Mohon tunggu...
Fatimah Al Khumaira
Fatimah Al Khumaira Mohon Tunggu... Universitas Gadjah Mada

Master's Student in Psychology at Universitas Gadjah Mada. Passionate Blogger and Content Writer. Delivers informative, inspiring beauty and lifestyle content. Inspired by studies, career, travels and unique environments.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Digital

18 Februari 2025   07:57 Diperbarui: 18 Februari 2025   08:08 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langir Digital (sumber : https://www.freepik.com/)

Di sebuah kota futuristik, manusia sudah tidak lagi memandang langit dengan cara yang sama. Mereka tidak lagi melihat awan atau bintang dengan mata telanjang. Langit telah berubah menjadi layar digital raksasa, penuh dengan informasi yang terus mengalir tanpa henti. Tidak ada yang bisa benar-benar menghindari data yang melayang di udara---mereka tersebar dalam bentuk proyeksi hologram, tak terhitung banyaknya iklan, pesan sosial, dan pengumuman yang terus mengisi ruang udara. Ini adalah era "Langit Digital".

Di dunia ini, setiap orang menggunakan P-Glasses, kacamata pintar yang dapat memproyeksikan segala sesuatu yang mereka inginkan. Mereka bisa melihat berita, tren, atau bahkan pesan pribadi yang muncul dalam setiap gerakan mereka. Dunia terasa lebih cepat, lebih terhubung, namun juga lebih asing.

Rara, seorang remaja yang baru saja menerima P-Glasses pertamanya, merasa cemas dengan perubahan ini. Ia tumbuh di dunia di mana kontak mata dan percakapan langsung mulai punah. Teman-temannya lebih sering terhubung dengan dunia maya daripada berbicara secara nyata. Namun, ia ingin merasakan keaslian dalam dunia yang terhubung digital ini.

Suatu malam, Rara melihat sesuatu yang berbeda di langit. Sebuah proyeksi hologram muncul di atasnya---tapi kali ini bukan iklan atau pesan dari perusahaan. Itu adalah gambar seorang gadis yang tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Gambar itu sangat realistis, hampir seperti manusia sungguhan. Rara, yang terkejut, mencoba menyentuh hologram itu, namun tidak bisa.

Keheranan semakin tumbuh ketika proyeksi itu mulai berbicara. "Hei, Rara! Apakah kamu ingat aku?" suara itu mengalir lembut. Rara tertegun. Ia tidak mengenal suara itu. Langit digital tak pernah memunculkan hal seperti ini sebelumnya.

Gadis dalam proyeksi itu melanjutkan, "Aku adalah bagian dari dunia yang kamu sebut sebagai 'pasti'. Dunia kita diprogram untuk mengikuti aturan, tapi terkadang, ada yang melanggar." Tiba-tiba, pesan itu menghilang begitu saja.

Rara terdiam. Apa maksudnya? Mungkinkah ini sebuah glitch? Tapi rasa penasaran semakin mendorongnya untuk mencari tahu lebih lanjut.

***

Di esok harinya, Rara mulai melakukan pencarian tentang "glitch" dalam Langit Digital. Ia menemukan sebuah forum online yang membahas hal-hal aneh yang terjadi di langit digital. Ternyata, ada banyak orang yang juga mengaku melihat proyeksi yang sama---beberapa bahkan mengklaim bahwa mereka bertemu dengan karakter yang sangat mirip dengan orang yang sudah meninggal.

Pencariannya membawanya pada sebuah teori. Ada sebuah kelompok underground yang disebut "Pecah Batas". Mereka adalah orang-orang yang menentang kontrol besar perusahaan yang mengendalikan dunia digital ini. Mereka berusaha menciptakan kerusakan kecil dalam sistem untuk mengembalikan kehidupan manusia ke bentuk yang lebih asli, lebih manusiawi.

Rara pun memutuskan untuk bergabung dengan Pecah Batas. Ia tidak lagi ingin terjebak dalam dunia yang semuanya terhubung tetapi terasa kosong. Bersama kelompok itu, Rara belajar untuk "meretas" dunia digital, memanipulasi langit untuk menyebarkan pesan-pesan yang lebih nyata. Mereka menciptakan interaksi di langit yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang siap merasakannya.

***

Suatu malam, langit digital kembali menampilkan pesan besar: "Pilih untuk melihat dunia dengan mata hati, bukan hanya data." Pesan itu mengejutkan seluruh kota. Banyak orang yang mulai merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka, sesuatu yang telah mereka lupakan: hubungan nyata.

Namun, perjalanan Rara tidak selesai di sana. Langit masih dipenuhi data yang berlebihan, dan meskipun banyak yang mulai sadar, kekuatan besar masih terus berusaha mengendalikan informasi. Rara dan Pecah Batas harus terus berjuang untuk membuat dunia digital tetap mengingatkan manusia akan apa yang mereka cintai---sesuatu yang lebih manusiawi, lebih sejati.

Di langit yang bersinar dengan proyeksi hologram, Rara akhirnya merasa, sedikit demi sedikit, bahwa ia bisa menemukan sesuatu yang hilang. Mungkin dunia yang baru ini tidak sepenuhnya buruk. Selama manusia masih bisa memilih untuk memandangnya dengan hati, mereka mungkin masih bisa menemukan makna di dalamnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun