Mohon tunggu...
Fauzan Abdurrahman
Fauzan Abdurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Peternakan Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyakit Ringworm Pada Ruminansia, Mahasiswa KKNT UNDIP Hadirkan Solusi Penanganan Sederhana Secara Alami Dengan Balm Minyak Kelapa dan Bawang Putih

4 Juli 2025   07:02 Diperbarui: 4 Juli 2025   07:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Pembuatan Balm SMKB Untuk Penanganan Secara Alami Terhadap Ringworm Pada Ruminansia, 2 Juli 2025 Rumah Ketua Kelompok Ternak Tani 

Sebuah inisiatif Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) yang dilaksanakan oleh Fauzan Abdurrahman, seorang mahasiswa dari Universitas Diponegoro (UNDIP) di bawah bimbingan Prof. Ir. Bambang S., M.Agr.Sc., Ph.D., IPU, telah berhasil mengimplementasikan program di Desa Sironjang Kabupaten Semarang |2 Juli 2025 terkait intervensi kesehatan ternak yang berfokus pada penanganan dermatofitosis, atau yang lebih dikenal sebagai ringworm, pada ternak ruminansia milik masyarakat. Program ini dirancang untuk mengatasi tantangan signifikan yang ditimbulkan oleh ringworm, sebuah penyakit kulit jamur yang tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi juga bersifat zoonosis, artinya dapat menular ke manusia. Menghadapi masalah ini, program tersebut memperkenalkan solusi inovatif, berbiaya rendah, dan mudah diakses, yaitu "Balm SMKB" (Salep Minyak Kelapa Bawang). Produk ini merupakan formulasi topikal yang dibuat dari bahan-bahan alami---minyak kelapa dan bawang putih---yang disajikan sebagai tindakan pertolongan pertama yang sederhana dan efektif.   

Metodologi program ini mengadopsi pendekatan partisipatif, melibatkan keterlibatan langsung dengan para peternak melalui dua pilar utama: sesi sosialisasi edukatif dan lokakarya praktis. Sesi sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peternak mengenai etiologi, gejala, dan cara penularan ringworm, sementara lokakarya memberikan keterampilan praktis dalam pembuatan dan aplikasi Balm SMKB. Inisiatif ini secara strategis menjembatani kesenjangan antara pengetahuan ilmiah dan kebutuhan praktis di tingkat komunitas. Program ini tidak hanya menawarkan solusi kuratif yang terjangkau tetapi juga memberdayakan peternak dengan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan, melindungi kesehatan masyarakat dari risiko zoonosis, dan pada akhirnya, memperkuat ketahanan ekonomi pedesaan. Dengan demikian, proyek ini berfungsi sebagai model percontohan yang kuat untuk pengembangan dan validasi obat etnoveteriner yang berkelanjutan dan dapat direplikasi.

Ringworm adalah sebuah misnomer atau penamaan yang keliru, karena penyakit ini sejatinya disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita, bukan cacing seperti yang disiratkan oleh namanya. Pada ruminansia, khususnya sapi, agen penyebab utamanya adalah jamur dari genus Trichophyton (seperti T. verrucosum dan T. mentagrophytes) dan Microsporum. Jamur-jamur ini menginfeksi jaringan berkeratin seperti lapisan luar kulit ( stratum corneum), bulu, kuku, dan tanduk.   

Manifestasi klinis dari infeksi ini sangat khas. Gejala klasik ditandai dengan munculnya lesi berbentuk bundar atau melingkar seperti cincin, yang memiliki batas yang jelas. Lesi ini sering kali tampak bersisik, berkerak, dan berwarna keabu-abuan, disertai dengan kerontokan bulu atau alopesia di area yang terinfeksi, sehingga meninggalkan area botak yang melingkar. Pada sapi, lesi ini paling sering ditemukan di daerah kepala, leher, dada, dan sekitar pangkal ekor.   

Penyebaran dan terjadinya penyakit ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi, baik dari lingkungan maupun dari ternak itu sendiri. Kondisi kandang yang lembab, sirkulasi udara yang buruk, kurangnya paparan sinar matahari, dan kebersihan yang tidak terjaga menciptakan lingkungan ideal bagi jamur untuk berkembang biak. Selain itu, ternak yang lebih rentan terhadap infeksi adalah hewan muda, hewan yang mengalami malnutrisi, atau hewan yang dipelihara secara intensif di dalam kandang. Penularan terjadi terutama melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Namun, penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui kontak dengan benda atau lingkungan yang terkontaminasi spora jamur, seperti peralatan kandang, tiang garuk, atau alas tidur, serta melalui hewan pembawa (carrier) yang tidak menunjukkan gejala klinis.

Ringworm pada ruminansia bukanlah sekadar masalah kosmetik atau penyakit kulit ringan; ia menimbulkan beban ganda yang signifikan, yaitu kerugian ekonomi bagi peternak dan risiko kesehatan bagi masyarakat. Dari perspektif ekonomi, penyakit ini menyebabkan kerugian finansial yang cukup tinggi dalam usaha peternakan. Kerusakan kulit akibat lesi secara langsung menurunkan kualitas dan harga jual kulit ternak. Lebih jauh lagi, infeksi yang parah dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan penurunan produksi susu, yang semuanya berdampak negatif pada produktivitas dan profitabilitas peternakan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, baik menggunakan obat antijamur komersial maupun jasa tenaga medis veteriner, juga menambah beban finansial bagi peternak. Konsep "potensi kerugian finansial" menjadi relevan di sini, karena mencakup tidak hanya biaya langsung tetapi juga kehilangan pendapatan yang seharusnya bisa diperoleh jika ternak dalam kondisi sehat.   

Dimensi kedua dari beban ini adalah risiko kesehatan masyarakat. Ringworm merupakan penyakit zoonosis klasik, yang berarti dapat dengan mudah menular dari hewan ke manusia. Peternak, anggota keluarga mereka, dan pekerja kandang yang memiliki kontak dekat dengan ternak yang terinfeksi berada pada risiko tertinggi. Penularan dapat terjadi melalui sentuhan langsung dengan lesi pada hewan atau kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi spora jamur. Pada manusia, infeksi ini menyebabkan ruam kulit yang gatal, kemerahan, dan berbentuk cincin, yang dikenal sebagai kurap (tinea corporis). Beban ganda ini---ancaman simultan terhadap mata pencaharian ekonomi dan kesehatan keluarga---menempatkan ringworm sebagai masalah yang kompleks di tingkat komunitas peternak. Oleh karena itu, setiap intervensi yang efektif harus mampu mengatasi kedua aspek ini secara bersamaan. Pengendalian penyakit pada sumbernya, yaitu pada ternak, menjadi strategi utama untuk melindungi kesehatan manusia dan menjaga stabilitas ekonomi peternak.

Kerangka Proyek dan Para Pemangku Kepentingan

Inisiatif penanganan ringworm ini merupakan bagian integral dari program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro. Proyek ini secara spesifik diimplementasikan di lapangan oleh mahasiswa Fauzan Abdurrahman, dengan bimbingan dan pengawasan akademik dari Prof. Ir. Bambang S., M.Agr.Sc., Ph.D., IPU. Keterlibatan seorang akademisi dengan keahlian relevan memastikan bahwa intervensi yang dilakukan memiliki landasan ilmiah yang kuat dan metodologi yang terstruktur. Kerangka kerja ini menempatkan proyek sebagai jembatan antara institusi pendidikan tinggi dan masyarakat, di mana pengetahuan akademik diterapkan secara langsung untuk memecahkan masalah nyata yang dihadapi oleh komunitas peternak.

Strategi Intervensi Dua Cabang

Keberhasilan program ini bertumpu pada strategi intervensi dua cabang yang dirancang untuk menjadi holistik dan berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan solusi kuratif tetapi juga membekali masyarakat dengan pengetahuan preventif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun