Namun, di balik semua tantangan itu ada harapan yang membuat saya optimis. Kurikulum baru memberi ruang lebih luas untuk pembelajaran berbasis proyek. Komunitas orang tua kini lebih aktif berbagi pengalaman, saling menguatkan. Dan yang paling penting, anak-anak kita sendiri memiliki daya adaptasi yang luar biasa. Jika diarahkan dengan benar, mereka bisa menjadi generasi yang tangguh, kreatif, dan mampu membawa bangsa ini melangkah lebih jauh.
Saya percaya, melalui sinergi antara rumah dan sekolah, serta keterlibatan orang tua yang lebih aktif, kita bisa menciptakan Pendidikan Bermutu yang benar-benar membuat anak-anak kita Siap Hadapi Tantangan Abad 21.
Penutup
Menjadi orang tua di era ini membuat saya sadar bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum atau sekolah yang bagus. Pendidikan adalah perjalanan bersama, di mana anak, guru, dan orang tua berjalan beriringan. Dari Azka, saya belajar arti ketangguhan menghadapi ketakutan kecil. Dari Daffa, saya belajar pentingnya memberi ruang bagi rasa ingin tahu dan eksperimen. Dari keduanya, saya belajar bahwa mendidik anak juga berarti mendidik diri sendiri untuk terus beradaptasi.
Bagi saya, inilah wajah sejati Pendidikan Bermutu: pendidikan yang hidup di rumah, di kelas, dan di hati anak-anak kita. Pendidikan yang memberi keberanian untuk mencoba, ketekunan untuk gagal dan bangkit lagi, serta dukungan yang hangat dari keluarga dan sekolah.
Saya percaya, jika orang tua hadir bukan sekadar sebagai pengawas nilai, melainkan sebagai mitra sejati, maka anak-anak kita tidak hanya cerdas di atas kertas, tetapi juga tangguh menghadapi dunia nyata. Dengan dukungan seperti itu, mereka akan benar-benar Siap Hadapi Tantangan Abad 21 dengan penuh percaya diri dan harapan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI