Mohon tunggu...
adelia fatin
adelia fatin Mohon Tunggu... -

Anak kedua dari tiga bersaudara, menyukai fashion dan photography- diphoto maksudnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berharap Subsidi Buat Orang Miskin seperti Zaman Pak SBY

24 Maret 2018   08:17 Diperbarui: 24 Maret 2018   08:51 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur saja saya enggak percaya pandangan para pakar ekonomi yang membantah turunnya daya beli masyarakat. Apalagi waktu mereka bilang yang terjadi itu perpindahan dari ekonomi konvensional jadi online. Lha, kalau enggak ada masalah daya beli, kalau orang-orang pada pindah belanja ke toko online, enggak mungkin tetangga-tetangga saya pada teriak-teriak. Pada bilang duit gaji sudah enggak cukup buat beli ini-itu.

Saya lebih setuju sama pandangannya Pak SBY. Saya baca di media online Pak SBY lagi tour keliling Jabar buat mendengarkan aspirasi masyarakat kecil. Ternyata orang-orang kecil yang ditemui Pak SBY ini kompak mengaku kalau perekonomian sekarang lagi susah, harga-harga pada mahal sementara gaji pas-pasan, enggak naik-naik.

Saya setuju sama Pak SBY yang bilang daya beli masyarakat lagi anjlok. Orang-orang kaya yang gajinya gede emang enggak ngerasain, tapi buat orang-orang kecil, orang-orang miskin terasa banget. Tukang tahu di terminal ngeluh. Tukang ojek ngeluh. Buruh pabrik dan kuli pasar ngeluh. Soalnya gaji yang didapat sekarang sudah enggak cukup buat bayar kebutuhan sehari-hari. Harga-harga pada naik. Sering banget naiknya enggak kira-kira.

Setahu saya waktu zaman Pak SBY enggak gini-gini banget. Lowongan pekerjaan masih banyak. Tukang ojek dan angkot masih lumayan dapat sewa. Buruh pabrik tunjangan lebarannya enggak ditahan majikan 

Waktu BBM naik, langsung ada pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), beras murah, dan tunjangan kesehatan, terus ada BOS dan tunjangan pendidikan buat anak-anak miskin. Program-program begini terasa banget manfaatnya buat orang-orang kecil. Beban hidup jadi makin berkurang. Sejak ada BPJS itu, orang-orang kecil sudah enggak ketakutan sakit kayak zaman dulu soalnya biaya berobat sudah ditanggung BPJS.

Saya denger ini gara-gara proyek infrastruktur yang kebanyakan. Emang megah, cantik buat difoto-foto, tapi kalau harga-harga mahal ya buat apa. Kalau nambah jalan tol di Jabodetabek, yang ngerasain senang ya yang punya mobil, macetnya berkurang. Kalau ada kereta cepat Jakarta-Surabaya, yang naik kan juga orang-orang kaya. Lha, orang-orag kecil kayak saya ini terus gimana?

Jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar dibikin mulus, tapi di kampung saya, jalan-jalan usaha tani di dekat kebun dan sawah rusak, saluran irigasinya rusak. Katanya gak ada dananya, harus diusulin dulu. Lha, dulu waktu zaman Pak SBY, pas ada PNPM itu gampang-gampang aja. Ada duit buat perbaikan jalan-jalan kampung, kalau kurang masyakat patungan soalnya buat kita-kita juga. Sekarang kok gak ada lagi?

Saya ini cuma orang kampung, enggak mau neko-neko. Kalau mau bikin jalan tol mulus ya silakan, mau bikin kereta cepat, ya silakan, mau bikin pelabuhan, terminal bawah tanah, atau apapun juga, ya silakan. Tapi jangan lupakan juga lah kami yang di desa-desa ini. Kalau proyek-proyek yang dananya ratusan milyar bisa dibangun, kenapa jalan kampung susah banget? Kenapa saluran irigasi engggak digarap?

Kalau bisa jangan dong semuanya buat infrastruktur di kota-kota. Sisain sedikit buat bangun infrastruktur-infrastruktur yang kecil-kecil di desa-desa. Syukur-syukur kalau target proyek infrastruktur bisa direvisi, dijadiin duitnya buat subsidi orang miskin. Makin bagus dah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun