Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memahami "Indifferent" dalam Filosofi Teras, Hal Netral yang Tidak Perlu Kita Pusingkan

13 Januari 2022   18:27 Diperbarui: 14 Januari 2022   19:43 4169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikmati Indifferent dalam hidup | Sumber: pexels.com/AndreaPiacquadio 

"Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak menginginkan apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima."

Ungkapan di atas ditulis oleh seorang Filsuf dari Roma bernama Lucius Seneca dalam bukunya yang berjudul Letters from Stoic. 

Beliau adalah salah satu filsuf yang melanjutkan dan mengembangkan Filsafat Stoa yang juga bisa disebut dengan Filosofi Teras.

Apabila kita mengenal Dikotomi Kendali, kita telah mengetahui bahwa sesungguhnya dalam hidup terdapat hal-hal yang bisa kendalikan dan tidak dapat kendalikan. 

Hal-hal yang bisa kendalikan di antaranya adalah persepsi kita, emosi kita, ucapan kita, dan tindakan kita. Sedangkan hal-hal di luar kendali kita di antaranya seperti sikap orang lain, masa lalu, masa depan, kesehatan, kekayaan, popularitas, dll. (Baca selengkapnya di sini).

Memahami
Memahami "Indifferent" dalam Filosofi Teras/ Filsafat Stoa. Ilustrasi oleh Greatmind.id

Setelah kita memahami Dikotomi Kendali, kita perlu menyadari bahwa ternyata terdapat banyak hal yang sebenarnya tidak ada dalam kendali kita. Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi hal tersebut?

Dalam Filosofi Teras, hal-hal di luar kendali kita dianggap sebagai "Indifferent" atau bahasa kerennya adalah "nggak ngaruh". Artinya, hal-hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kebahagian seseorang. Indifferent dipahami sebagai sesuatu yang netral, tidak baik dan tidak pula buruk.

Meskipun hal tersebut dianggap netral, tetapi menjadi sangat wajar bila hampir semua orang  lebih menyukai hal-hal yang terlihat membuat mereka bahagia seperti kaya, sehat, popularitas, dan sebagainya. 

Sebaliknya, sakit, lapar, miskin menjadi sesuatu hal yang tidak disukai dan berusaha dihindari oleh banyak manusia.

Filosofi Teras. Gambar dari Kutub.ID
Filosofi Teras. Gambar dari Kutub.ID

Oleh karena itu, Filosofi Teras membagi hal-hal indifferent tersebut ke dalam dua kategori:

Pertama, preferred indifferent, yaitu hal-hal yang tidak memiliki pengaruh atas kebahagiaan tetapi kalau ada dianggap bagus. Contohnya adalah memiliki kekayaan berjuta-juta triliun, popularitas tinggi, disanjung banyak orang.

Namun, tidakkah kita juga menemukan bahwa ada orang kaya tapi tidak pernah puas, ada orang terkenal tapi tidak merasakan kebahagian yang sebenarnya, ada orang sehat tapi selalu mengeluh, dan masih banyak lagi. Artinya, meskipun hal tersebut ada dalam diri kita, belum tentu kita bahagia jika memilikinya.

Kedua, unpreffered indifferent, yaitu hal-hal yang tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagian tetapi kalau tidak ada dianggap lebih baik. Contohnya adalah miskin ataupun jatuh miskin, reputasi kurang baik, sakit, gagal ujian, dinyinyirin netizen atau teman, dan lain-lain.

Namun, tidakkah kita juga menemukan bahwa ada orang dengan ekonomi rendah mereka bisa tetap tersenyum, ada orang yang sakit tapi mereka sabar dan optimis dengan kesembuhannya, ada orang yang tidak punya popularitas tetapi tetap tenang. Artinya, meskipun hal-hal unpreffered indifferent itu ada dalam diri mereka, kebahagian tetap bisa dirasakan.

Dari kedua hal indifferent (netral) tersebut, kita dapat memahami dan menyadari bahwa sesungguhnya  hal tersebut tidak ada di luar kendali kita yang dapat kita sikapi dengan bijak. Orang-orang bijak akan sadar bahwa kedua hal tersebut tidak akan merusak kebahagian mereka.

Kita tak perlu pusing jika dihadapkan dengan hal indifferent yang sewaktu-waktu bisa saja kita alami dan hadapi. Karena, jika kita menggantungkan kebahagian kita pada hal-hal di luar kendali kita meskipun itu netral, maka bisa jadi kita akan kehilangan kebahagiaan kita sendiri.

Jadi, intinya adalah segala apapun yang berada di luar kendali kita sifatnya adalah netral atau indifferent, tidak akan berpengaruh terhadap kebahagiaan kita. 

Sebaliknya, kebahagian kita ada pada pengendalian persepsi kita, emosi kita, pikiran kita, dan sikap kita terhadap sesuatu.

Sebagai penutup, ada satu kutipan dari Epictetus (Enchiridion) yang berbunyi:

"Hanya ada satu jalan menuju kebahagiaan, yaitu berhenti mengkhawatikan hal-hal yang berada di luar kendali kita."

Taman Baca : 

  1. Aji, Darmawan. 2019. Mindful Life. Solo: Anggota IKAPI.
  2. Manampiring, Henry. 2021. Filosofi Teras. Jakarta: Gramedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun