Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar tinggi, saya melirik ke sudut teras. Di sana, motor saya berdiri diam. Tak pernah protes, tak pernah menuntut. Ia hanya menunggu, siap diajak berlari menembus kemacetan, panas, kadang hujan, dan sesekali kebingungan hidup yang saya bawa di punggungnya.
Motor ini bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah kaki kedua saya. Ibarat organ tubuh, dialah yang membuat saya bisa bergerak ke mana-mana---cepat, efisien, dan efektif. Tanpa banyak gaya, tanpa perlu sorotan. Ia ada dan setia, bahkan ketika saya sendiri tidak dalam kondisi terbaik.
Saya kadang bertanya-tanya, kenapa kita jarang bersyukur untuk hal-hal kecil yang begitu besar peranannya? Kita mengucap terima kasih pada rekan kerja, pada atasan, bahkan pada kasir minimarket. Tapi pada motor yang tiap hari membawa kita mencari nafkah, menembus waktu dan jarak---kapan terakhir kali kita benar-benar bersyukur?
Mungkin kamu juga punya kendaraan seperti itu. Motor atau mobil, tua atau baru, mewah atau sederhana---yang pasti, ia punya peran dalam hidupmu. Kadang cuma kita yang tahu betapa berharganya kehadirannya. Kadang kita bahkan mengeluh padanya, tanpa sadar bahwa dialah teman perjalanan yang paling konsisten, paling ikhlas, dan paling tangguh.
Dan hari ini, saya ingin bercerita tentang dia. Tentang motor yang bukan hanya kendaraan, tapi sahabat diam yang selalu mengantar saya pulang. Bukan hanya ke rumah, tapi juga ke diri sendiri.
Mengapa Kendaraan Harian Itu Penting?
Di kota-kota besar hingga pelosok desa, kendaraan harian bukan lagi barang mewah. Ia sudah jadi kebutuhan. Bahkan bisa dibilang, hidup di zaman sekarang tanpa kendaraan pribadi itu seperti berlari dalam lomba maraton dengan satu kaki diikat---berat, lambat, dan sering bikin frustrasi.
Bagi banyak orang, termasuk saya, kendaraan harian adalah jembatan antara harapan dan kenyataan. Ia menghubungkan kita dengan tempat kerja, keluarga, kebutuhan pokok, dan kadang... dengan waktu istirahat yang sangat terbatas.
Bisa dibayangkan jika harus mengandalkan transportasi umum setiap hari di kota yang jadwalnya suka PHP atau rutenya tidak menjangkau daerah tempat tinggal. Apalagi jika kamu harus berpacu dengan waktu: masuk kantor jam 08.00, anak harus diantar sekolah jam 06.30, belum lagi tugas-tugas tak terduga yang bisa muncul sewaktu-waktu.
Kendaraan harian juga bukan sekadar alat berpindah tempat. Ia membawa rasa aman, kendali, bahkan privasi. Naik motor atau mobil pribadi memberi ruang untuk berpikir, mendengarkan musik favorit, atau sekadar menikmati diam---hal sederhana yang tak selalu bisa kita nikmati di kendaraan umum yang penuh sesak.