Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Bermutu dari Rumah: Membesarkan Anak Agar Siap Hadapi Tantangan Abad 21

25 September 2025   18:07 Diperbarui: 25 September 2025   18:07 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis foto bersama keluarga, Dafa, Penulis, Istri, Azka dan Si Bungsu (Juna). Dokpri

Bagi saya, membiarkan Daffa bereksperimen---meski sering gagal---adalah bagian dari Pendidikan Bermutu. Karena lewat kegagalan itu, ia belajar ketekunan, berpikir kritis, dan berani mencoba lagi. Dan bukankah itu inti dari hidup di abad 21? Dunia kerja, teknologi, bahkan cara kita berinteraksi akan terus berubah. Anak-anak yang terbiasa bereksperimen sejak dini akan lebih tangguh dan lebih Siap Hadapi Tantangan Abad 21.

Bukti Kartu Peserta Olimpiade Sains Dafa. Dokpri
Bukti Kartu Peserta Olimpiade Sains Dafa. Dokpri

Sinergi Rumah dan Sekolah

Saya percaya, sekolah tidak pernah bisa berjalan sendirian. Guru bisa mengajar dengan penuh dedikasi, anak bisa berusaha sekuat tenaga, tetapi tanpa dukungan orang tua, proses itu sering kali terasa timpang. Pengalaman Azka dan Daffa menjadi pengingat nyata bagi saya betapa pentingnya jembatan antara rumah dan sekolah.

Pagi ketika Azka menolak berangkat sekolah karena takut pada tugas seninya, kami sebagai orang tua berperan mendorongnya untuk tetap melangkah. Namun, di kelas, gurulah yang menyambutnya dengan sabar, memberi arahan, dan akhirnya menenangkan hatinya. Sinergi itu terjadi secara alami: orang tua memberi dorongan dari rumah, guru melanjutkan dengan bimbingan di sekolah, dan anak menjadi titik temu yang merasakan manfaatnya.

Begitu juga dengan Daffa. Saat ia dipilih ikut Olimpiade Sains, sekolah memberi ruang dan kesempatan. Kami di rumah pun berusaha memberi dukungan sederhana: menemani belajar, menyediakan waktu diskusi, bahkan sekadar memberi semangat di pagi hari. Saya sadar, dukungan kecil ini sangat berpengaruh pada kepercayaan dirinya.

Inilah wajah nyata Pendidikan Bermutu: bukan sekadar kurikulum atau fasilitas canggih, melainkan kemitraan nyata antara guru, murid, dan orang tua. Sinergi ini membuat anak merasa tidak sendirian, bahwa ada lingkaran yang mendukungnya. Dengan dukungan yang utuh dari dua sisi---sekolah dan rumah---anak-anak kita akan tumbuh lebih percaya diri dan lebih siap untuk melangkah.

Dan saya yakin, sinergi seperti inilah yang membuat mereka benar-benar Siap Hadapi Tantangan Abad 21.

Tantangan dan Harapan

Meski saya sering menemukan momen-momen indah bersama anak-anak, saya juga tidak menutup mata pada tantangan yang nyata. Menjadi orang tua sekaligus mendampingi pendidikan anak di era digital bukan hal yang mudah.

Salah satunya adalah soal teknologi. Anak-anak sekarang lahir sebagai generasi digital native. Mereka lebih cepat menguasai gawai dibanding orang tuanya. Saya sendiri kadang kewalahan, bahkan merasa tertinggal, saat Azka atau Daffa dengan lincah menjelajah aplikasi baru. Teknologi memang membuka pintu pengetahuan, tetapi juga membawa distraksi. Tugas orang tua adalah menyeimbangkan, mengarahkan agar teknologi benar-benar dipakai untuk belajar, bukan sekadar hiburan.

Tantangan lain adalah waktu. Kesibukan bekerja dan kuliah sering kali menyita energi saya. Ada rasa bersalah ketika tidak bisa selalu hadir mendampingi anak belajar atau sekadar mendengarkan cerita mereka. Padahal, saya tahu kehadiran orang tua, walau sebentar, bisa memberi rasa aman dan menambah percaya diri.

Di luar itu, pola pikir lama juga masih membayangi. Lingkungan sekitar kerap menilai keberhasilan anak dari angka rapor atau jumlah piala. Padahal, saya melihat sendiri bagaimana keberanian Azka menghadapi rasa takut, atau semangat Daffa dalam bereksperimen, jauh lebih berharga daripada sekadar angka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun