Kapan terakhir anda melihat Pep Guardiola main bertahan? Mungkin, seumur hidup tidak pernah. Tapi di Emirates Stadium, Minggu (21/9), Pep bermain demikian. City di laga itu adalah City mode defensif, paling defensif sepanjang karir Pep.
Blok pertahanan City membentuk skema 4-4-2, yang kemudian berganti menjadi 5-4-1 di babak kedua. Pep bahkan tak canggung menggunakan pola permainan low block, pola yang selama ini ia anggap haram dalam hukum taktiknya.
Ketika ditanya soal strategi itu, Pep menjawab simple. Ia merasa inferior di hadapan skuad Arsenal yang menurutnya, punya lini depan menakutkan. Alhasil, lahirlah Pep gaya baru, seperti yang kita lihat.
City asuhan Pep cuma memegang 32 persen penguasaan bola, menjadi yang terendah selama karir Pep. Permainan City tentu saja tak menarik. Bahkan, Pep sendiri tersiksa memainkan taktik demikian. Tapi, itu harus dilakukan demi mengamankan hasil.
"Aku menderita, aku tak mau melihat itu. Aku mau bola itu ke depan, terus ke depan. Kami tak menginginkan itu, tapi kadang harus dilakukan. Sekali dalam 10 tahun, tak buruk, kan?" Kata Pep dalam sesi interview pasca laga, mengutip via Flashscore.
Sang Trendsetter Kini Jadi Follower
Pada akhirnya, sepak bola negatif, low block, parkir bus, atau apapun istilahnya, sebetulnya bukan barang baru. Di Premier League, ada banyak tim dan pelatih yang memakai skema ini. Di dunia sepak bola keseluruhan, bahkan lebih banyak lagi.
Jose Mourinho dikenal dengan filosofi pragmatisnya, master sepakbola bertahan. Simone Inzaghi dan Diego Simeone juga dikenal sebagai penguasa ilmu bertahan. Pun begitu dengan Jose Bordalas, Nuno Espirito Santo, bahkan Massimiliano Allegri.
Kenyataannya, Mourinho memenangkan banyak trofi dengan taktik yang menurut banyak orang adalah 'taktik haram'. Yunani juga juara Euro 2004 menggunakan strategi defend and counter. Jadi pada akhirnya, parkir bus adalah strategi yang sah-sah saja.
Kawan lama Pep, Mikel Arteta sudah lebih dulu menguasai seni 'haram ball' ini. Dua kali menjadi pecundang City, Arteta sadar, gelar tak cuma dimenangi dengan sepak bola indah. Terkadang, ia juga perlu memainkan taktik yang aman.
Maka pada 2024/2025, Arteta banyak memakai taktik all out defence. City bahkan menjadi salah satu korban permainan negatif ala Arteta, sampai-sampai para fans lawan menjuluki Arteta sebagai 'Master of Haram Ball'.
Namun, terlepas dari semua fakta tadi, Pep Guardiola adalah ironi yang berbeda. Selama ini, ia dikenal sebagai seorang trendsetter. Namun, kondisi memaksanya pindah haluan menjadi follower, meski ia sendiri tak menginginkannya.