Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

One in a Million Moment: Bahagia Itu Hadir Saat Dunia Cukup, Batin Berkelimpahan

18 September 2025   15:29 Diperbarui: 18 September 2025   15:47 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Nowaja from Pixabay 

Pernahkah kamu mengalami sebuah kejadian kecil yang terasa begitu istimewa, seakan semesta sedang bersekongkol untuk menghadiahkannya padamu? Misalnya, hujan turun tepat setelah doa panjangmu memohon kesejukan. Atau, ketika dompet menipis, tiba-tiba ada teman yang mentraktir makan siang. Atau bahkan sesederhana senyum tulus dari orang asing di jalan, yang entah mengapa mampu membuat hatimu hangat sepanjang hari.

Momen-momen seperti itu sering kita sebut sebagai "one in a million moment." Sesuatu yang langka, jarang terulang, dan sulit diatur. Namun justru karena itulah ia begitu berharga. Yang menarik, momen ini hampir selalu hadir bukan ketika kita berlimpah materi, melainkan ketika hati sedang tenang, lapang, dan siap menerima.

Kebahagiaan ternyata bukan semata hasil dari tumpukan harta atau prestasi besar. Ia lebih sering muncul dari hal-hal sederhana yang membuat kita tersenyum tanpa alasan. Dari momen kecil yang seakan berbisik: hidup ini cukup, dan hatimu bisa berkelimpahan.

Dunia Itu Cukup

Dunia ini pada dasarnya memiliki kapasitas. Tubuh kita punya batas, waktu hidup tidak bisa diperpanjang semaunya, dan materi selalu terbatas. Ketika kita mencoba memaksakan diri melampaui kapasitas itu, yang muncul justru penderitaan. Makan berlebihan membuat sakit perut, bekerja tanpa jeda membawa kelelahan, dan keinginan tak berujung melahirkan stres.

Itulah sebabnya, kebahagiaan lahir dari kesadaran akan kecukupan. Kita tidak butuh sepuluh piring nasi untuk merasa kenyang, satu piring saja sudah cukup. Kita tidak perlu menumpuk barang mewah untuk merasa bernilai, karena nilai sejati kita ada pada diri, bukan pada label harga.

Menariknya, banyak "one in a million moment" muncul justru saat kita sadar bahwa hidup ini tidak harus berlebihan. Senyum orang asing, hujan yang datang tepat waktu, atau makanan sederhana yang terasa nikmat---semua itu adalah hadiah kecil dari semesta untuk orang yang mampu berhenti sejenak dan berkata, "sudah cukup."

Ketika kita mulai menerima bahwa dunia ini tidak didesain untuk memenuhi semua keinginan, melainkan untuk mencukupi kebutuhan, hati menjadi lebih tenang. Dan dari ketenangan itulah, momen-momen berharga yang langka sering kali hadir tanpa kita duga.

Akhirat Itu Berkelimpahan

Kalau dunia punya batas, maka batin manusia justru tak mengenal dinding. Di sinilah letak "akhirat" yang bisa dimaknai bukan hanya sebagai masa depan setelah kematian, melainkan ruang kesadaran yang kita bawa sekarang. Batin adalah wadah yang bisa terus meluas, sejauh mana kita menumbuhkan syukur, kasih sayang, dan kebijaksanaan.

Kelimpahan batin tidak datang dari jumlah barang, melainkan dari kualitas hati. Seseorang bisa hidup sederhana, makan ala kadarnya, tetapi merasa kaya karena setiap suapan diliputi rasa syukur. Sebaliknya, ada orang yang bergelimang harta, namun selalu merasa kurang karena batinnya miskin akan ketenangan.

Momen-momen langka yang kita sebut "one in a million moment" hampir selalu lahir dari batin yang lapang. Senyum orang asing, pertolongan tak terduga, atau kehangatan keluarga di meja makan sederhana---semuanya menjadi istimewa ketika hati kita mampu melihatnya sebagai anugerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun