Mba Yen adalah seorang perempuan berusia 35 tahun yang berasal dari Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. Mba Yen belum menikah dan tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudaranya. Dalam kesehariannya, ia bekerja sebagai karyawan swasta atau guru di sebuah sekolah swasta di Pontianak. Mba Yen memiliki pendidikan terakhir Diploma/PT.
Kunjungan ke Sarawak ini bukanlah yang pertama bagi Mba Yen. Selama tahun 2024 hingga 2025, ia sudah berkunjung ke Sarawak sebanyak dua kali. Setiap kali berangkat, ia selalu melewati Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong karena aksesnya lebih mudah dari tempat tinggalnya. Alasan utama Mba Yen mengunjungi Sarawak adalah karena suasana kotanya yang nyaman dan cocok untuk bersantai. Selain itu, harga barang dan jasa di Sarawak cenderung lebih terjangkau dibandingkan dengan di Pontianak. Sarawak juga menjadi tempat transit yang strategis untuk perjalanan ke destinasi lain di luar daerah tersebut. Makanan dan minumannya yang enak menjadi daya tarik tersendiri, serta perjalanan ini sekaligus menjadi cara bagi Mba Yen untuk mengurangi stres dan tekanan dari rutinitas sehari-hari.
Pada kunjungan terbarunya di bulan Juli 2024, Mba Yen bersama lima temannya berangkat dari rumah di Pontianak sekitar pukul 07.00 pagi dan tiba di PLBN Entikong sekitar pukul 11.00 siang. Setelah menyelesaikan proses imigrasi, ia melanjutkan perjalanan ke Kuching dan sampai di sana sekitar pukul 16.00 sore.
Sesampainya di Kuching, mereka tidak langsung menetap lama karena kota ini hanya menjadi tempat transit sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur pada pukul 20.40 malam. Setelah tiba di Kuching Sentral, mereka mencari tempat makan untuk mengisi perut sebelum melanjutkan aktivitas. Selesai makan, mereka berjalan-jalan di sekitar Kuching Sentral, mengunjungi beberapa toko untuk sekadar melihat-lihat dan membeli oleh-oleh khas Sarawak. Setelah merasa cukup berkeliling, mereka menuju bandara untuk menunggu penerbangan selanjutnya menuju Kuala Lumpur.
Begitu tiba di Bandara Kuala Lumpur pada pukul 22.30, mereka langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi dan menyegarkan diri, mengingat mereka harus bermalam di bandara sebelum penerbangan ke Bangkok keesokan paginya. Setelah itu, sebagian dari mereka memilih berkeliling bandara, sementara yang lain mencari tempat makan lagi atau mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Malam itu, mereka memutuskan untuk tidur di mushola bandara agar bisa beristirahat dengan tenang sebelum melanjutkan perjalanan di pagi hari.
Paginya, Mba Yen dan teman-temannya berangkat ke Bangkok pukul 06.35 pagi. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan beberapa hari di Thailand dan Vietnam. Setelah selesai dengan perjalanan mereka di Vietnam, Mba Yen dan teman-temannya bersiap untuk kembali ke Kuala Lumpur. Mereka berangkat dari Vietnam pukul 15.30 sore hari dengan penerbangan langsung menuju Kuala Lumpur. Setibanya di Kuala Lumpur pada pukul 19.50 malam, mereka langsung menuju Kuala Lumpur Sentral dengan menggunakan bus. Sesampainya di sana mereka mencari tempat makan dulu di sekitaran Kuala Lumpur Sentral sebelum menuju ke penginapan. Karena sudah lewat dari jam 10 malam, bus GoKL sudah tidak beroperasi lagi, jadi setelah makan Mba Yen dan teman-temannya langsung memesan grab untuk menuju ke hostel yang sudah mereka pesan di daerah Bukit Bintang dengan harga Rp. 420.000/kamar.
Keesokan harinya, sekitaran jam 07.00 pagi Mba Yen dan teman-temannya menyempatkan diri mencari tempat laundry di sekitar tempat penginapan. Setelah menemukan tempat laundry, mereka langsung mencuci beberapa pakaian yang sudah dipakai selama perjalanan agar tidak terlalu banyak pakaian kotor yang harus dibawa pulang nantinya. Kemudian sekitar jam 09.00 mereka bersiap untuk pergi ke Jalan Alor untuk mencari makan. Mereka pergi dengan berjalan kaki, karena jarak dari penginapan mereka ke Jalan Alor hanya menempuh waktu 3-5 menitan. Alasan mereka memilih mencari makan di Jalan Alor karena di sana adalah pusat wisata kulinernya. Tetapi di sana hanya ramai pada saat malam hari saja, karena semua stand buka di sepanjang Jalan Alor pada malam hari dan jika siang hari hanya beberapa stand saja yang buka.
Sesampainya di Jalan Alor, Mba Yen dan teman-temannya memilih untuk makan makanan berat dari sebuah ruko makanan sebagai pembuka. Makanan yang Mba Yen makan bersama teman-temannya adalah nasi ayam. Setelah menikmati makanan yang enak dan mengisi tenaga, mereka memutuskan untuk berjalan kaki menuju tempat perbelanjaan KKV, yang lokasinya tidak terlalu jauh. Sesampainya di KKV, Mba Yen dan teman-temannya langsung menyusuri setiap rak, melihat berbagai barang menarik yang tersedia. Mereka menemukan beragam produk mulai dari pernak-pernik unik, camilan impor, hingga produk kecantikan yang sedang tren. Meskipun banyak barang yang menarik perhatian, tetapi Mba Yen hanya memilih untuk membeli sesuatu yang sederhana, ia hanya membeli masker wajah sebanyak 5 bungkus.
Setelah selesai berbelanja di KKV, Mba Yen dan teman-temannya melanjutkan perjalanan ke Mydin, salah satu pusat oleh-oleh yang cukup terkenal di Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Di sana, mereka mencari berbagai jenis oleh-oleh khas Malaysia, seperti cokelat, milo, dan aneka camilan yang cocok untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selain itu, Mba Yen juga membeli 2 baju dan sebuah topi sebagai tambahan belanjaannya.
Setelah selesai dengan urusan belanja, Mba Yen dan teman-temannya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Petaling Street. Jika di Pontianak ada Pasar Tengah, maka Petaling Street bisa dibilang memiliki kondisi yang sama, yaitu pusat perbelanjaan dengan berbagai barang dagangan yang beragam dan harga yang bisa ditawar.
Sesampainya di sana, mereka langsung menikmati suasana pasar di sore hari yang lumayan ramai dengan lampu-lampu terang yang mulai dihidupkan dan deretan kios yang menjajakan berbagai macam barang, mulai dari pakaian, aksesoris, sovenir, hingga makanan khas. Kemudian Mba Yen dan teman-temannya pun membeli beberapa jajanan khas yang menggoda selera, mencoba berbagai kuliner yang hanya bisa ditemukan di daerah tersebut.
Di saat mereka sedang jalan-jalan, salah satu teman Mba Yen tertarik untuk membeli koper baru. Setelah menawar harga dengan salah satu pedagang, ia akhirnya mendapatkan koper dengan harga yang cukup terjangkau. Mba Yen juga tertarik untuk membeli sebuah tas kecil yang lucu dan satu baju yang bagus dan murah, untuk dibawanya menjadi oleh-oleh. Setelah berbelanja dan menikmati kuliner di Petaling Street, mereka pun memutuskan untuk kembali ke penginapan menggunakan bus GoKL untuk menyimpan semua barang-barang belanjaan mereka.
Sesampainya di penginapan, mereka langsung istirahat sebentar untuk melepas lelah setelah seharian jalan-jalan. Kemudian, mereka juga mandi biar badan lebih segar sebelum keluar lagi. Setelah siap, mereka kembali jalan kaki menuju area sekitar Jalan Alor untuk mencari makan malam. Suasana malam di sana semakin ramai dengan deretan stand-stand dan ruko-ruko yang menjajakan berbagai macam makanan dari yang halal sampai yang non halal.
Setelah berkeliling mencari tempat makan yang cocok, akhirnya mereka menemukan sebuah warung yang terlihat ramai. Mba Yen, yang sebelumnya sudah mencoba nasi ayam saat siang, kembali memilih menu yang sama untuk makan malamnya, sementara teman-temannya memilih berbagai hidangan lain. Mereka menikmati makan malam sambil mengobrol santai, melepas lelah setelah seharian beraktivitas.
Setelah selesai makan malam dan merasa kenyang, Mba Yen dan teman-temannya memutuskan untuk segera kembali ke penginapan. Mereka berjalan santai menyusuri Jalan Alor yang masih ramai dengan wisatawan yang sedang berburu kuliner.
Sesampainya di penginapan, mereka langsung bersiap untuk beristirahat karena besok pagi sudah harus berangkat ke bandara Kuala Lumpur. Beberapa dari mereka masih sempat mengecek barang-barang belanjaan dan merapikan koper agar tidak ada yang tertinggal. Setelah semuanya siap, mereka pun tidur lebih awal agar bisa bangun segar besok.
Keesokan harinya, mereka berangkat dari penginapan menuju Bandara Kuala Lumpur pada dini hari menggunakan Grab, karena penerbangan mereka ke Kuching dijadwalkan pukul 07.30 pagi. Sesampainya di bandara, mereka langsung melewati pemeriksaan imigrasi keberangkatan sebelum menuju ruang tunggu. Mereka kemudian berangkat sesuai jadwal dan tiba di Bandara Kuching pada pukul 09.20 pagi.
Sesampainya di Bandara Kuching, Mba Yen dan teman-temannya langsung menuju area kedatangan dan melewati pemeriksaan imigrasi. Setelah semua urusan selesai, mereka mengambil bagasi dan keluar dari bandara.
Tanpa berlama-lama, mereka melanjutkan perjalanan ke Kuching Sentral Terminal menggunakan Grab. Setibanya di sana, mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak sambil menunggu jadwal keberangkatan bus DAMRI menuju Pontianak yang dijadwalkan pukul 13.00 siang. Beberapa dari mereka memanfaatkan waktu untuk membeli makanan ringan dan minuman sebagai bekal di perjalanan, sementara yang lain pergi ke toilet dan berjalan-jalan di sekitar terminal.
Setelah menunggu beberapa jam, bus akhirnya berangkat menuju perbatasan Entikong. Perjalanan ini biasanya memakan waktu sekitar 4--5 jam, tergantung kondisi lalu lintas dan pemeriksaan di imigrasi perbatasan. Sesampainya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, mereka menjalani pemeriksaan imigrasi untuk masuk kembali ke Indonesia, termasuk pengecekan paspor dan barang bawaan.
Setelah semua proses imigrasi selesai, perjalanan kembali dilanjutkan. Dalam perjalanan, mereka sempat berhenti di beberapa titik jalan untuk makan dan beristirahat sejenak. Dan akhirnya, setelah menempuh perjalanan panjang, Mba Yen dan teman-temannya tiba di Pontianak sekitar pukul 21.00 malam.
Dalam perjalanan ini, Mba Yen menghabiskan sejumlah uang untuk berbagai kebutuhan. Biaya perjalanan pulang-pergi menghabiskan sekitar Rp 6.000.000, sementara kendaraan selama di Sarawak mencapai Rp 500.000. Mba Yen juga mengalokasikan sekitar Rp 1.345.000 untuk makanan dan minuman, Rp 1.742.000 untuk akomodasi hotel, serta Rp 784.000 untuk belanja barang dan oleh-oleh. Selain itu, Mba Yen juga mengeluarkan sekitar Rp 1.551.000 untuk kebutuhan yang lain-lainnya.
Hal yang paling berkesan bagi Mba Yen selama di Kuala Lumpur dan Kuching adalah kemudahan sistem transportasi publik yang benar-benar terorganisir. Pemerintah di Kuala Lumpur mendukung sektor pariwisata dengan menyediakan bus GoKL yang kini hanya RM 1 untuk wisatawan asing. Selain itu, Kuala Lumpur menawarkan keberagaman kuliner dari berbagai budaya, menambah daya tarik tersendiri. Secara keseluruhan, KL menarik karena menawarkan perpaduan antara kehidupan modern dan unsur budaya yang tetap terjaga. Sementara itu, meskipun hanya sempat transit di Kuching, Mba Yen tetap merasakan suasana kota yang berbeda dengan lingkungan yang lebih tenang dibandingkan Kuala Lumpur. Pengalaman singkat tersebut tetap meninggalkan kesan tersendiri dalam perjalanan Mba Yen.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI