Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sucikan Jiwa, Sucikan Harta

10 Mei 2021   08:32 Diperbarui: 10 Mei 2021   08:51 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sucikan Jiwa, Sucikan Harta

Ramadhan hampir sampai pada penghujungnya. Salah satu keinginan sekaligus pertanyaan besar kita adalah apakah kita akan benar-benar sampai pada tingkatan takwa sebagaimana dalam firman Allah ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS AlBaqoroh:183)

Allah memerintahkan puasa agar semua hamba-Nya tidak hanya sekadar beriman saja tetapi juga bertaqwa. Dalam QS Adzariyat 15-19, Allah ta'ala berfirman,

. . . .

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah subhanahu wa ta'ala) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta."

Ayat-ayat tersebut memperlihatkan adanya indikator yang melekat pada diri orang yang bertaqwa, yaitu :

  1. Muhsinin, yaitu orang-orang yang ihsan.
    Makna ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, kalaupun penglihatan kita tak dapat melihat-Nya, hati kita yakin bahwa Allah melihat kita. Dengan demikian, segala sesuatunya dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah ta'ala.

Ihsan juga mempunyai arti berbuat kebaikan di mana Allah ta'ala menjamin bahwa kebaikan pasti akan dibalas Allah dengan kebaikan pula.

Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah, rajinnya ibadah ritual, tetapi harus diimbangi dengan hablun minannas. Shalat dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan kepada kita untuk menjaga keseimbangan dan kesinambungan hubungan vertikal dan horizontal.

Orang yang baik adalah yang shalih ritual dan shalih sosial. Shalihun linafsihi wa shalihun lighoirih (shalih untuk dirinya dan shalih untuk orang lain). Allah berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan." (QS. Al Hajj: 77)

Ada dua kunci untuk sukses bermuamalah dan bermu'asyarah adalah salamatush shadr (berlapang dada selamat) dan itsar (mengutamakan orang lain dalam urusan dunia).

  1. Mudawamah (terus-menerus) dan istiqomah (konsisten) melaksanakan qiyamullail atau shalat malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun