Maka, keadilan Allah bukan sekadar "setimpal", melainkan selaras. Ia tidak membalas untuk membalas, tapi menata untuk menumbuhkan. Ia tidak hanya menimbang dosa dan pahala, tetapi juga menimbang kesiapan hati untuk menerima hikmah di balik keduanya.
Ketika engkau merasa dunia tidak adil, mungkin bukan keadilan yang hilang, tapi keseimbangan batinmu yang sedang diuji. Dan saat itulah, Al-Muqsith sedang bekerja --- dengan cara yang lembut, sabar, dan sering kali diam.
Ketika Allah Mengambil: Naqs sebagai Panggilan Cinta
Dalam perjalanan hidup, setiap manusia pasti akan mengalami masa ketika sesuatu "diambil" darinya. Entah itu rezeki yang menyempit, kesehatan yang menurun, waktu yang terasa sempit, atau hubungan yang tiba-tiba renggang. Di momen-momen seperti itu, hati manusia refleks bertanya: "Mengapa, ya Allah?"
Namun dalam pandangan Al-Muqsith, apa yang tampak sebagai "pengurangan" (naqs) sesungguhnya adalah panggilan cinta --- sinyal lembut bahwa hidupmu sedang condong ke satu sisi. Allah, dengan sifat-Nya yang Maha Menyeimbangkan, menata ulang porsimu agar kamu tidak tenggelam dalam ketimpangan yang membahayakan jiwa.
Coba perhatikan pola ini:
Ketika seseorang terlalu sibuk mengejar dunia, Allah beri naqs harta --- bukan karena Dia pelit, tapi agar manusia kembali menengok sumber rezeki sejatinya, bukan sekadar alatnya.
Ketika seseorang terlalu sibuk melayani semua orang kecuali dirinya sendiri, Allah beri naqs tenaga --- agar ia belajar bahwa memberi juga butuh wadah yang utuh.
Ketika seseorang menggantungkan rasa aman pada manusia, jabatan, atau pasangan, Allah beri naqs rasa aman --- bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengingatkan bahwa sandaran sejati hanyalah Dia.
Setiap naqs adalah dialog halus antara Tuhan dan hamba, bukan bentuk penolakan, melainkan penarikan lembut ke tengah.
"Kembalilah ke seimbang, engkau sedang miring," begitu pesan diam Al-Muqsith.
Dalam dunia psikologi modern, kita mengenal istilah homeostasis --- kemampuan tubuh menjaga keseimbangan internal agar tetap hidup. Menariknya, konsep ini sejalan dengan kebijaksanaan spiritual: ketika satu aspek hidup berlebihan, sistem ilahi akan mengatur ulang semuanya agar harmonis kembali. Kehilangan menjadi mekanisme pemulihan, bukan hukuman.
Seorang guru sufi pernah berkata, "Bila Allah mencintaimu, Dia akan memecahkan keseimbangan palsumu agar kamu menemukan keseimbangan sejati."
Keseimbangan palsu adalah ketika kita merasa baik-baik saja di luar, tapi jauh dari pusat ruhani. Maka datanglah pengurangan: kecil, menyakitkan, tapi menyembuhkan.
Kamu mungkin kehilangan sesuatu, tapi dalam kehilangan itu, kamu menemukan kembali arah.
Kamu mungkin merasa ditinggalkan, tapi justru di sanalah kamu diajak kembali pulang --- bukan pada orang lain, tapi pada-Nya.