Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Kekurangan Adalah Cara Allah Menyusun Ulang Hidupmu

15 Oktober 2025   15:43 Diperbarui: 15 Oktober 2025   15:43 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Christel from Pixabay 

Begitulah cara Al-Muqsith mencintai: tidak selalu dengan memberi, tapi juga dengan mengurangi, agar kita tidak berlebihan mencintai sesuatu selain Dia.
Dan setiap kali hidup terasa berkurang, mungkin saat itu sebenarnya, kasih Allah sedang bertambah.

Keadilan yang Bekerja dalam Senyap

Keadilan Ilahi tidak selalu hadir dengan sorotan terang atau peristiwa besar.
Sering kali ia bekerja dalam senyap --- di balik peristiwa yang tampak biasa, di sela-sela kesabaran yang tidak disadari, di dalam waktu yang berlalu tanpa jawaban. Begitulah cara Al-Muqsith menegakkan keadilan-Nya: tanpa tergesa, tanpa gaduh, tapi selalu tepat.

Kita sering mengukur keadilan dengan kacamata manusia: siapa yang benar, siapa yang salah; siapa yang menang, siapa yang kalah. Padahal, keadilan Allah bukan tentang perbandingan, melainkan tentang penyelarasan. Ia tidak menimbang dari permukaan, tapi dari kedalaman --- dari motif, kesiapan hati, dan pelajaran yang dibawa oleh setiap peristiwa.

Seseorang kehilangan pekerjaan, lalu merasa diperlakukan tidak adil. Tapi beberapa bulan kemudian, ia menemukan jalan baru yang lebih sesuai dengan panggilan jiwanya. Seorang ibu diuji dengan anak yang sulit diatur, namun justru melalui kesabaran itu, hatinya tumbuh lebih lembut dan luas. Seorang hamba ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, tapi dari kesepian itu, ia belajar bersandar kepada Allah sepenuhnya.

Keadilan Al-Muqsith bekerja seperti air yang mengalir: pelan, namun pasti mengikis ketimpangan yang berlebihan.
Kadang Ia menunda balasan, bukan karena lupa, tapi karena waktu terbaik untuk menegakkan keadilan belum tiba. Kadang Ia tampak membiarkan ketidakadilan, padahal Ia sedang memberi ruang bagi kesadaran untuk tumbuh.

"Dan Kami akan memasang timbangan-timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang walau seberat biji sawi pun..."
(QS. Al-Anbiya [21]:47)

Ayat ini memberi pesan mendalam: tidak ada yang luput dari keseimbangan Allah. Tidak ada air mata, perjuangan, atau keikhlasan yang hilang tanpa makna. Semua dicatat, ditimbang, dan dikembalikan dalam bentuk yang paling sesuai --- entah di dunia, entah di akhirat.

Keadilan yang sejati memang tidak selalu terasa menyenangkan. Tapi di balik setiap keterlambatan, ada hikmah yang sedang matang. Dan ketika waktunya tiba, kita akan melihat bahwa apa yang dulu terasa "tidak adil", ternyata adalah bagian dari pola sempurna yang tak bisa kita pahami saat itu.

Keadilan Allah bekerja dalam diam, karena keadilan sejati tidak perlu pembelaan. Ia hanya perlu waktu untuk menampakkan kebenarannya.

Kembali ke Tengah: Jalan Spiritual Keseimbangan

Manusia diciptakan bukan untuk hidup di ujung ekstrem, melainkan untuk berjalan di tengah --- di jalan keseimbangan. Itulah mengapa Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan." Dalam bahasa tasawuf, keadaan ini disebut mizan, yaitu timbangan batin yang membuat seseorang tetap tegak di antara tarik menariknya dua kekuatan: dunia dan akhirat, jasmani dan ruhani, logika dan cinta.

Namun hidup sering membawa kita menjauh dari poros itu. Kadang kita terjebak dalam keinginan duniawi yang membakar, kadang terperangkap dalam spiritualitas yang melupakan kehidupan nyata. Padahal, keseimbangan sejati bukan berarti meninggalkan salah satu sisi, tetapi menghadirkan keduanya dalam harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun