya. Akan tetapi, di desa ini tidak terdapat satu pun puskesmas. Dari pintu terdepan desa, puskesmas terdekat terletak di Lengkong pusat yang berjarak 12 km. Dapat dibayangkan, keadaan akan sangat sulit jika ada seseorang yang sakit atau kecelakaan dan harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, mengingat sulitnya transportasi di sana. Selain itu, di desa ini telah terdapat beberapa SD serta MTs. Akan tetapi, kondisinya cukup memprihatinkan. SMA terdekat juga terletak di Lengkong pusat. Kesulitan transportasi masih menjadi alasan kenapa banyak yang menghentikan pendidikannya hingga tahap SMP atau MTs. Banyak yang bisa digali dalam hal kesehatan dan pendidikan di Desa Langkap Jaya sehingga perlu bahasan khusus agar pembahasan bisa sedikit lebih mendalam.

Keindahan desa Langkap Jaya serta tampak baiknya kehidupan di sana tidak dapat menjamin bahwa desa tersebut memang baik-baik saja. Inilah Langkap Jaya, dengan masalahnya yang kompleks. Masalah baru dapat benar-benar ditemukan dengan kepedulian. Peduli berarti menaruh perhatian lebih terhadap sesuatu. Mari buka mata! Lihat, baca, dan rasakan. Perhatikanlah halaman rumah kita, tanah air Indonesia. Solusi tidak akan dapat tercipta jika masalah belum ditemukan. Maka dari itu, kepedulian adalah awal dari perubahan.

Fauzan Budi Prasetya

Kesehatan Masyarakat UI 2013

Volunteer Peduli Desa FKM UI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun