Mohon tunggu...
fatimah tasya
fatimah tasya Mohon Tunggu... pelajar mahasiswa

work hard in progress

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pak Pendeta dan Sejarah Gereja GPdI Filadelfia Singosari, Malang

17 Maret 2022   11:28 Diperbarui: 17 Maret 2022   11:36 3176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haii guys!! Artikel minggu ini aku akan sedikit cerita tentang pengalaman hunting aku ke gereja di dekat rumah. Yash.. jadi gereja nya itu ada di Singosari, dan itu termasuk gereja terdekat dari rumah ku, mungkin cuma sekitar 1 km doang. Oiyaa nama nya Gereja GpdI, kepanjangannya (Gereja Pantekosta dI Indonesia) Jemaat Filadelfia Singosari.

Jadi aku berangkat ke gereja sama teman aku, karena kebetulan dia lagi free, jadi aku minta ditemenin. Waktu sampai di gereja, gereja nya tutup dan digembok. Awalnya aku mau cari gereja lain, tapi kata teman aku "coba deh liat di gang sebelah itu". Akhirnya aku lihat deh, dan ga ada sih. Terus kebetulan ada orang lagi di depan rumahnya jadi aku tanya deh "permisi pak, rumah pendeta dari gereja di depan di mana ya?", kemudian si bapaknya bilang, kalau di belakang pas gereja nya itu, rumah pendetanya.

Awalnya aku ragu, karena rumah nya sangat tertutup, dan cuma bisa lihat gerbang item doang. Tapi pada akhirnya aku tetap membunyikan bel rumahnya, dan langsung di buka kan sama seseorang. Dan aku langsung memperkenalkan diri dan tujuan kemari, dan sama bapak yang bukain pintu langsung di suruh masuk. Dan bapaknya bertanya "ini mau wawancara sama pendeta nya?", terus aku jawab iya. Dan bapaknya langsung masuk ke sebuah ruangan yang aku ga tau, ngapain beliau kesana. Karena sama bapaknya disuruh masukin motornya biar ga hilang, jadi aku langsung keluar buat masukin motor. Dan saat aku kembali, ada anak perempuan yang mempersilahkan aku dan temenku buat masuk ke sebuah ruangan yang sudah disiapkan oleh bapak yang tadi, dan tak lupa menyuguhkan minum buat kami.

Setelah menunggu beberapa menit, bapak yang tadi bukain gerbang, kembali dengan pakaian yang lebih formal dari sebelumnya dan beliau mengatakan "saya pendetanya".

Pada saat aku memasuki ruangan itu, aku masuk dengam melepas sepatu ku, namun kata anak perempuan yang mengantar kami, suruh pakai aja. Dan ketika si anak tadi pergi, kami kembali untuk melepas sepatu. Dan saat pak pendeta nya datang, beliau memaksa kami buat memakai sepatu lagi, katanya "ini sepatunya di pakai aja, disini dingin, nanti masuk angin". Setelah duduk di sofa, bapaknya memulai pembicaraan dan menanya-nanyai kami, dan baru setelah itu gantian aku yang bertanya kepada bapaknya.

Pak pendeta ini nama nya Pak Waldemax Radja, dan biasa di panggil Pak Max. Ceritanya bagaimana Pak Max bisa menjadi pendeta disini yaitu beliau sekolah di Alkitab Batu (SAB), dan disana beliau menuntut ilmu tingkat 1 selama 9 bulan, begitu juga untuk tingkat 2, dan tingkat 3, sama sama ditempuh selama 9 bulan. Selesai tingkat 1 Pak Max langsung praktik di GpdI, karena beliau nyerah sekolah, jika tidak memilih nyerah sekolah maka akan kembali ke tempat asal.

Kemudian setelah beliau praktik selama 1 tahun, beliau menikah dengan anak dari pendeta di GpdI Singosari, dan melanjutkan pendidikan ke tingkat 2, karena untuk menempuh tingkat 2 harus sudah menikah. Dan untuk mendapat gelar sarjanah teologi, harus menempuh pendidikan lagi yaitu STA Sekolah Tinggi Alkitab. Jadi kalau ditotal secara keseluruh untuk mendapat gelar tersebut butuh waktu 5 tahun. Dan untuk menjadi pendeta di GpdI harus mulai dari SAB dulu baru ke STA, tidak bisa langsung mengambil STA. Dan selama pendidikan itu seperti di pesantren, tidak boleh pulang, jadi yang diutamakan bukanlah teori tetapi pendidikan karakter. Dan disana juga diajarkan segala macam seperti, memasak, bertani, berdagang, menyuci, mengepel, dll.

Kemudian untuk gereja GpdI di Singosari ini terdapat 14 cabang yang tersebar di beberapa kelurahan/desa. Dan Gereja GpdI ini adalah salah satu gereja yang berada di tengah kota, maksudnya tidak masuk ke dalam gang atau berada di sebelah jalan raya Singosari. Nah untuk gereja GpdI sendiri di Malang Raya terdapat 170 gereja GpdI. Jadi sebelum ada denominasi gereja, itu semua awalnya GpdI, kemudia memecah-memecah hingga seperti sekarang ini. Sebenrnya gereja GpdI ini ada di seluruh dunia juga seperti di Amaerika, Australia, Korea. Meskipun GpdI berada di luar Indonesia, namanya masih tetap GpdI Gereja Pantekosta di Indonesia.

Kemudian untuk bentuk pengajaran yang diterapkan di GpdI ini langsung melalui Alkitab, langsung dari firman tuhan, dan kalau di Islam itu seperti Al-Qur'an. Jadi mereka tidak boleh lepas dari Alkitab tersebut, walaupun ada banyak buku buku lain. Dan sebenarnya kitab yang digunakan di Kristen Katholik pun sama, menggunakan alkitab, tetapi yang membedakan yaitu doktrin atau bentuk cara pengajarannya. Yang berbeda hanyalah Yehova, mereka tidak memakai kitab, dan ini termasuk aliran sesat dalam agama kristen, mereka tidak mempercayai adanya tuhan Yesus. Tetapi Yehova sudah diilegalkan semenjak zaman Presiden Abd. Wachid.

Untuk ibadah rutinnya, karena ini masih dalam masa pandemi, apalagi kemarin kasus omicrom sempat tinggi di Malang. Jadi ibadah yang dilakukan hanya Ibadah Raya, yang dilakukan setiap minggu pagi. Ibadahnya itu seperti sholat jum'at kalau di Islam, jadi hanya sebentar. Nah jika dalam keadaan normal, ibadah ini dilakukan setiap hari, kecuali hari Senin, karena Hari Senin ini hari liburnya pendeta. Oiyaa ternyata di Kristen juga ada ibadah puasanya juga loh. Jadi mereka puasa di hari Jum'at , tetapi berbeda dengan Islam, kalau Islam kan mulai dari pagi dini hari sebelum subuh hingga magrib. Nah kalo di Kristen ini mereka puasa di hari Jum'at mulai setelah mereka makan siang, jadi jam nya terserah, tetapi harus 12 jam. Semisal habis makan siang jam 12, maka harus puasa sampai jam 12 lagi.

Dan untuk sejarah dari bangunan Gereja GpdI ini sudah ada sejak zaman Belanda, yang awalnya bangunan kantor PLN. Gerja ini juga termasuk dari salah satu gereja yang ditinggalkan oleh Belanda. Awalnya ini gereja miliknya orang Belanda, tetapi karena orang Belanda nya kembali ke negeri asal, maka orang Belanda ini memandatkan GpdI kepada mertua buyut dari Pak Max. Jadi bisa dibilang kalau yang jadi pendeta disini itu turun temurun, mulai dari buyut mertuanya, mertuanya, hingga Pak Max samapi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun