Mohon tunggu...
Fatkurrohman Al Jawi
Fatkurrohman Al Jawi Mohon Tunggu... Dosen Bahasa Jawa IAIN Tulungagung Jawa Timur -

Menulis Membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangan-tangan Kreatif

24 Februari 2018   08:40 Diperbarui: 24 Februari 2018   08:45 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah bagian kehidupan manusia, menulis sejarah bagaikan menulis sastra, mengulas kehidupan masa lampau dengan bahasa yang menarik. Merangkai kata menjadi kalimat diperlukan imajinasi yang kuat, mengembara menelusuri kehidupan masa lampau. 

Sastra itu indah, keindahan dalam sastra digunakan menulis sejarah. Dengan demikian sejarah tidak mungkin bisa berdiri sendiri namun ditopang dengan lintas keilmuan seperti Antropologi, Arkeologi, dan lainnya. sejarah tidak lagi kering, namun indah, seger, dan menggoda hasrat untuk menyelaminya. Orang tidak akan bosan-bosan membaca sejarah karena disanalah ada eksotisme masa lalu untuk masa depan.

Dengan demikian saya berijtihad sejarah adalah suatu keniscayaan, urgen, dan entitasnya diperlukan untuk menelaah peristiwa masa lalu. Sejarah akan seger apabila menggunakan sastra dalam menuliskannya dan akan semakin mantap apabila ditopang dengan keilmuan lainnya. Sejarah adalah pintu gerbang untuk melihat peristiwa masa lalu untuk masa depan. 

Peristiwa masa lalu adalah sumber ilmu pengetahuan untuk masa depan. Sejarah itu prelu dikaji, dibaca, dan direkonstruksi disajikan secara komprehensip. Sejarah tidak lagi dibaca secara fragmentalis atau perbagian-bagian. Seperti halnya sejarah Nusantara dengan peradabannya yang tinggi. Apakah semua orang memandang nusantara sebagai sejarah yang mempunyai peradaban tinggi? Saya mempunyai keyakinan tidak semua orang memandang Nusantara sebagai sejarah yang tinggi, malahan di jaman saat ini banyak yang memandang Nusantara peristiwa masa lalu, hanya dongeng saja.

Tangan-tangan kreatif merangkai bunga kehidupan dalam sejarah manusia di Jawa. Candi adalah salah satu bukti tangan-tangan kreatif manusia Jawa, batu ditumpuk, ditata dengan indah. Pengetahuan masih sederhana, teknologi belum secanggih saat ini, namun teknologi pembuatan candi mengalahkan teknologi saat ini. Pembangunan Candi memerlukan penghitungan yang pas, memerlukan kesimetrisan keakurasian, dan presisi.

Kehidupan manusia sekitar Candi menunjukkan kehidupan sosial masyarakat yang mempunyai peradaban tinggi. Manusia Nusantara dulu ahli dalam arsitektur pembangunan. Sangat disayangkan saat ini pembangunan di Indonesia bisa dikatakan ketinggalan. Bukannya membela dan membenarkan pemerintahan saat ini yang membangun insfrastruktur. 

Namun ini adalah kebutuhan bagi Indonesia dengan membangun infrastruktur harapan menjadi negara makmur akan terwujud. Kengototan pemerintah dalam membangun insfrastruktur patut diapresiasi, sudah selayaknya memandang sisi positif bahu membahu membangun Indonesia. Saatnya Indonesia menuju negara yang makmur, dan modern.

Candi adalah wujud pembangun insfratrutuktur masa lalu. Pembangunan Candi adalah proyek pemerintahan pada waktu dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Candi itu difungsikan sebagai apa, tujuannya apa dan bagaimana. Adanya Candi bukti pemerintahan dulu memperhatikan adanya pembangunan. Pembangunan Candi tidak hanya sisi fisik namun ada sisi spiritualitasnya. Yang di bangun tidak hanya akalnya namun hatinya (kawruh dalam bahasa Jawa). Hal ini sejalan dengan pemikiran timur yang intuitif.

Sisi spiritualitas Candi dibangun berdasarkan keyakinan bangsa Nusantara yakni kepada Sang Hyang Widi. Kesatuan antara manusia, alam dan Tuhan. Membangun Candi sama halnya membangun rumah Tuhan. Dan hal ini menandakan betapa kuatnya laku orang Nusantara. Laku orang Nusantara dengan cara semedi dan poso. Untuk menguatkan sisi rohaninya dan dekat dengan Tuhannya. Dengan dekat Tuhannya maka apapun yang dilkukan walau sulit dan tidak mungkin akan menjadi mungkin. Hipotesanya pada masa tersebut bangsa Nusantara sudah mencapai taraf peradaban yang tinggi. Dan Candi bisa dikatakan sebagai pusat peradaban.

Bangunan Candi merupakan hasil kontak budaya antara bangsa Nusantara dengan bangsa India yang masuk di Nusantara. Ada beberapa teori yang mencoba untuk mengulas Candi, diantaranya teori Brahmana yang mengatakan dalam proses membuat Candi didatangkan orang-orang khusus dari India. Namun teori tersebut dibantah dengan adanya kitab Silpasastra, kitab yang berisikan tentang bagaimana cara membuat candi. Hal ini tidak terlepas dengan teori masuk dan keluar, artinya bangsa Nusantara dulu gemar melakukan pengembaraan, melaut. 

Ketika bangsa Nusantara melakukan pengembaraan dan memperoleh pengetahuan di bawa ke Nusantara dan diolah disesuaikan dengan kebudayaan Nusantara. Dan ini menjadi ciri khas bangsa Nusantara, berani mengolah, memfilter setiap budaya yang masuk ke Nusantara. Budaya-budaya itu tidak liar, namun mampu dijinakkan dan ditundukkan di Jawa. Budaya-budaya tersebut menjadi rasa Jawa, ciri khas Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun